(Suasana Kuliah Umum dengan tema "Politik Identitas dan Tantangan Demokrasi Indonesia: Menyongsong Tahun Politik 2024" di Aula St. Hendrikus, Gedung Rektorat Unwira) |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, menggelar kegiatan Kuliah
Umum dengan tema “Politik Identitas dan Tantangan Demokrasi Indonesia:
Menyongsong Tahun Politik 2024” di Aula St. Hendrikus, Gedung Rektorat Unwira,
Kampus Penfui, Jumat (9/6/2023).
Kegiatan
tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor Unwira yang diwakili Wakil Rektor III,
Drs. Rodriques Servatius, M.Si., serta dihadiri oleh Wakil Rektor III
Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Arie Sujito, M.Si., selaku Narasumber, para
Dosen dan Mahasiswa di lingkup Unwira, serta Undangan lainnya.
Dalam
sambutannya, Wakil Rektor III Unwira, Drs. Rodriques Servatius, M.Si., mengapresiasi
BEM FISIP Unwira yang telah menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum tersebut. Selain
itu, Servatius juga menyampaikan terima kasih kepada Narasumber yang telah
meluangkan waktu untuk saling berbagi bersama Civitas Akademika Unwira terkait
politik identitas dan demokrasi.
(Wakil Rektor III Unwira, Drs. Rodriques Servatius, M.Si., saat membuka kegiatan Kuliah Umum mewakilli Rektor Unwira) |
“Saya
mengucapkan terima kasih kepada BEM FISIP Unwira yang berhasil menyelenggarakan
kegiatan ini. Saya juga mewakili Rektor Unwira menyampaikan limpah terima kasih
kepada Pak Arie yang telah meluangkan waktu untuk hadir pada kesempatan ini. Menurut
saya, tema yang dipilih ini sangat tepat bagi para mahasiswa dalam menyambut
tahun politik 2024 mendatang, apalagi dinamika politik saat ini sangat kental,
sehingga menarik untuk ditinjau atau dikaji,” ungkap Servatius.
Sementara
itu, Wakil Rektor III UGM, Dr. Arie Sujito, M.Si., selaku Narasumber,
mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan Kuliah
Umum dengan tema “Politik Identitas dan Tantangan Demokrasi Indonesia:
Menyongsong Tahun Politik 2024” tersebut. Baginya, momen tersebut menjadi jalan
terbaik untuk mencari jawaban atas realitas politik Indonesia saat ini.
“Saya
menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan ini. Saya berharap ini
menjadi jalan mencari jawaban atas realitas politik (identitas) dan demokrasi
di Indonesia saat ini. Hari ini, kita mengalami perubahan yang luar biasa,”
ujarnya.
(Narasumber, Dr. Arie Sujito, M.Si., saat memaparkan materi terkait politik identitas dan demokrasi) |
Defisit Demokrasi dan Elitisasi
Dalam
pemaparannya, Dr. Arie mengungkapkan terdapat begitu banyak manuver elit yang
memperkeruh kondisi masyarakat sebagai subyek dari politik dan demokrasi. Masyarakat,
ujarnya, seolah tidak memiliki imajinasi terhadap demokrasi akibat sengketa
politik yang dipertentangkan oleh para elit dan penguasa. Padahal, masyarakat, menurutnya,
harus mampu berimajinasi dan menghasilkan sikap kritis.
“Masyarakat
sebenarnya menjadi korban dari manuver dan sengketa politik yang diperkeruh dan
dibuat oleh para elit dan penguasa. Masyarakat adalah subyek dari politik dan
demokrasi. Ruang publik harus kita bersihkan dari hal-hal atau informasi yang
mencoreng demokrasi. Banyak persoalan yang timbul sebagai dampak dari kemelut
elit sehingga berdampak bagi masyarakat,” tandasnya.
Ia
menambahkan demokrasi harus menjadi ruang diskusi yang tidak serta merta
diselesaikan di ranah hukum. Demokrasi, terang Dr. Arie, harus menjadi wadah
komunikasi yang nyaman, termasuk di dalam kampus. Untuk mewujudkan demokrasi
yang ideal, sambungnya, harus dimulai dari level komunitas dengan
inisiatif-inisiatif yang luar biasa.
Mewujudkan Demokrasi dan Menjadi Aktor
Penggerak
Di
sisi lain, Dr. Arie menjelaskan demokrasi Indonesia saat ini telah menghasilkan
capaian-capaian, seperti adanya partisipasi masyarakat yang tinggi, tata
pemerintahan, public policy, dan
sebagainya, sebagai hasil dari proses reformasi. Untuk itu, bagi Dr. Arie,
partisipasi masyarakat harus diutamakan dalam menghasilkan kebijakan politik
yang baik dan tepat.
“Jika
demokrasi dijalankan dengan baik, maka pemerintahan bisa berjalan dengan baik
pula karena adanya partisipasi masyarakat. Demokrasi menciptakan ruang kontrol
terhadap kekuasaan,” tambahnya.
Dr.
Arie menegaskan kita (mahasiswa) harus menjadi aktor penggerak demokrasi yang
bisa menyikapi persoalan-persoalan politik dengan baik dan seimbang. Masa demokrasi
saat ini, ujarnya, harus membuka ruang kritis, sehingga generasi muda perlu diberikan
asupan demokrasi sebagai bekal di masa depan.
“Mahasiswa
juga bisa memaksimalkan media informasi untuk menciptakan kondisi demokrasi
yang baik dan menyenangkan. Mahasiswa harus mengemban tugas agar demokrasi bisa
dinikmati oleh semua kalangan masyarakat,” pungkasnya.
Untuk
diketahui, kegiatan Kuliah Umum tersebut berlangsung pada pukul 10.00-12.00
Wita dan dipandu langsung oleh Dosen FISIP Unwira, Didimus Dedi Dhosa. Setelah pemaparan
materi dari Narasumber, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan
tanya-jawab. Tampak para peserta sangat berantusias dengan menyampaikan
pertanyaan dan tanggapan terkait politik identitas dan demokrasi di Indonesia. (MDj/red)
0 Comments