Oleh : Veronikus Albertus Usfinit, S.S.
(Guru SDK Rosa Mystica, Kota Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Setiap orang harus memelajari dan menguasai bahasa untuk
berinteraksi di tengah kehidupan bersama. Menurut Kridalaksana dan
Djokokentjono (dalam Chaer, 2014 : 32), bahasa merupakan lambang bunyi yang
arbitrer dan digunakan oleh setiap orang untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang menunjang
siklus pertukaran pesan antara satu orang dengan orang lain.
Dewasa ini, salah satu jenis bahasa yang selalu
digunakan oleh masyarakat dalam skala internasional adalah bahasa Inggris. Bahasa
Inggris dianggap sebagai bahasa pemersatu masyarakat internasional dalam proses
interaksi. Bahasa Inggris memudahkan setiap orang untuk bertukar pesan dengan
orang lain meski berbeda latar belakang, sehingga dapat mencapai kesamaan makna
terhadap topik tertentu.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, bahasa Inggris
mendapatkan prioritas dalam kurikulum pendidikan untuk diajarkan di setiap
satuan pendidikan. Peserta didik wajib memelajari dan menguasai bahasa Inggris
secara baik dan terampil, baik dari aspek menulis (writting), mendengarkan (listening),
membaca (reading), dan berbicara (speaking). Selain menguasai empat
keterampilan berbahasa Inggris tersebut, setiap peserta didik diharapkan dapat
memahami materi dan mempraktikkan/mengaplikasikan bahasa Inggris di depan
banyak orang (publik).
Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik
dapat mempraktikkan atau mengaplikasikan bahasa Inggris di depan publik. Di
Sekolah Dasar Katolik (SDK) Rosa Mystica, Kota Kupang, terkhususnya di kelas
IV, V, dan VI, masih terdapat beberapa peserta didik yang belum mampu
menampilkan kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris di depan banyak orang.
Hal itu disebabkan oleh rendahnya minat belajar bahasa Inggris di kalangan
peserta didik, terutama terkait empat keterampilan berbahasa Inggris.
Minat belajar sangat berpengaruh pada kondisi
psikologi peserta didik ketika belajar atau memelajari sesuatu. Menurut Clayton
Aldefer (dalam Nashar, 2014 : 42), minat belajar merupakan kecenderungan
peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk
mencapai hasil belajar sebaik mungkin. Untuk itu, guna meningkatkan minat
belajar peserta didik dalam memelajari dan menguasai bahasa Inggris, Penulis
menerapkan beberapa strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Pertama, sebagai guru, Penulis harus menyiapkan segala
sesuatu yang berguna untuk mewujudkan proses pembelajaran yang maksimal. Semua
materi pelajaran harus dipersiapkan sebelum kegiatan belajar dan mengajar
berlangsung. Selain itu, Penulis juga meningkatkan kemampuan dan keterampilan diri
dalam berbahasa Inggirs dengan rutin membaca dan berlatih secara mandiri.
Penulis juga selalu menyediakan kamus bahasa Inggris saat menjalankan
pembelajaran.
Kedua, Penulis selalu menumbuhkan rasa gembira peserta
didik dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Di sini,
Penulis kerap mengombinasikan materi pelajaran dengan hal-hal pendukung,
seperti menonton video, mendengarkan lagu, membaca buku, menulis cerita, dan
membuat percakapan sederhana dengan menggunakan bahasa Inggris. Untuk itu,
Penulis rutin membuat penilaian dan pemetaan potensi atau kondisi peserta
didik, sehingga penerapan hal-hal pendukung tersebut bisa sesuai dengan
karakter masing-masing peserta didik.
Ketiga, Penulis selalu menjadikan para peserta didik
sebagai sahabat. Hal ini merupakan upaya untuk membangun rasa aman dan nyaman
antara Penulis dan peserta didik. Dengan begitu, proses transfer ilmu
pengetahuan dapat berjalan dengan lancar, sebab para peserta didik tidak berada
pada kondisi yang tertekan atau jenuh. Kondisi tersebut akan meningkatkan minat
belajar peserta didik secara perlahan.
Keempat, Penulis selalu menumbuhkan kepercayaan diri
peserta didik. Pada strategi ini, Penulis selalu berupaya untuk memberikan
ruang kreativitas dan pengembangan diri bagi setiap peserta didik. Mereka
diizinkan untuk mempraktikkan keempat keterampilan berbahasa Inggris dengan
leluasa tanpa mengenal takut terhadap kesalahan yang dibuat. Jika mereka
berhasil, maka Penulis akan memberikan apresiasi dan motivasi.
Setelah menerapkan strategi-strategi tersebut, Penulis
menemukan adanya perubahan yang cukup memuaskan. Para peserta didik mulai
terampil mempraktikkan kemampuan berbahasa Inggris di depan umum. Mereka tidak
lagi merasa canggung atau takut, sebab selalu diberikan ruang kreativitas untuk
mengembangkan potensi diri dengan maksimal. Hal itu dipengaruhi oleh minat
belajar peserta didik yang kian hari semakin meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi-strategi yang sederhana tetapi kreatif perlu diterapkan di setiap proses
pembelajaran. Apalagi, para peserta didik selalu mengalami perkembangan di
tengah perubahan dan kemajuan saat ini. Untuk itu, dibutuhkan inovasi
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Dengan demikian, peran guru sangat sentral untuk menggerakkan dan memimpin
pembelajaran, termasuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta
didik. (MDj/red)
0 Comments