Dokumentasi kegiatan. |
Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Dalam upaya menghadirkan sekolah yang lebih sehat dan
berdaya di Nusa Tenggara Timur (NTT), Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP)
Provinsi NTT menggelar kegiatan “Refleksi dan Evaluasi Implementasi Gerakan
Sekolah Sehat di Satuan Binaan dan Pengumpulan Cerita Praktik Baik Tahun 2024”
pada 7-9 November 2024 di Silvya Hotel Primier Kupang.
Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi momen evaluasi,
tetapi juga memperkuat sinergi dengan program Makan Bergizi dan inisiatif
penganekaragaman pangan lokal serta menciptakan dampak kesehatan holistik bagi
warga sekolah.
Melalui kegiatan refleksi, BPMP Provinsi NTT bersama
Dinas Pendidikan se-NTT mengeksplorasi potensi kolaborasi untuk menguatkan ketahanan
pangan lokal serta mendukung kebijakan “Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman
(B2SA)” yang dipimpin oleh Badan Pangan Nasional (BPN).
Kepala BPMP Provinsi NTT, Herdiana, menyatakan
pentingnya GSS sebagai program yang memiliki banyak irisan dengan program
nasional lain, terutama yang berfokus pada kesehatan dan gizi warga sekolah.
“Gerakan ini tidak hanya tentang kesehatan fisik,
tetapi juga melibatkan aspek mental, lingkungan, dan ketahanan pangan,” ujarnya
saat menyampaikan sambutan.
Herdiana menambahkan, untuk mencapai dampak yang
optimal, kolaborasi multi-stakeholder
sangat diperlukan, terutama dalam program B2S dan Makan Bergizi.
Ia juga mengapresiasi kontribusi Pemerintah Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS) yang bekerja sama dengan International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan BPMP
Provinsi NTT dalam menerapkan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Ketahanan Pangan
di 20 Sekolah Dasar (SD) dan 10 Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejak Agustus
2024. Kolaborasi tersebut, menurutnya, menunjukkan bagaimana ketahanan pangan
lokal dapat menjadi bagian penting dari kesejahteraan warga sekolah.
Sementara itu, Direktur Penganekaragaman Konsumsi
Pangan di BPN, Rinna Syawal, menyoroti dukungan penuh pemerintah melalui
Perpres 81 Tahun 2024 yang mendorong percepatan penganekaragaman pangan
berbasis potensi lokal.
“Peran sekolah sangat vital dalam mengedukasi peserta
didik tentang pentingnya gizi beragam untuk hidup sehat dan produktif.
Kurikulum lokal juga bisa menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak
dini,” menurutnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS,
Musa S. Benu, membagikan proses penyusunan Kurikulum Pangan Lokal yang
melibatkan tujuh tahap, mulai dari identifikasi kebutuhan hingga evaluasi
bersama dan implementasi.
Sedangkan, Koordinator ICRAF NTT, Yeni Fredik Nomeni,
mengungkapkan bahwa proses tersebut melibatkan guru penggerak dari
sekolah-sekolah yang menjadi sasaran program yang memastikan bahwa kurikulum
tersebut relevan dengan kebutuhan daerah.
Untuk diketahui, turut hadir pada kegiatan tersebut,
pemangku kepentingan dari berbagai kabupaten dan kota di NTT. Tahun ini, GSS
telah diterapkan di 96 sekolah binaan, mulai dari TK/PAUD hingga SMA, serta 5
Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 3 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). (MDj/red)
0 Comments