Oleh : Dyna D. Naubnome, S.Pd
(Guru SMAS PGRI Oenay,
TTS)
CAKRAWALANTT.COM - Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang kondusif agar peserta didik secara efektif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan,akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan
pendidikan di lingkungan sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan murid
sebagai peserta didik. Hal itu diwujudkan dengan adanya interaksi belajar
mengajar atau proses pembelajaran.
Guru
selalu menjadi pusat perhatian sebagai pengarah, pengatur, dan pencipta suasana
kegiatan belajar mengajar yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, pemahaman guru terhadap model pembelajaran akan mempengaruhi peranan
dan aktivitas peserta didik dalam belajar. Guru sebagai salah satu pelaku atau
komponen dari pendidikan dituntut seprofesional mungkin, terutama dalam
mengorganisasikan dan memformulasikan model pembelajaran yang dinilai dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik yang tentunya
berimplikasi langsung pada pencapaian hasil belajar.
Salah
satu mata pelajaran yang turut menuntut profesionalisme guru dalam mencapai
tuntutan pembelajaran adalah matematika. Sebagai ilmu eksata, matematika harus
diajarkan dengan metode tertentu guna menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif. Di Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) PGRI Oenay, Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS), proses pembelajaran matematika kadang tidak berjalan
secara baik karena minimnya motivasi belajar peserta didik dalam menyimak dan
memahami subtansi materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Akibatnya,
proses pencapaian tujuan dari pembelajaran tersebut tidak berlangsung
sebagaimana mestinya.
Menurut
penulis, hal itu disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
mata pelajaran matematika tidak mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik. Dalam penyampaian materinya, guru
cenderung menerapkan metode ceramah, dimana guru menuliskan materi pembelajaran
di papan tulis serta mengarahkan peserta didik untuk mencatat dan mendengarkan
apa yang disampaikannya. Bahkan, guru akan mengurangi peluang diskusi karena
minimnya keinginan untuk bertanya oleh peserta didik.
Situasi
tersebut akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri para peserta
didik, sehingga tidak jarang banyak dari mereka yang mengobrol bersama teman
sebangku, ketiduran saat jam pelajaran berlangsung, dan juga bermain gadget. Hal
itu menjadi bukti betapa pasifnya peserta didik karena tida dilibatkan secara
interaktif dalam aktivitas pembelajaran. Maka dari itu, metode pembelajaran
yang diterapkan harus dimodifikasi dan diperbarui sekreatif mungkin guna
merangsang keaktivan para peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam
dunia pendidikan terdapat beberapa model pembelajaran, salah satunya adalah
metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi peserta didik dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, peserta didik belajar untuk bekerja
sama dengan anggota lainnya. Pada model ini, peserta didik memiliki dua tanggung jawab,
yaitu belajar untuk diri sendiri dan membantu sesama anggota kelompok
untuk belajar dan memecahkan permasalahan yang mereka temui.
Salah
satu model pembelajaran yang melibatkan keaktivan peserta didik adalah model
pembelajaran Examples non Examples.
Menurut Agus Suprijono (2009:125), model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang membelajarkan peserta
didik terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis
contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Tahapan
dalam model pembelajaran ini sangat memudahkan guru dan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Guru
hanya menyiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan peserta
didik yang diberikan kesempatan untuk menganalisis gambar yang ada kemudian
mendiskusikannya bersama anggota kelompoknya. Guru kemudian membantu peserta
didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan.
Digunakannya model pembelajaran examples
non examples dengan bantuan media animasi dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik. Media animasi yang digunakan juga dapat memotivasi
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang di sampaikan dan
memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Penggunaan
model pembelajaran examples non examples
juga mendorong peserta didik untuk lebih teliti dalam menganalisis dan menentukan
gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar yang tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Peserta didik juga sangat antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran, sehingga menjadi lebih menarik.
Dalam
proses pembelajaran yang berlangsung dari awal penerapan model pembelajaran examples non examples, peserta didik
dapat memahami dan menerapkan model pembelajaran yang diberikan dan hasil yang
diperoleh peserta didik sangat memuaskan. Proses pembelajaran dimulai dengan
guru menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Kemudian, guru menayangkan gambar yang ada dengan bantuan video
animasi dan peserta didik mengamati dan mencatat hasil pengamatan yang kemudian
didiskusikan dengan teman sekelompok.
Hasil
diskusi akan dipresentasikan di depan kelas, dan kemudian guru bersama peserta
didik menyimpulkan materi pelajaran yang telah berlangsung. Model pembelajaran examples non examples sangat efektif,
sehingga peserta didik mampu memahami materi dengan baik dan hasil yang
diperoleh sangat memuaskan. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan
oleh guru. (Budi/MDj/red)
0 Comments