Oleh
: Agapitus Sada, S.Pd.
(Kepala
SMP Negeri 1 Nita)
CAKRAWALANTT.COM - Kinerja
guru belakangan ini menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Ada kesan bahwa guru
tidak menyiapkan diri secara baik sebelum membagikan ilmu pengetahuannya kepada
peserta didik. Akibatnya, hasil yang diraih peserta didik pada setiap ulangan
harian, tengah semester, semester, bahkan
ujian akhir sekolah masih ada peserta didik mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan
pengamatan Penulis
di SMP Negeri 1 Nita,
ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak memuaskannya kinerja
guru. Pertama, ketidaksiapan guru
untuk menyiapkan Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP). RPP sangat penting
bagi seorang guru supaya fokus dalam menyajikan materi kepada peserta didik.
Guru tidak akan mengarang bebas saat menyajikan materi jika RPP sudah menjadi
panduannya. Materi yang tidak fokus sering menyebabkan kebingungan dalam diri peserta
didik saat menerima pelajaran.
Kedua, guru tidak menyiapkan media pembelajaran dengan
baik. Padahal,
media
pembelajaran sangat membantu guru.
Dengan media pembelajaran, guru dapat menyiapkan materi dengan mudah dan hasilnya
peserta didik juga dapat mencerna materi dengan mudah pula.
Ketiga, guru kurang memperhatikan kemampuan awal peserta
didik. Guru sering menyamaratakan kemampuan peserta didik. Padahal, kenyataannya
kemampuan setiap peserta didik itu berbeda-beda.
Guru harus mengenal dengan baik kemampuan peserta didik sejak awal tahun pembelajaran. Setiap peserta didik
harus didampingi secara serius sesuai dengan kemampuan dasar mereka masing-masing.
Keempat, guru tidak melaksanakan evaluasi. Evaluasi dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan suatu
proses pembelajaran. Dengan evaluasi, guru bisa melihat apakah pembelajaran
yang telah dilaksanakan sudah berhasil atau belum. Dalam proses evaluasi,
guru mengukur penguasaan peserta didik
atas materi yang ia sampaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Semakin
baik pengusaan peseta didik mengindikasikan bahwa metode yang digunakan dalam
proses KBM
efektif. Namun sebaliknya, makin buruk penguasaan peserta didik,
mengindikasikan bahwa metode yang digunakan tidak efektif.
Kelima, guru kurang membaca buku-buku referensi lain. Untuk
menjadi seorang guru yang professional dan memiliki kemampuan lebih, maka guru perlu
menggali informasi bukan saja dari buku pelajarannya saja, tetapi juga membaca
dari berbagai sumber lain, diantaranya membaca
buku, ensiklopedi, jurnal, dan referensi lainnya. Dengan membaca
banyak refernsi, maka guru akan memiliki
wawasan pengetahuan yang lebih luas.
Keenam, guru
jarang membawa peserta didik ke dunia nyata. Menjelaskan dan menjabarkan teori merupakan
metode yang selalu digunakan guru dalam proses pembelajaran, walaupun ada metode-metode lain yang dapat
membangkitkan semangat peserta didik dalam menerima pelajaran di kelas. Hal ini
menunjukan bahwa guru kurang kreatif dalam menentukan metode pembelajaran yang
tepat.
Cara
mengajar yang tidak menarik membuat situasi belajar mengajar menjadi tidak
hidup. Walaupun guru sangat aktif
menyajikan materi pembelajaran, namun reaksi peserta
didik sangatlah pasif. Untuk menghidupkan suasana belajar,
guru mengajak peserta didik agar keluar dari ruang kelas.
Ketika
peserta didik berada di alam nyata, guru
boleh menjelaskan
teori dan
menghubungkan teori dengan situasi dan kondisi riil di lapangan/di dunia nyata.
Cara ini akan menciptakan suasana belajar menjadi hidup dan menarik. Ketika
guru menggunakan metode yang tepat serta
menciptakan suasana belajar yang menarik,
maka pasti tujuan pembelajaran akan tercapai.
Sebagai
Kepala Sekolah, metode yang dipilih oleh Penulis
untuk memecahkan berbagai persoalan di atas adalah dengan melakukan Supervisi
Akademik. Apa yang dimaksudkan dengan Supervisi Akademik ? Supervisi Akademik
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh,
1989, Glickman, et al; 2007 dalam Kemendikbud, 2014).
Supervisi akademik
menempati posisi strategis
di suatu lembaga
pendidikan
karena lembaga pendidikan bertanggung jawab
untuk memberikan layanan pendidikan
yang berkualitas
kepada peserta didik.
Kualitas
layanan pendidikan di suatu sekolah
tergantung pada kualitas
proses pembelajaran di kelas.
Kualitas proses pembelajaran di kelas tergantung pada kemampuan guru mengelola
proses pembelajaran. Kepala Sekolah, sebagai
penanggung jawab lembaga,
berkewajiban menjamin dan menfasilitasi agar semua guru mampu mengelola
proses pembelajaran seoptimal
mungkin.
Untuk itu, Kepala Sekolah
harus melaksanakan Supervisi Akademik semaksimal mungkin. Dengan Supervisi Akademik
yang maksimal, guru diharapkan
terdorong untuk mengelola proses
pembelajaran secara optimal.
Supervisi
Akademik memiliki tujuan. Pertama, untuk pengembangan
profesionalisme. Supervisi Akademik
dilakukan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan menggunakan
kemampuannya menggunakan teknik-teknik tertentu.
Kedua, pengawasan berkualitas. Supervisi Akademik dilakukan
untuk memonitor proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa
dilakukan melalui kunjungan Kepala Sekolah ke kelas-kelas di saat
guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, dengan teman sejawat,
maupun dengan sebagian peserta didik.
Ketiga, penumbuhan motivasi. Supervisi Akademik dilakukan
untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas
mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong
guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan
tanggung jawabnya.
Proses
pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah dimulai
dengan penyusunan program. Kepala Sekolah menyusun program supervisi
untuk menjamin agar pelaksanaan supervisi
berjalan sesuai harapan.
Perencanaan supervisi yang baik akan memperlancar jalannya
kegiatan supervisi. Dalam
teorinya,
supervisi bisa dilakukan dengan dua teknik, yaitu Teknik Supervisi
Individual dan Teknik Supervisi Kelompok. Namun dalam penerapan sejauh ini,
kurang lebih selama setahun menjabat sebagai Kepala Sekolah, Penulis baru menerapkan
Teknik Supervisi Individual.
Teknik Supervisi Individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Penulis
mengunjungi guru saat melaksanakan pembelajaran di kelas, mengamati semua
proses yang berlangsung di kelas, mengadakan pertemuan pribadi dengan masing
-masing guru dan membiarkan guru menilai kinerja mereka sendiri.
Pertama,
Kunjungan Kelas. Kunjungan kelas dilakukan dengan tujuan untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Selain itu, saat kunjungan
kelas, Penulis mengamati proses pembelajaran dengan teliti.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang obyektif tentang situasi
pembelajaran dan mengamati kesulitan-kesulitan guru dalam usaha untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Secara umum, aspek -aspek yang diamati adalah kreativitas guru
dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media pembelajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan
materi, dan reaksi mental peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Kedua,
Pertemuan Individual.
Pertemuan individual adalah suatu pertemuan, percakapan,
serta dialog dan tukar pikiran antara supervisor dan guru.
Tujuannya adalah memberikan kemungkinan pengembangan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi, mengembangkan pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik, memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan dalam diri guru, dan menghilangkan
atau menghindari segala prasangka.
Selama ini pertemuan individual selalu Penulis
lakukan setelah selesai supervisi di kelas. Tempat pertemuan adalah di
ruang Kepala Sekolah. Penulis menyampaikan
kekurangan dan kelebihan mereka dan sejauh yang Penulis
amati, ada tanggapan positif dari guru-guru. Mereka
menunjukkan usaha untuk memperbaiki diri.
Ketiga,
guru-guru menilai kinerja mereka sendiri. Dalam tahap ini,
guru-guru diberikan kesempatan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri. Hanya
sejauh ini, langkah ini belum Penulis
terapkan. Namun, Penulis menilai bahwa proses evaluasi diri ini adalah
sesuatu yang baik dan akan diterapkan ke depan.
Berdasarkan
pengalaman Penulis,
Supervisi Akademik cukup efektif untuk memulihkan kinerja guru. Dengan Supervisi
Akademik, kinerja guru di kelas bisa dievaluasi dan Kepala Sekolah bisa
mendorong guru untuk lebih baik menyiapkan pelajaran, memanfaatkan media
pembelajaran,
dan lebih serius memperhatikan kemampuan dasar masing-masing siswa. Oleh karena
itu,
setiap Kepala Sekolah wajib melakukan Supervisi Akademik secara berkala guna
meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan di sekolah. (MDj/red)
0 Comments