Oleh : Anggela Anastasia Aso, SS.
(Guru SMP Swasta Katolik St. Ursula Ende)
CAKRAWALANTT.COM - Bahasa Inggris wajib
dipelajari di setiap satuan pendidikan di Indonesia. Kewajiban itu berlaku
sebab Bahasa Inggris merupakan Bahasa Internasional yang harus dikuasai oleh
setiap orang. Penguasaan Bahasa Inggris tersebut bisa dilakukan melalui
pendidikan maupun non pendidikan. Hal itu bisa ditemukan di lingkungan sekolah,
pekerjaan, dan masyarakat.
Semua orang dituntut untuk
fasih berbahasa Inggris agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
global, apalagi di era milenial saat ini yang kental dengan kemajuan teknologi.
Oleh sebab itu, setiap orang, tanpa terkecuali, di era kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini, wajib menguasai Bahasa Inggris sebagai
pijakan menghadapi perkembangan zaman.
Tuntutan untuk menguasai
Bahasa Inggris kerap tidak menemui hasil yang diharapkan. Setiap orang memiliki
kemampuan dan kapasitas yang berbeda-beda dalam mempelajari Bahasa Inggris.
Kondisi tersebut juga terlihat di lingkungan sekolah. Sebagian peserta didik
sering mengalami hambatan dalam mendalami Bahasa Inggris, baik dari segi
penulisan, pengucapan, membaca, dan mendengarkan.
Bahkan, beberapa di antara
mereka tidak dapat mengoperasikan alat-alat elektronik, seperti laptop atau
komputer, karena tidak terbiasa dengan penjelasan perangkat yang menggunakan
Bahasa Inggris. Bukan tidak mungkin, hal itu bisa berdampak secara
berkepanjangan (hingga dunia pekerjaan) bila tidak ditangani secara serius.
Menurut Nining Fitriani
(2021), terdapat 7 penyebab yang mengakibatkan seseorang belum fasih berbahasa
Inggris. Pertama, minimnya kemampuan berbicara (speaking) yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri (minder).
Kedua, maraknya teori tanpa praktik yang sering terjadi dalam pembelajaran
Bahasa Inggris. Penanaman teori, seperti grammar
dan voocabulary, yang kuat tanpa
pembiasaan praktik secara intens dapat menurunkan kemampuan atau keterampilan
dalam berbahasa Inggris. Ketiga, kurangnya pelatihan secara rutin dan
konsisten. Hal ini bisa menyebabkan penguatan aspek kebahasaan tidak berjalan
secara seimbang.
Keempat, takut diejek saat
melakukan kesalahan. Perasaan takut ketika berbahasa Inggris juga dapat
menyebabkan proses praktik tidak berjalan dengan lancar. Hal itu tentunya
berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri seseorang. Kelima, terlalu fokus
mendalami grammar. Seperti pada poin
kedua, penekanan teori yang sangat kuat akan berpengaruh pada penguasaan
keterampilan berbahasa karena minimnya praktik di lapangan.
Keenam, hanya fokus pada
kata, bukanya pada frasa atau kalimat utuh. Pada poin ini, proses pembelajaran
Bahasa Inggris sangat kental pada upaya penguasaan atau penghafalan kosa kata (vocabulary). Padahal, efektivitas dan
efisiensi dalam mempelajari Bahasa Inggris terletak dari penggunaan frasa atau
kalimat secara utuh, ketimbang kata per kata. Ketujuh, kurangnya pemanfaatan
media pembelajaran yang bervariatif. Salah satu kelemahan dalam mempelajari
Bahasa Inggris adalah minimya ruang atau referensi belajar yang digunakan.
Kebanyakan orang hanya berfokus pada penggunaan buku, padahal konsep belajar
harus bervariasi, seperti melalui cuplikan video, film, atau lagu-lagu yang
menggunakan Bahasa Inggris.
Berangkat dari persoalan di
atas, maka terdapat beberapa solusi yang bisa dilakukan guna mengasah dan
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Pertama, memberi motivasi kepada anak
didik untuk lebih percaya diri (more
self-confidence) dalam belajar Bahasa Inggris. Untuk meningkatkan
kepercayaan diri, dibutuhkan beberapa cara, seperti berlatih secara terus
menerus dan mendengarkan percakapan Bahasa Inggris. Practice makes perfect merupakan sebuah perumpaan yang sangat baik
untuk direalisasikan.
Dengan terus berlatih, maka
seseorang dapat mempelajari setiap kesalahan yang terjadi, serta termotivasi
untuk melakukan perbaikan dan perubahan secara kreatif. Selain itu, seseorang
juga dapat melakukan praktik berbahasa Inggris dengan mendengarkan banyak
percakapan Bahasa Inggris. Hal itu dapat membantu seseorang untuk memahami pola
pengucapan yang benar serta bagaimana mendengarkan sebuah informasi atau
percakapan dalam Bahasa Inggris.
Kedua, mendorong anak didik
untuk lebih mengutamakan praktikum secara berkelanjutan dengan menggunakan
media yang bervariasi. Cara ini terbilang efektif untuk mengasah kreativitas
anak ketika mempelajari Bahasa Inggris, baik dari segi membaca (reading), menulis (writting), berbicara (speaking),
dan mendengarkan (listening). Banyak
cara untuk mempraktekan berbicara bahasa Inggris, misalnya dengan cara
mendengar lagu bahasa Inggris secara berulang-ulang, latihan berbicara dengan
teman dan orang disekitar dan menonton film-film yang menggunakan bahasa
Inggris dengan terjemahannya.
Ketiga, mengarahkan anak
didik agar lebih konsisten dan rutin dalam proses belajar. Misalnya, setiap
hari anak didik harus rutin mendengar kembali video percakapan dan lagu yang
sudah pernah didengar dengan tujuan untuk mengulangi cara pengucapan atau pelafalan
yang tepat. Dengan demikian, secara tidak langsung, anak didik sudah belajar
banyak kosa kata yang didapat dari lagu maupun video sudah didengarkan secara
terus-menerus.
Keempat, harus menekankan
komitmen belajar yang kuat kepada anak didik. Anak didik harus dibiasakan untuk
berani tampil di depan publik guna melatih mental dan rasa kepercayaan diri. Anak
didik harus mampu melihat kesalahan sebagai media belajar untuk menjadi lebih
baik, bukan sebaliknya, menganggap kesalahan sebagai bahan perundungan di
lingkungannya. Selain itu, anak didik harus didorong untuk terus mencoba dan
berlatih dengan terus membangun komitmen belajar. Hal itu dapat membantunya
agar konsisten dalam mengasah dan menggali potensi diri di bidang Bahasa
Inggris.
Kelima, melatih anak untuk
sering menggunakan frasa atau kalimat dalam berbahasa Inggris. Penggunaan frasa
atau kalimat tersebut sangat berguna untuk membentuk kreativitas anak didik,
terutama dalam mengingat kosa kata (vocabulary).
Anak didik harus diarahkan untuk berfokus pada kalimat utuh, baik dalam
percakapan maupun pembelajaran. Salah satu cara praktis yang bisa dibuat oleh
pendidik adalah dengan mengajak anak didik untuk memanfaatkan google translate dan kamus dictionary
offline yang bisa di-download
dari handphone yang mereka miliki.
Keenam, membiasakan anak
didik untuk bisa menggunakan media atau sumber lain untuk mempelajari Bahasa
Inggris. Di era digital saat ini, terdapat begitu banyak media atau metode
belajar yang bisa digunakan, seperti tontonan video atau film dan permainan
kreatif. Kedua contoh tersebut bisa digabungkan menjadi satu alternatif
pembelajaran. Misalnya, anak didik disuguhi sebuah tontonan yang menarik
terkait materi pembelajaran Bahasa Inggris. Setelah itu, mereka diajak untuk
memainkan permainan kata berantai (chain
words) untuk meningkatkan daya ingat terhadap kosa kata yang diperoleh dari
video sebelumnya.
Setelah menemukan akar
permasalahan dan solusi agar fasih berbahasa Inggris, pendidik tentu berharap
kiranya dapat membantu para pembaca untuk kemudian berpikir bahwa mempelajari
Bahasa Inggris sangat mudah pada era digital atau era mileneal saat ini. Mempelajari
Bahasa Inggris sangatlah penting dan bermanfaat untuk bisa bertahan menghadapi
arus perkembangan globalisasi, sebab telah terbiasa untuk bisa memulai tanpa
ragu. (red)
0 Comments