Brosur diskusi pendidikan bersama Cakrawala NTT. |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Cakrawala NTT menggelar kegiatan Diskusi Pendidikan untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-10
(satu dekade perjalanan) sekaligus merayakan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun
2023, Jumat (24/11/2023). Kegiatan yang mengusung tema Menjadi Penggerak Pendidikan untuk Generasi Emas NTT tersebut
berlangsung di Yayasan Rumah Literasi Cakrawala, Desa Noelbaki, Kabupaten
Kupang.
Perhelatan diskusi berlangsung sejak pukul 16.00 Wita
dengan menghadirkan 2 Pembicara utama, yakni Pendiri dan Direktur Cakrawala
NTT, Gusty Rikarno, dan Dosen Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira
(Unwira) Kupang, Peter Than, S.Fil., M.Fil., serta dihadiri oleh berbagai
kalangan, seperti wartawan, pengamat dan praktisi pendidikan, dosen, guru,
mahasiswa, dan masyarakat umum.
Dalam pengantarnya, Gusty memberikan apresiasi bagi
semua pihak yang telah mendukung perjalanan Cakrawala NTT selama 10 tahun. Menurutnya,
misi memajukan dunia pendidikan melalui peningkatan budaya literasi adalah
tugas dan tanggung jawab bersama, sehingga Cakrawala NTT hanya berperan Sahabat Penggerak Literasi.
Pendiri dan Direktur Cakrawala NTT, Gusty Rikarno (kiri). |
“Usaha dan misi untuk memajukan dunia pendidikan
melalui literasi adalah tugas bersama dan Cakrawala NTT hanyalah sahabat yang
menggerakkan, sedangkan penggerak utamanya adalah sumber daya yang berada dalam
bidang pendidikan itu sendiri,” ujarnya.
Ia menuturkan, literasi merupakan aspek yang paling
dibutuhkan untuk menunjang mutu pendidikan. Dengan kemampuan literasi yang
baik, terang Gusty, para guru mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif
dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas serta berorientasi pada peserta
didik. Selain itu, sambungnya, para peserta didik juga dapat mengembangkan
potensi diri sesuai kondisi dan kebutuhannya.
“Kami selalu fokus dan berkomitmen untuk memajukan
dunia pendidikan dengan literasi. Dengan budaya literasi, guru selaku penggerak
pendidikan dan peserta didik sebagai subyek pendidikan dapat mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan, apalagi kita sudah masuk dalam nuansa Merdeka Belajar,” ungkap Gusty.
Dosen Filsafat Unwira, Peter Than (kanan). |
Sementara itu, Peter Than, dalam pemaparan materinya,
menyampaikan bahwa kondisi pendidikan saat ini tengah mengalami peralihan dari
asas paradigmatik ke pragmatik. Menurutnya, konsep pendidikan sekarang lebih
menekankan pencapaian praktis ketimbang pengembangan ide atau paradigma
berpikir.
“Kondisi pendidikan saat ini benar-benar pragmatis. Para
pelajar dan mahasiswa bahkan diarahkan untuk mempersiapkan diri menjelang dunia
kerja. Mereka dibentuk menjadi pekerja dalam industri kerja, bahkan disisipi
paradigma ekonomi. Akibatnya, mereka tidak menghiraukan hal-hal idealis dan
tidak mementingkan paradigma berpikir yang kritis,” ungkapnya.
Ia memberikan tanggapan terhadap generasi emas yang selalu digadang-gadang sebagai generasi masa
depan yang bertanggung jawab atas kelangsungan bangsa. Menurutnya, di tengah
kondisi pendidikan yang tak menentu saat ini, generasi emas yang diharapkan
malah cenderung menjadi silent majority.
Suasana sesi diskusi. |
Untuk itu, Peter mengharapkan adanya sumber daya
pendidikan, salah satunya adalah guru, yang mampu mengedepankan asas
paradigmatik ketimbang pragmatik di dalam proses pendidikan.
“Penting sekali sumber daya pendidikan yang
berkualitas, termasuk guru. Semua guru adalah penggerak, sehingga tidak ada
semacam perbedaan diantara para guru, seolah ada yang tidak bergerak dan ada
yang bergerak. Yang sebenarnya adalah guru
yang terlibat,” tegasnya.
Di akhir penyampaian, Peter memberikan apresiasi bagi
Cakrawala NTT yang berani mengambil haluan untuk mengarahkan kembali para penggerak
dan subyek pendidikan ke dalam konsep pendidikan yang lebih berkualitas melalui
budaya literasi.
“Selama satu dekade perjalanan, Cakrawala NTT telah
memberikan banyak kontribusi melalui budaya literasi. Apresiasi yang
setingginya patut diberikan atas komitmen yang telah dibangun oleh Cakrawala
NTT,” pungkasnya.
Pantauan media, selepas penyampaian materi dari kedua
pembicara, dilanjutkan sesi diskusi bersama para peserta diskusi. Banyak topik
dan isu yang dibahas dalam sesi diskusi, mulai dari persoalan pembelajaran,
sumber daya pendidikan yang belum memenuhi tuntutan masyarakat, iklim
pendidikan yang belum kondusif, rendahnya kemampuan literasi dasar peserta
didik, hingga persoalan tenaga pendidik di lingkungan pendidikan.
Sesi diskusi ditutup dengan komitmen bersama untuk
mendukung peningkatan mutu pendidikan di NTT, termasuk melalui penguatan aspek
literasi. Para peserta diskusi mengharapkan adanya rencana tindak lanjut
sebagai bagian dari semangat sinergitas-kolaborasi yang telah dibangun. (MDj/red)
0 Comments