Oleh : Taroci Tallak, S.Pd.
(Guru SDK St. Arnoldus Penfui-Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Mengimajinasikan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan
dan berkualitas adalah mimpi semua orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat memberikan stimulus yang positif bagi
peserta didik untuk lebih bersemangat dalam belajar. Dengan begitu, tujuan
pendidikan yang terdapat dalam tujuan-tujuan pembelajaran dapat terwujud dengan
baik.
Terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan juga
menjadi harapan bagi para pendidik (guru) yang berkecimpung dalam ilmu eksata,
terkhususnya matematika. Kerumitan dan gambaran materi yang abstrak kerap
menjadi kendala dalam proses transfer ilmu di kelas. Tidak jarang, banyak
peserta didik yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang rumit dan
membosankan karena banyaknya formulasi rumus beserta angka-angkanya.
James and James (1976) mengartikan matematika sebagai
ilmu tentang logika, mengenal bentuk, sususan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak dan terbagi ke
dalam bidang. Dalam matematika, salah satu keterampilan yang wajib dikembangkan
adalah berhitung. Bahkan, dalam
pembelajaran matematika, peserta didik wajib memahami dan menguasai
keterampilan berhitung, terkhususnya pada materi operasi bilangan bulat.
Persoalan dalam pembelajaran matematika juga kerap
dijumpai di Sekolah Dasar Katolik (SDK) St. Arnoldus Penfui, Kota Kupang. Di
kelas I A, beberapa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam berhitung,
apalagi saat menghitung operasi bilangan yang mencapai puluhan. Bahkan, mereka
kurang tertarik dengan pembelajaran matematika karena terkesan rumit. Hal itu disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti metode mengajar guru yang konvensional serta
rendahnya minat belajar peserta didik.
Guna mengatasi persoalan di atas, maka Penulis menerapkan
metode bermain meronce dalam pembelajaran matematika. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kata meronce berarti mengarang bunga atau menguntai. Menurut Umama
(2016), meronce merupakan aktivitas merangkai bermacam benda kecil pada seutas
tali atau benang yang bermanfaat sebagai alat stimulus koordinasi motorik
halus, melatih ketelitian, dan ketelatenan. Adapun bahan-bahan yang bisa
dironce harus disesuaikan dengan minat dan kondisi peserta didik.
Metode bermain meronce dapat dilakukan secara bertahap
dengan menyiapkan bahan dan alat yang mudah didapat, seperti lidi, potongan
wortel atau pisang, dan daunan kering, beserta kertas origami, lem perekat, dan
gunting. Setelah semua bahan dan alat terkumpul, para peserta didik akan dibagi
ke dalam beberapa kelompok. Di dalam kelompok tersebut, mereka akan diberikan
penjelasan tentang cara penggunaan bahan dan alat yang telah disediakan.
Setiap peserta didik akan memiliki 2 lidi yang sudah
ditandai dengan kertas berwarna merah dan hijau. Lidi merah dinamai sebagai
lidi puluhan, sedangkan lidi hijau sebagai lidi satuan. Setelah itu, peserta
didik akan mengambil potongan pisang, wortel, dan daunan kering sesuai arahan
dari guru. Potongan-potongan tersebut kemudian dimasukan secara bertumpuk pada
lidi yang tersedia.
Contohnya, lidi puluhan yang sudah ditandai dengan
kertas merah hanya boleh diisi oleh potongan buah atau helai daun kering
sebanyak 10 (tidak boleh lebih ataupun kurang). Proses ini dilakukan hingga
potongan wortel atau pisang dan daun kering tidak bisa dimasukan lagi ke
tusukan lidi. Sedangkan, sisa-sisa potongan dari lidi merah akan diisi ke dalam
lidi hijau sebagai lidi satuan.
Setelah itu, para peserta didik akan diarahkan untuk
menghitung jumlah dari lidi puluhan dan satuan secara bersama-sama. Hasil hitungan
tersebut akan dituliskan ke dalam bentuk bilangan, sehingga para peserta didik
dapat berlatih untuk menyelesaikan soal berhitung dengan menggunakan lidi hasil
meronce tersebut. Hal itu secara tidak langsung dapat meningkatkan kemahiran
berhitung peserta didik sebab adanya bantuan peraga yang terbuat dari
benda-benda konkret.
Usai menerapkan metode bermain meronce di dalam kelas,
Penulis menemukan adanya perubahan yang positif di kalangan peserta didik. Tingkat
kemahiran berhitung mereka mulai meningkat. Mereka tidak lagi mengalami
kesulitan ketika melakukan perhitungan pada materi operasi bilangan bulat. Bahkan,
mereka lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran karena adanya kombinasi
pelajaran dan permainan. Hal itu tentu membuat aktivitas belajar dan mengajar
menjadi lebih menyenangkan.
Metode bermain meronce terbilang sangat menyenangkan
bagi kelompok peserta didik jenjang pendidikan dasar. Kombinasi pelajaran dan
permainan, terutama dalam pelajaran yang terbilang sulit, bisa menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, para peserta didik juga
dapat melatih ketelitian, ketelatenan, dan kreativitas di setiap proses
meronce. Kegiatan meronce juga berpengaruh pada perkembangan motorik dan
kognitif peserta didik.
Efisiensi dan efektivitas yang diperoleh dari
penerapan metode meronce tentu dapat memudahkan guru sebagai pendidik dalam
mengajar dan peserta didik dalam belajar. Untuk itu, metode pembelajaran yang
menyenangkan harus diterapkan di setiap kegiatan belajar dan mengajar demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. (MDj/red)
0 Comments