Tampilan Aplikasi Desa Wisata Lalepak. |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Dalam mengembalikan kepercayaan wisatawan lokal maupun mancanegara terhadap 28 kawasan desa wisata tematik di Nusa Tenggara Timur (NTT), Politeknik Negeri Kupang berkolaborasi dengan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menciptakan aplikasi desa wisata “Lalepak”.
NTT sebagai gerbang selatan Indonesia memiliki desa wisata tematik sebanyak 1.305 yang diklasifikasi berdasarkan tema wisata alam, budaya, buatan, dan minat khusus di NTT. Dari sekian banyak desa, 105 desa wisata tematik tersebar di pulau Flores, Alor, dan Lembata.
Pembangunan pariwisata NTT merupakan salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (ring of beauty) yang telah ditetapkan sebagai prime mover pembangunan di NTT. Penetapan ini mengakibatkan terjadinya multiplier effect pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian daerah cukup signifikan. Kunjungan wisatawan ke NTT, baik wisatawan domestik maupun mancanegara, sejak tahun 2013 - 2019 terus menunjukkan tren positif. Hal ini tentunya berdampak pada sektor akomodasi dan ekonomi kreatif di NTT.
Berdasarkan data BPS tahun 2019 diketahui bahwa length of stay (LES) wisatawan adalah 2 hari dan jika rata-rata pengeluaran harian sebesar Rp1 juta maka rata-rata pengeluaran per wisatawan sebesar Rp.2 juta. Jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2019 sebanyak 1.113.212 orang maka total devisa yang beredar di NTT selama tahun 2019 diperkirakan sebanyak Rp.2.226.422.000.000,00 atau setara 42% APBD NTT tahun 2019 sebesar Rp.5,3 triliun.
Kondisi ini berubah sejak tahun 2020 tepatnya saat dunia dilanda pandemi
Covid-19. Isu health, hygiene, safety, security, dan sustainability menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Oleh sebab itu, penting bagi setiap destinasi wisata untuk memiliki sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE).
Akan tetapi, desa wisata tematik di NTT belum memiliki sertifikasi CHSE.
Oleh karena itu, Politeknik Negeri Kupang bersama BPOLBF dan Kelompok East Nusa
Tenggara Vocational for Tourism Recovery menata 28 desa wisata tematik digital
berbasis CHSE di wilayah Labuan Bajo, Flores, Alor, dan Lembata dengan
menciptakan aplikasi Desa Wisata Lalepak. Platform digital berbasis Android ini
akan mengintegrasikan informasi pariwisata desa wisata tematik berbasis CHSE di
bawah wilayah kerja BPOLBF kepada calon wisatawan.
“Penataan ini penting untuk dilakukan mengingat kawasan pariwisata
Labuan Bajo menjadi kawasan destinasi super prioritas premium. Penataan ini
mulai dari penyiapan kawasan, sumber daya manusia, penerapan protokol CHSE, dan
promosi yang terintegrasi pada 28 desa wisata tematik berbasis digital,” ucap
dosen Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Kupang, Sari Bandaso Tandilino.
Tim dari Politeknik Negeri Kupang terdiri atas dosen serta
mahasiswa dari Jurusan Pariwisata serta Jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan pun melakukan investigasi dan pembinaan terkait pariwisata, CHSE, dan
UMKM di 28 desa wisata tematik tersebut. Data yang dihasilkan inilah yang
dipakai untuk pembuatan platform digital yang merangkum informasi terkait desa
wisata tematik di Labuan Bajo-Flores.
“PR besar kita adalah ketika memberikan pembinaan kepada masyarakat
tentang CHSE. Karena yang namanya masyarakat tradisional mereka pasti memiliki
pegangan terkait kebiasaannya,” ucap Sari.
Setelah aplikasi desa wisata Lalepak selesai dibuat, kemudian aplikasi
ini pun diserahkan kepada BPOLBF untuk dikelola. Aplikasi ini turut membantu
wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan wisata Labuan Bajo.
“Labuan Bajo itu dikepung oleh desa-desa yang unggul dan unik. Dengan
adanya aplikasi ini para calon wisatawan pun menjadi tahu bahwa ternyata di NTT
tidak hanya ada Labuan Bajo saja, tetapi ada desa-desa yang indah di sekelilingnya,”
ucap Sari.
Selain sebagai media promosi yang mendatangkan pengunjung, aplikasi ini
memiliki berbagai manfaat antara lain mengubah gaya hidup berwisata dengan menggunakan aplikasi berbasis Android di 28 desa wisata tematik. Aplikasi ini juga dapat mencegah terjadinya leakage tourism dari 28 desa wisata tematik sehingga pengelolaan desa wisata tematik bisa lebih berkelanjutan.
“Adanya aplikasi ini membuat masyarakat semakin sadar dengan potensi
lokalnya. Potensi yang bisa menjadi atraksi budaya yang bisa menarik perhatian
wisatawan,” ucap Sari.
Aplikasi Lalepak bisa ini bisa diunduh melalui PlayStore. Sampai dengan saat ini aplikasi Lalepak telah diunduh oleh 8.000 pengguna. Harapannya melalui aplikasi Lalepak ini dapat memulihkan kondisi pariwisata di wilayah NTT sehingga kesejahteraan masyarakat NTT yang tinggal di kawasan wisata bisa berangsur-angsur meningkat. (Ditjen Vokasi/Aya/Cecep/MDj/red)
0 Comments