Oleh : Elisabeth Keraf, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 1 Alok Timur)
CAKRAWALANTT.COM - Dalam
kehidupan sehari-hari, aspek pendidikan sering menjadi prioritas yang harus
dipenuhi oleh semua kalangan masyarakat. Pendidikan dipandang sebagai salah
satu cara untuk memberantas kebodohan, sehingga harus dilakukan secara terus
menerus. Dengan pendidikan yang layak dan baik, Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
sebuah masyarakat dapat berkembang menjadi unggul dan mampu bersaing di tengah
gempuran arus perubahan. Untuk itu, diperlukan sistem dan pola pendidikan yang
berkualitas guna mewujudkan hal-hal di atas.
Dalam
praksisnya, pendidikan harus teraktualisasi dengan baik di setiap proses
pembelajaran, terutama di sekolah atau di dalam kelas. Pada konteks ini, guru
berperan penting untuk mewujudkan praktik pembelajaran yang berkualitas bagi
peserta didik, salah satunya melalui pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan dan dipelajari di
setiap satuan pendidikan.
Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, para peserta didik diajarkan untuk terampil
membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis secara seimbang dan kreatif. Salah
satu materi pembelajaran yang wajib dipahami dan dikuasai oleh peserta didik adalah
Menulis Teks Fantasi. Teks atau cerita fantasi sendiri merupakan Kompetensi
Dasar (KD) yang mempelajari cerita atau karangan yang dibuat berdasarkan
imajinasi pengarang. Materi tersebut sangat menekankan keterampilan menulis
peserta didik dalam memaknai dan mempraktikkan proses penulisan teks fantasi.
Menurut
Tarigan (2009 : 17), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan secara tidak tatap muka
dengan orang lain. Menulis juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan
menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan.
Untuk
itu, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada Materi Menulis Teks
Fantasi, para peserta didik diharapkan dapat aktif dan bersemangat dalam
memahami teks fantasi, serta terampil dan mampu menulis teks fantasi sesuai
arahan yang diberikan. Selain itu, mereka juga harus mampu berpikir kreatif
dalam mengolah pikiran dan imajinasi serta menuangkan pikiran dalam bentuk
tulisan.
Namun,
pada kenyataannya, Penulis selaku Guru Pengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 1 Alok Timur, Kabupaten Sikka, menemukan fakta yang berbeda. Dari
30 peserta didik kelas VII, hanya terdapat 17 peserta didik yang dapat menulis
dengan baik, dan sisanya belum dapat menulis dengan baik. Selain itu, diantara
peserta didik yang belum mampu menulis teks fantasi dengn baik tersebut,
terdapat 7 peserta didik yang tidak bertanggung jawab pada tugasnya.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan oleh Penulis, terdapat beberapa
faktor penyebab yang membuat peserta didik belum mampu menulis teks fantasi
dengan baik, seperti sikap malas, rendahnya minat untuk belajar, kurangnya daya
imajinasi, tidak adanya media belajar, serta kurangnya kreativitas dalam
mengolah pikiran. Selain itu, minimnya kreativitas dan inovasi Penulis dalam
mengajar juga menjadi salah satu penyebab utama.
Berangkat
dari persoalan dan uraian di atas, maka Penulis mencoba untuk menggunakan media
audiovisual untuk mendukung penyelenggaraan proses pembelajaran yang kreatif,
inovatif, dan menyenangkan di dalam kelas. Media sendiri, menurut Nugroho (2008
: 2), adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim kepada penerima guna merangsang pikiran, perasaan, dan minat. Sementara
media audiovisual, menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013 : 125), adalah media yang
berfungsi sebagai alat bantu mengajar yang ikut memengaruhi kondisi dan
lingkungan belajar melalui gambar diam (audiovisual diam), seperti film bingkai
suara (sound slides), dan gambar
bergerak (audiovisual bergerak), seperti film atau video cassette.
Untuk
meningkatkan kemampuan menulis teks fantasi pada peserta didik kelas VII di SMP
Negeri 1 Alok Timur, Penulis menggunakan media audiovisual bergerak, yakni
film, karena sudah sering ditayangkan dan mudah diakses melalui internet. Penayangan
film nantinya dapat membangkitkan semangat serta menumbuhkan daya imajinasi
yang tinggi kepada peserta didik, apalagi sebagian besar jenis film lebih
menunjukkan sisi fiksi dan fantasi.
Dalam
pelaksanaannya, Penulis menggunakan film berjudul The Guardian of Galaxy Vol. 2 sebagai media pembelajaran. Film
tersebut mengisahkan para penjaga galaksi yang memiliki kekuatan super
ketimbang manusia pada umumnya. Adegan-adegan yang dilakukan di setiap scene-nya dapat membangkitkan daya
imajinasi dan fantasi peserta didik. Praktik penggunaan film tersebut dalam
proses pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut.
Pertama, tahap persiapan. Pada tahap ini,
Penulis menyiapkan Film The Guardian of
Galaxy Vol. 2 yang di-download
dari situs internet. Setelah itu, Penulis menyiapkan pengeras suara (speaker), proyektor (LCD), dan spidol. Di
sini, para peserta didik juga diarahkan untuk menyiapkan segala sesuatu sebelum
memulai Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).
Kedua, tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, Penulis mulai
menyiapkan kondisi kelas dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan Film The Guardian of Galaxy Vol. 2 agar
peserta didik mengetahui maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah itu,
Penulis membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada peserta didik dan
mengarahkan mereka untuk menulis sebanyak mungkin hal-hal fiksi (tidak nyata)
yang didapatkan dari Film The Guardian of
Galaxy Vol. 2.
Selama
proses penayangan film berlangsung, Penulis berkeliling kelas untuk mengontrol
para peserta didik. Setelah selesai menonton, mereka pun mulai menuliskan
hal-hal fiksi di lembaran yang telah dibagikan. Kemudian, Penulis mengarahkan
mereka untuk menulis cerita fantasi berdasarkan hal-hal fiksi yang ditemukan
dengan memperhatikan tokoh dan alur cerita sesuai dengan struktur dan unsur
teks fantasi.
Ketiga, tahap evaluasi. Pada tahap ini, peserta didik akan
melaporkan hasil kerja di depan kelas. Penulis pun menyampaikan tanggapan
terhadap tulisan para peserta didik dengan memberikan apresiasi dan saran. Selanjutnya,
hasil karya tulis peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi akan
ditempelkan pada Majalah Dinding (Mading) sekolah.
Penerapan
film dalam proses pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kreativitas dan daya imajinasi peserta didik sehingga mampu menulis cerita atau
teks fantasi dengan baik. Selain itu, keterampilan atau kemampuan menulis
peserta didik pun dapat meningkat secara positif. Jika awalnya hanya 17 orang
peserta didik yang dapat menulis teks atau cerita fantasi, maka setelah
digunakannya media film tersebut, diharapkan terdapat peningkatan yang
signifikan.
Penggunaan
media film dalam pembelajaran tersebut mampu menciptakan kegiatan belajar yang
menyenangkan serta meningkatkan kreativitas dan keterampilan menulis. Untuk memperoleh
hasil yang lebih baik, pemutaran film dapat dilakukan pada 3 kali pertemuan
dengan jenis atau judul cerita yang berbeda-beda. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa media audiovisual sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran. (MDj/red)
0 Comments