Suasana
pagi di SDN Lambunga, Kecamatan Kelubagolit, Adonara.
Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - Pagi itu
mentari melambaikan senyum di tengah hiruk pikuk masyarakat. Tim Media
Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT mulai menapaki setapak pendidikan di Pulau
Adonara. Dengan semangat yang masih asri, kami mengunjungi Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Lambunga yang terletak di Kecamatan Kelubagolit, Selasa (15/3/2022). Di
awal kunjungan, kami disambut oleh Kepala SDN Lambunga, Hendrikus Duru Hada,
S.Pd.SD dengan penuh kehangatan.
Hendrikus
merupakan salah satu pemimpin yang memiliki prinsip. Ia sangat menekankan aspek
kebijaksanaan dalam menjalani semua rutinitas. Melalui filosofi “Jadilah
pribadi bijaksana dengan belajar hidup seperti pohon kelapa”, dirinya selalu mengajak para guru dan tenaga kependidikan di SDN Lambunga untuk
terus bergerak dengan hati dalam membangun dunia pendidikan. Untuk itu, tegas
Hendrikus, para guru dan tenaga kependidikan harus mampu mengamalkan ilmu
pengetahuan dan moralitas dalam setiap proses pendidikan.
Kami pun
mulai terbawa ke dalam suasana diskusi yang mendalam. Hendrikus kembali
menuturkan bahwa para guru dan tenaga kependidikan harus bekerja seperti satu
pohon kelapa yang bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah pendidikan yang putih, seperti daging kelapa itu sendiri. Konsep pendidikan tersebut secara
tidak langsung merujuk pada pemikiran orang-orang Yunani yang hidup pada 600
SM. Menurut mereka, pendidikan adalah usaha untuk membantu manusia menjadi
“manusia” yang utuh. Dengan kata lain, Hendrikus berusaha mengajak semua pihak
untuk membantu para peserta didik dalam usahanya menjadi pribadi yang berguna, baik, dan berkualitas.
Lebih
lanjut, dalam menjalankan sebuah proses pendidikan, terang Hendrikus, pengetahuan dan moralitas harus
berjalan beriringan dan saling mendukung satu sama lain. Pengetahuan menjadi
wadah pengembangan intelektualitas, sedangkan moralitas adalah pijakan untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kepedulian sosial, dan “penyaring” yang bisa
memilah kebaikan dan keburukan dari sebuah kebenaran.
“Moral atau
akhlak bisa diibaratkan sebagai bibit unggul. Kalau kita mempunyai bibit unggul
pasti ketika kita menanamnya, suatu saat nanti ketika musim panen, kita
mendapatkan hasil yang berkualitas. Dengan bibit unggul tersebut, dapat
memberikan kesuburan atau manfaat bagi diri sendiri dan lingkungan masyarakat,”
ujar Hendrikus sambil tersenyum di sela-sela diskusi kami.
Kepala SDN Lambunga, Hendrikus
Duru Hada, S.Pd.SD.
Moral yang
baik tentunya bisa membentuk mental yang yang baik pula. Keduanya mengacu pada
hal yang sama, tetapi secara sosiologis memiliki sikap yang berbeda. Mental,
ujar Hendrikus, biasa ditujukan pada karakter atau kualitas cara berpikir,
bersikap, dan berperilaku. Nilai-nilai mental tersebut tertuang pada berbagai
pendidikan moral, seperti Pendidikan Pancasila, Agama, dan Budi Pekerti. Untuk
itu, Hendrikus selalu mengisahkan konsep pemikiran Wakil Presiden Kedua
Republik Indonesia (RI), Bung Hatta terkait moralitas dan mentalitas.
“Ilmu hanya
maju di tangan orang yang punya karakter, yang tahu menghargai pendapat orang
lain dengan berani mempertahankan pendirian sendiri. Orang yang mempunyai
karakter tak segan mempertahankan pendapatnya, sekalipun bertentangan dengan
pendapat umum. Hanya dengan pendirian kritis itu dapat ilmu dimajukan,”
jelasnya.
“Karakter
yang terutama bukan kecerdasan. Kecerdasan dapat dicapai dengan jalan studi
oleh orang yang mempunyai karakter.
Karena karakter itulah pula ilmu dapat berjalan terus. Orang yang mempunyai
karakter berani bertanggung jawab dan berani pula menolak hal yang tidak cocok dengan keyakinannya
sendiri. Dan oleh karena itu, ia berani pula menempuh perjuangan dan menentang tradisi, berani
mempunyai paham sendiri, dan berbuat apa yang dikatakannya dengan mulut,”
sambung Hendrikus dengan penuh semangat.
Di akhir
diskusi, Hendrikus menegaskan bahwa pendidikan bisa menunjang pembentukan
karakter individu. Hal itu, pungkasnya, sesuai dengan tujuan pendidikan menurut
UU No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sebelum
mengakhiri diskusi, Hendrikus juga sempat memperkenal beberapa guru SDN
Lambunga yang sempat hadir di tengah-tengah diskusi kami, yakni Lusia Lipat
Doni, S.Pd; Siti Aminah Ema Goran, S.Pd;
Emanuel Loli Bean, S.Pd; Saina Benga Asan, S.Pd; Mutalib Tupanotik,S.Pd;
Antonia Masi Boli,S.Pd.SD; Thadeus Lapong Sanga, S.Pd; Maria Rosalina Kewa Ola,
S.Pd; Abdul Haris Kelake Ola, S.Pd; dan
Maria Agustina Palang Teron. Selain itu, Hendrikus juga mengungkapkan bahwa SDN
Lambungan memiliki 140 orang peserta didik yang terdiri dari 77 orang laki-laki
dan 63 orang perempuan. (Rofinus R. Roning/MDj/red)
0 Comments