(Para Peserta ToT-Ekologis APTIK 2023 yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi Katolik di Indonesia) |
Bandung, CAKRAWALANTT.COM - Permasalahan ekologis, dewasa ini, tengah menjadi
perhatian masyarakat global, seperti pangan, kesehatan, sanitasi, iklim,
keberlanjutan kota, dan juga konsumsi yang bertanggung jawab. Isu ekologis
mulai menjadi trend dan tercermin
pada beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang turut menjadi
komitmen dunia.
Persoalan pangan dan sampah pun menjadi topik ekologis
yang santer dibicarakan di lingkup diskusi, baik tingkat lokal, nasional,
bahkan internasional.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka Universitas
Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang mendukung dan melibatkan diri dalam acara
“Training of Trainer (ToT) – Kuliah Kerja
Nyata Ekologis APTIK 2023” yang diselenggarakan di Bumi Silih Asih (BSA)
Keuskupan Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, pada 19-22 Juli 2023.
Baca juga: Pelatihan di BPSDMD NTT, Rektor UNWIRA Beri Ceramah Kepemimpinan Pancasilais dan Berintegritas
Acara tersebut merupakan wujud kepedulian dan respon
aktif dari seluruh perguruan tinggi yang tergabung pada Asosiasi Perguruan
Tinggi Katolik (APTIK) di Indonesia terhadap isu ekologis.
(Para peserta saat mengikuti salah satu rangkaian acara) |
Perguruan Tinggi Katolik yang terlibat di dalamnya,
termasuk Unwira, harus mampu meningkatkan kesadaran dan menguatkan komitmen,
melalui perwakilannya (peserta), untuk konsen terhadap persoalan ekologis di
sekitar, khususnya di masing-masing kampus Anggota APTIK.
Komitmen tersebut juga didorong oleh Paus Fransiskus dalam
ensiklik Laudato-nya yang bersubjudul
“Tentang Merawat Rumah Kita Bersama”. Ensiklik tersebut berisi kritik Paus
Fransiskus terhadap persoalan-persoalan ekologis dan menyerukan tindakan global
yang cepat dan terpadu. Apalagi, persoalan ekologis juga menyeret ketimpangan
akses pemenuhan kebutuhan pangan di tengah masyarakat dan maraknya kasus stunting yang menerpa.
Kepada media ini, Jumat (21/7/2023), Dosen Unwira
Kupang, Beatrix Yunarti Manehat, SE.,MSA., yang turut terlibat dalam acara
tersebut bersama Bruder Yohanes Arman, mengungkapkan bahwa Unwira, ke depannya,
akan mengelola sampahnya sendiri, sehingga bisa meminimalisir penumpukan sampah
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal itu, tegasnya, menjadi komitmen Unwira
untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Baca juga: Rektor UNWIRA Kupang Lepas Peserta KKNT-PPM
“Di Kota Kupang, sesuai data KLHK, terdapat 218 ton
sampah yang dihasilkan sehari serta didominasi oleh sampah rumah tangga dan
kantor. Semua itu dibawa ke TPA. Pengelolaan sampah di level Unwira sendiri mau
kita benahi atas dasar masalah tersebut, sehingga tentunya dengan acara ToT ini
kemudian Unwira bisa berpartisipasi untuk mengelola sampahnya sendiri, baik
makanan maupun plastik,” ujar Beatrix melalui sambungan WhatsApp.
Lebih lanjut, terang Beatrix, acara tersebut juga
bertujuan untuk menguatkan jejaring dan sinergi antar peguruan tinggi yang
tergabung di dalam APTIK sesuai dengan potensi dan keunikannya masing-masing.
Hal itu, sambungnya, bisa saling memperkaya, baik dari sisi ide maupun aksi
yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan ekologis.
“Unwira juga akan terus membangun kemitraan, seperti
dengan Bank Sampah, untuk mendukung pengelolaan sampah. Ini semua berguna untuk
bersama-sama menjaga bumi dari hal-hal kecil, sehingga bumi kita bisa sehat. Semua
bisa dimulai dari pemberdayaan pengelolaan sampah di kampus,” tambah Beatrix.
Baca juga: Tingkatkan Kualitas Penyelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi, UNWIRA Kerja Sama dengan STIE Oemathonis
Untuk diketahui, sebagai tindak lanjut dari acara
tersebut, para peserta akan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan untuk
melibatkan dosen dan mahasiswa dalam menjalankan KKN Ekologis di perguruan
tinggi masing-masing sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Selain itu, para peserta juga dapat membangun kerja
sama dengan berbagai pihak, seperti Pemerintah Daerah (Pemda), NGO, sektor
bisnis, dan komunitas setempat, untuk menghadapi persoalan ekologis. (MDj/red)
0 Comments