Oleh : Henny
M. Timuneno, S.Si
(Guru
Matematika di SMA Negeri Benlutu)
CAKRAWALANTT.COM - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Benlutu merupakan
lembaga pendidikan jenjang atas satu-satunya di Kecamatan Batu Putih, Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS). Sebagai sekolah menengah atas yang hadir dan
berkembang di Desa Benlutu, animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang SMA tentunya sangat tinggi.
Hal ini terbukti dari jumlah pendaftar pada saat
penerimaan peserta didik baru dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Pada
awal sekolah ini didirikan tahun 2008, peserta didik yang mendaftar sebanyak 80
orang. Pada tahun berikutnya meningkat 20%, hingga saat penerimaan peserta
didik baru Tahun Pelajaran 2021/2022, jumlah pendaftar menjadi 189 orang.
SMA Negeri Benlutu menggunakan kurikulum yang
berpedoman pada panduan implementasi Kurikulum 2013 serta memperhatikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diterbitkan pada tahun 2016
sebagai dasar pelaksanaannya.
Selain memperhatikan karakter pelaksanaan Kurikulum
2013, SMA Negeri Benlutu juga mempertimbangkan segenap Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dimiliki untuk mewujudkan keunggulan sekolah dengan berpedoman pada
Standar Nasional Pendidikan. SDM yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
terpenuhinya guru mata pelajaran sesuai latar belakang pendidikannya.
Pembelajaran di SMA Negeri Benlutu diatur berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah ditetapkan di sekolah tersebut
dengan beban belajar untuk kelas X sebesar 41 jam pelajaran per minggu serta
untuk kelas XI dan XII sebesar 43 jam pelajaran per minggu. Kegiatan Belajar
dan Mengajar (KBM) dimulai pukul 07. 15 Wita dan berakhir pada pukul 13.30 Wita.
Pada rentang waktu ini, peserta didik berada dalam masa pembelajaran yang telah
dijadwalkan, baik untuk pembelajaran teori maupun praktik.
Tantangan terbesar terdapat pada mata pelajaran
hitungan yang terjadwal pada jam pelajaran terakhir. Semangat belajar peserta
didik mulai menurun karena timbulnya rasa malas, lapar, mengantuk, bahkan tidak
mampu berkonsentrasi saat guru menjelaskan pelajaran. Hal ini dialami oleh
peserta didik kelas XII MIPA 3 SMA Negeri Benlutu saat pelajaran matematika
peminatan pada pukul 10.30-13.30 Wita.
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
tersebut, maka kreatifitas dan inovasi guru mata pelajaran sangat penting
dibutuhkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
Langkah-langkah umum dalam model pembelajaran NHT
adalah pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan menukar jawaban antar
kelompok. Selanjutnya, langkah-langkah tersebut dikembangkan menjadi beberapa
tahap yang dapat memudahkan proses penerapan model NHT.
Tahap pertama yang dilakukan adalah persiapan.
Sebelum pembentukan kelompok, guru terlebih dahulu menyiapkan skenario
pembelajaran dan juga Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya adalah tahap pembentukan kelompok. Pada
tahap pembentukan kelompok, guru membagi peserta didik ke dalam beberapa
kelompok yang beranggotakan 3-4 orang. Kemudian, guru akan memberikan nomor kepada
setiap peserta didik beserta nama kelompok yang berbeda. Setelah guru
memastikan setiap peserta didik memiliki nomor, guru juga memberikan bahan ajar
atau buku panduan berupa buku paket pada tiap kelompok untuk dapat digunakan
dalam menyelesaikan LKPD.
Selanjutnya, dalam tahap diskusi masalah, tiap
kelompok diberikan lembar kerja untuk didiskusikan bersama, mencari dan
menemukan jawaban yang benar dari permasalahan yang diberikan. Pada tahap ini,
setiap anggota dalam kelompok tersebut secara bersama-sama mengetahui jawaban
dari setiap pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dapat bersifat spesifik atau
juga bersifat umum.
Setelah jawaban dipersiapkan oleh peserta didik,
guru akan menyebutkan satu nomor tertentu dan peserta didik yang nomornya
disebutkan oleh guru harus mengangkat tangannya sebagai tanda siap untuk
menjawab pertanyaan. Pada langkah terakhir, guru bersama peserta didik harus menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.
Pada saat penerapan model pembelajaran NHT, peserta
didik sangat bersemangat dalam pengelompokan. Mereka dengan antusias membentuk
kelompok sesuai arahan guru. Setelah berada dalam kelompok, peserta didik
bersama-sama mencari dan menemukan jawaban yang benar serta masing-masing
mempersiapkan jawaban sesuai nomor yang sudah ditetapkan di awal tahap tersebut.
Diskusi akan berjalan dengan lancar karena setiap
peserta didik berusaha menjawab sesuai nomornya masing-masing. Kelas yang
sebelumnya tidak bersemangat tampak berbeda ketika diterapkan model NHT. Hasil
belajar pun meningkat menjadi 90% dan nilai peserta didik dapat melampaui Kriteria
Belajar Minimal.
Berdasarkan tahap-tahap yang dilakukan di atas,
penerapan model NHT memiliki kelebihan dalam hal melatih peserta didik dalam
mencari jawaban yang tepat. Peserta didik juga memiliki keaktifan untuk mencari
hal-hal yang belum diketahui, sehingga setiap anggota dalam kelompok bisa
berperan secara aktif pula.
Model pembelajaran NHT dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika peminatan pada kelas XII MIPA 3 SMA
Negeri Benlutu sesuai presentase nilai peserta didik yang melampaui Kriteria
Belajar Minimal hingga 90%. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran NHT,
semua peserta didik dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran pada jam pelajaran terakhir pun tidak lagi menjadi masalah bagi
guru yang mengajar. Model pembelajaran tersebut juga dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pembelajaran. (red)
0 Comments