Ilustrasi. |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Pemerintah Indonesia terus mengupayakan diplomasi pendidikan
guna mencapai transformasi Sumber
Daya Manusia (SDM) berkelanjutan,
salah satunya melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin, yang
telah berdampak positif. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin, Ardi
Marwan menjelaskan bahwa mulai tahun 2022 peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dari Indonesia berkesempatan melanjutkan pendidikan jenjang
sarjana atau S-1 di berbagai universitas di Jerman.
“Keputusan ini dikeluarkan Pemerintah Jerman dalam hal
ini oleh The Standing Conference of the Ministers of Education and Cultural
Affairs atau KMK yang disampaikan langsung kepada KBRI Berlin,” tutur Ardi
ketika dihubungi Minggu (12/6/2022).
Bukti telah diakuinya ijazah SMK dari Indonesia juga
dapat dilihat di situs resmi Anabin, yaitu anabin.kmk.org. Basis data Anabin
menampilkan daftar informasi seluruh institusi dan jenjang pendidikan yang
telah dievaluasi di Jerman hingga kini, oleh Central Office for Foreign Education (Zentralstelle für ausländisches Bildungswesen/ ZAB/ Kantor Pusat
Pendidikan Asing). Dengan basis data Anabin, calon peserta didik dapat mencari
informasi mengenai apakah kualifikasi akademik yang dimilikinya diakui di
Jerman.
Dengan telah diakuinya ijazah SMK oleh pemerintah Jerman,
diperkirakan jumlah mahasiswa Indonesia yang studi di Jerman akan mengalami
peningkatan yang pesat di tahun-tahun mendatang, terlebih lagi saat ini
Indonesia menghasilkan sekitar 1,5 juta lulusan SMK setiap tahunnya.
Dilanjutkan Ardi, sebelum keputusan ini terbit, ijazah
sekolah menengah tanah air yang diakui oleh Pemerintah Jerman hanya ijazah Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan/atau Madrasah Aliyah (MA).
“Para lulusan SMA/MA dari Indonesia yang ingin studi S1
di Jerman disyaratkan untuk mendaftar dan mengikuti program preparatory college atau
studienkolleg (STK) selama dua semester di berbagai institusi pendidikan
negeri atau swasta di Jerman,” tambah Ardi.
Adapun syarat mengikuti program STK adalah ijazah SMA/MA
dan sertifikat kompetensi Bahasa
Jerman minimal di level B2. Menurut Ardi, ada juga institusi yang
mempersyaratkan B1 dan C1, tetapi
jumlahnya tidak banyak.
“Jadi umumnya level Bahasa Jerman B2 sudah memadai,”
tutur Ardi.
Jenis program STK yang diambil bergantung pada program
studi S-1 yang menjadi pilihan calon mahasiswa. Sebagai contoh, untuk program
teknik, sains dan matematika, jenis program STK yang diambil adalah T. Berbeda
dengan program bisnis, ilmu sosial dan ekonomi, program STK-nya adalah W.
Program kedokteran, biologi dan farmasi, mensyaratkan program STK dengan kode
M, sementara untuk program humaniora, desain/seni, program STK-nya adalah G.
Terakhir, untuk program/jurusan bahasa, program STKnya adalah S.
Usai menempuh studienkolleg
selama dua semester, para peserta wajib mengikuti asesmen akhir yang disebut Feststellungsprüfung (FSP). Setelah
lulus FSP, maka calon mahasiswa bisa mendaftar dan menempuh studi S-1 di kampus
tujuan.
Hingga kini, diterangkan Atdikbud Ardi, hampir semua
universitas negeri di Jerman menerapkan kebijakan no tuition fee kepada seluruh mahasiswa, termasuk mahasiswa
internasional.
Sedikit berbeda dengan SMA/MA, calon mahasiswa yang akan
mendaftar dengan ijazah SMK harus sudah menempuh studi di universitas di
Indonesia selama satu tahun baru kemudian mendaftar program STK. Persyaratan
ikut program STK tidak berlaku jika calon mahasiswa pemegang ijazah SMA dan SMK
telah menempuh pendidikan program sarjana di Indonesia selama minimal empat
semester atau dua tahun.
“Dengan kata lain, mereka langsung dapat mendaftar pada
program sarjana yang menjadi tujuan studinya di Jerman,” ucap Ardi.
Ardi juga menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekitar
delapan ribu Pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Jerman. Selain
terkenal dengan biaya pendidikan yang murah, Jerman juga menawarkan keindahan
alam dan berbagai fasilitas publik inklusif yang dapat diakses seluruh
masyarakat.
Mahasiswa yang studi di Jerman juga mendapatkan
kesempatan untuk kerja paruh waktu dan yang paling menarik adalah setelah
menyelesaikan pendidikannya, mereka diberikan kesempatan untuk mencari kerja di
Jerman.
“Harapannya, semakin banyak talenta muda Indonesia yang
dapat menempuh pendidikan tinggi di Jerman dan kembali ke tanah air untuk
membangun bangsa,” tutup Atdikbud Ardi. (Kemendikbudristek/MDj/red)
0 Comments