Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MANFAAT METODE PBL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

 



Oleh : Yohanes Mau Kura, S.Pd.

(Guru SMA St. Angela Atambua)



CAKRAWALANTT.COM - Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang selalu dipakai di setiap lini kehidupan. Bahasa Inggris digunakan dalam berbagai kegiatan-kegiatan besar yang melibatkan komunikasi lintas negara. Semua dialog dan interaksi selalu merujuk pada Bahasa Inggris sebagai media komunikasi internasional. Pengaruh Bahasa Inggris juga terasa di dalam dunia pekerjaan, industri, dan beberapa lembaga penting, termasuk lembaga pendidikan.

 

Hal itu membuat Bahasa Inggris dikenal sebagai bahasa utama yang wajib dipelajari dan dipraktikkan guna menunjang eksistensi individu ataupun kelompok di tengah perubahan global. Bahasa Inggris dianggap sebagai salah satu pelajaran prioritas yang harus diajarkan di sekolah-sekolah tanpa mendiskreditkan mata pelajaran lainnya.

 

Di era globalisasi saat ini, Bahasa Inggris menjadi semakin eksis seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Merebaknya pengaruh internet dan teknologi informasi/komunikasi turut menunjang eksistensi Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang wajib dikuasai oleh individu maupun kelompok di abad ini. Semua informasi yang tersebar di media sosial, seperti facebook, instagram, twitter, youtube, dan sebagainya, juga mengelaborasikan Bahasa Inggris ke dalam semua aplikasi pada media sosial. Untuk itu, dengan menguasai Bahasa Inggris, maka individu atau kelompok akan mudah mengakses dan mengonsumsi informasi yang tersebar di dunia maya (internet).  

 

Kondisi ideal terkait penguasaan Bahasa Inggris tersebut kadang menemui kesenjangan di beberapa satuan pendidikan. Kenyataan riil di setiap pembelajaran Bahasa Inggris seolah menjadi persoalan klasik yang menghambat terciptanya kondisi ideal sebagaimana mestinya. Salah satu aspek kebahasaan yang paling sering mendapatkan perhatian serius adalah komunikasi lisan (speaking skill). Hal itu terlihat di kalangan peserta didik, termasuk di SMA St. Angela Atambua dimana penulis mengabdi. Berdasarkan pengalaman penulis, di semester I, terdapat 4 orang peserta didik dari total 29 orang (14%) di kelas X yang belum bisa menguasai kemampuan komunikasi lisan dengan baik

 

Persoalan tersebut tentunya memengaruhi daya interaksi di dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Mereka cenderung apatis dan tidak menghiraukan jalannya Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM). Materi pelajaran yang diberikan pun tidak dapat dicerna dan dipahami dengan baik, sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar peserta didik di penghujung semester. Selain itu, dalam skala global, mereka tidak dapat saling bertukar pengalaman, pengetahuan, dan budaya dengan sesamanya di media sosial karena minimnya penguasaan Bahasa Inggris.

 

Untuk menangani persoalan tersebut, maka penulis menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PBL) di dalam KBM. Menurut Taufiqurrahman dan Junaidi (2021), PBL adalah kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan produk. PBL tepat digunakan untuk  pembelajaran yang mengajarkan keterampilan terkait dengan konteks. Contohnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah menyusun suatu teks dialog, menulis cerita tertentu, menulis drama, membuat iklan, membuat pengumuman, dan membuat kliping.

 

Sedangkan, menurut Thomas, dkk dalam Wena (2009: 1441), PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Hal ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.

 

Untuk menghasilkan produk nyata tentu harus melalui proses yang benar. Adapun langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut. Pertama, penentuan project (choose a project) diawali dengan penentuan pertanyaan mendasar (start with the essential question). Kedua, mendesain perencanaan proyek (design a plan for the project) secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Ketiga, menyusun jadwal (create a schedule) yang dilakukan oleh pengajar dan peserta didik secara  kolaboratif. Aktivitas pada tahap ini antara lain membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membimbing peserta didik ketika mereka belum memahami proyek, memonitor peserta didik, dan menguji hasil (Assess the Outcome).

 

Berdasarkan langkah-langkah aktivitas pada model PBL di atas, maka penulis mengadaptasikannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menerapkannya di dalam kelas. Adapun produk nyata yang dihasilkan peserta belajar berupa teks-teks dialog singkat dan teks-teks bacaan singkat (descriptive text dan recount text). Tujuan meminta peserta didik membuat produk-produk tersebut adalah untuk membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik yang mendemonstrasikan atau bertanya-jawab menggunakan dialog hasil buatan mereka akan lebih bermakna daripada peserta didik yang hanya sekedar meniru dialog-dialog yang ada di dalam buku cetak.

 

Peserta didik juga dilatih untuk menjadi produsen sekaligus konsumen. Demikian juga prinsip yang sama berlaku pada kegiatan membaca (reading) dan mendengarkan (listening). Sebelum membaca, peserta didik dituntun untuk menyelesaikan atau menyusun teks-teks bacaan pendek berdasarkan contoh-contoh teks sejenis yang ada di dalam buku cetak. Lalu, mereka diminta untuk mempresentasikan hasil kerja di depan kelas untuk mendapat masukan. Setelah itu, mereka berlatih membaca dengan menggunakan teks yang mereka hasilkan dan membandingkannya dengan teks-teks yang ada di dalam buku pegangan.

 

Setelah menerapkan metode PBL selama 5 bulan (hampir 1 semester), penulis mengamati terjadi peningkatan yang signifikan. Jumlah peserta didik yang mulai berani berbicara dalam Bahasa Inggris secara mandiri meningkat menjadi 24 orang dari 29 peserta didik (82% dari jumlah keseluruhan). Sedangkan, 4 orang peserta didik yang pada awalnya sudah bisa berkomunikasi secara mandiri menunjukan penurunan grammar mistake yang signifikan. Penulis pun menyimpulkan bahwa penggunanaan Metode Pembelajaran Project Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi lisan (speaking skill) peserta didik SMA Santa Angela Atambua Kelas X Semester I pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments