Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Kritis Melihat Masalah, Kreatif Mencari Solusi

 


Fretherjul Mauritswil Nama, S.Si.

(Guru SMPN 1 Kupang Tengah)



CAKRAWALANTT.COM - Pendidikan sejatinya adalah jalan untuk mengarahkan individu atau kelompok menuju suatu masa perkembangan yang lebih maju. Masing-masing individu terlahir dengan keunikan atau kekhasan yang membedakannya dengan individu atau kelompok lain. Keunikan tersebut harus diasah, dipoles, dan diperkuat dengan suatu wadah transformatif yang disebut pendidikan. Melalui proses pendidikan, individu atau kelompok akan mempertajam pola pikirnya, mengasah kreativitas, dan kelak menciptakan inovasi yang lebih maju.

 

Dalam proses pendidikan (formal), seseorang akan menjalani peran sebagai peserta didik yang senantiasa belajar untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Kegiatan belajar tersebut akan dipandu oleh seorang guru yang berperan sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, dan pemimpin dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus dan wajib berpusat pada peserta didik (student centered) guna memberikan akses belajar yang lebih luas kepada peserta didik. Selain itu, peserta didik harus menggali potensinya, mengembangkan diri, dan mengekspresikan kemampuannya secara maksimal.

 

Konsep pendidikan tersebut sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Kememterian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Setiap satuan pendidikan dan bahkan guru wajib menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menyenangkan, dan bermuara pada pengembangan potensi peserta didik.

 

Namun, pada kenyataannya, tidak semua satuan pendidikan dan guru dapat mewujudkan kondisi-kondisi tersebut. Di UPTD Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, kondisi tersebut kerap terjadi. Penulis, selaku guru pengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sering mengalami persoalan dalam proses pembelajaran, terkhususnya di kelas VII.

 

Banyak peserta didik yang kurang bersemangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar, utamanya pada materi “Interaksi Antar Komponen Penyusun Ekosistem”. Mereka sering tidak menghiraukan penjelasan Penulis dan terkesan tidak berkonsentrasi saat proses pembelajaran. Kondisi tersebut berdampak pada pencapaian hasil belajar, di mana hampir 70% peserta didik memperoleh nilai di bawah standar Kompetensi Kelulusan Minimum (KKM).

 

Setelah melakukan pengamatan, Penulis menemukan dua faktor penyebab, yakni penyesuaian diri peserta didik terhadap pola pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa para peserta didik kelas VII sedang berada pada fase peralihan dari pola belajar jenjang Sekolah Dasar (SD) menuju Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal itu berpengaruh pada daya serap mereka saat terjadinya transfer ilmu. Kondisi itu semakin diperburuk dengan penerapan metode mengajar yang konvensional dan monoton, sehingga tidak dapat merangsang daya pikir dan imajinasi peserta didik.

 

Guna mengatasi persoalan tersebut, maka Penulis berusaha menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yakni pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dengan pendekatan saintifik dan metode diskusi kelompok. Menurut Stepien, dkk (1993), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut (Ngalimun, 2013).

 

Model pembelajaran berbasis masalah memberikan ruang kepada guru untuk berperan sebagai fasilitator atau penyedia pembelajaran bagi para peserta didik. Guru harus memahami dan melihat kondisi para peserta didik, sehingga proses pembelajaran bisa menyentuh langsung kebutuhan masing-masing peserta didik. Dalam praktiknya, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan melalui tahap-tahap berikut.

 

Pertama, orientasi pada masalah. Pada tahap ini, peserta didik diberikan topik persoalan tentang lingkungan sekitar yang difokuskan pada ekosistem. Peserta didik kemudian diminta untuk melihat lingkungan sekitar melalui tayangan video youtube sebagai bentuk stimulus. Hal ini bertujuan untuk menarik minat peserta didik.

 

Kedua, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan mengenai pengisian lembar kerja dan langkah kerja yang akan dilakukan oleh peserta didik. Selain itu, peserta didik akan dijelaskan tentang rubrik penilaian pengetahuan, keterampilan, dan kerja individu atau kelompok. Rubrik penilaian tersebut akan diisi oleh guru.

 

Ketiga, membimbing penyelidikan individu atau kelompok. Pada tahap ini, para peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka akan turun langsung ke lapangan untuk mencari tahu akar permasalahan. Mereka akan saling berdiskusi dan menuliskan semua hal baru. Di sini, guru akan mengamati dan melakukan penilaian atas kegiatan yang telah dilakukan oleh peserta didik.    

 

Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini, peserta didik akan mempresentasikan hasil kerjanya. Seusai presentasi, guru akan memandu jalannya diskusi dalam sesi tanya-jawab. Setiap peserta didik akan mengeluarkan pendapat dan pandangannya terhadap hasil kerja yang dipaparkan tersebut. Di sini, mereka dapat berlatih untuk berpikir kritis dalam melihat persoalan dan kreatif dalam mencari solusi. Hal ini berguna untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif.

 

Kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru dan peserta didik menyimpulkan hasil kerja guna menjawabi tujuan pembelajaran. Para peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dan kemudian ditambahkan oleh guru. Dengan begitu, para peserta didik bisa memperoleh beragam alternatif solusi dari permasalahan yang terjadi.

 

Pada akhir pembelajaran, Penulis membuat asesmen dan refleksi. Penilaian atau asesmen dilakukan dengan menggunakan aplikasi kahoot, di mana para peserta didik diberikan kuis atau pertanyaan untuk dijawab. Mereka tampak sangat bersemangat dan lebih antusias. Di sisi senada, pada bagian refleksi, Penulis memperoleh banyak respon positif setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah tersebut.

 

Seiring berjalannya waktu, Penulis menemukan adanya perubahan yang positif, di mana terjadi peningkatan pada pencapaian hasil belajar peserta didik. Presentase keberhasilan yang awalnya hanya sebesar 30% bisa meningkat menjadi 95%. Hal ini tentu dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang mengutamakan kemandirian, pola pikir kritis, dan kreativitas peserta didik.

 

Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah sangat bermanfaat dalam menciptakan kegiatan belajar dan mengajar yang berorientasi pada peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus terus berproses untuk meningkatkan kompetensinya sebagai fasilitator pembelajaran. Selain itu, guru juga wajib memegang teguh prinsip keberpihakan kepada peserta didik, reflektif, mandiri, kolaboratif, dan inovatif. Dengan demikian, proses pembelajaran bisa mencapai hasil yang memuaskan. (red)  


Post a Comment

2 Comments

  1. Hal yang paling utama Guru harus selalu Berinovasi dalam Mengajar dengan Demikian siswa tidak bosan dan ingin selalu mau belajar karena Guru yg selalu berinovasi..

    ReplyDelete