Suasana kegiatan bersama para guru Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) di SDK St. Mikael Baopukang, Ile Ape Timur, Jumat (18/2/2022). |
Lembata, CAKRAWALANTT.COM - Di sela-sela kegiatan bersama para guru Sekolah
Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) di SDK St. Mikael Baopukang, Ile Ape Timur,
Jumat (18/2/2022), salah satu Pengawas SD/MI Kabupaten Lembata, Bonefantura Solo, S.Pd menuturkan bahwa pengintegrasian Higher
Order of Thinking Skill (HOTS). Menurutnya, penyusunan soal HOTS bertujuan
untuk memperdalam materi sesuai dengan kurikulum dan satuan pendidikan dasar.
Dalam penyusunan soal HOTS, terang Bonefantura,
jumlah soal yang diberikan minimal 30 nomor dan disesuaikan dengan kondisi
sekolah setempat. Produksi kualitas HOTS, imbuhnya, berfokus pada pertanyaan
analisis atau penilaian argumen dan data. Selain itu, sambungnya, motif soal
yang diberikan adalah seputar mendefinisikan konsep, cara, dan penentuan
kesimpulan. Konsep utama yang digunakan, ujarnya, menggunakan analisis logis,
penilaian informasi, serta pengoreksian kembali guna memecahkan masalah.
Lebih lanjut, terang Bonefantura, soal-soal HOTS
yang disajikan membutuhkan kecakapan atau kemampuan peserta didik untuk
menjawab. Kemampuan tersebut, tambahnya, bisa terlihat dari cara berpikir serta
penggunaan nalar analisis, evaluasi dan pola kreasi.
“Meskipun penerapan, pelaksanaan pembelajaran
berbasis HOTS menekankan pada pembelajaran berpusat pada peserta didik atau
dikenal dengan istilah Student Center
Learning (SCL). Dalam melaksanakan pembelajaran tersebut, peserta didik
diminta untuk mendiskusikan sebuah materi pembelajaran, selanjutnya peserta
didik mempresentasikan,” tandas Bonefantura.
Pengawas SD/MI Kabupaten Lembata, Bonefantura Solo, S.Pd. |
Bonefantura juga mendeskripsikan program HOTS
sebagai konsep education reform
berbasis taksonomi pembelajaran yang lebih menekankan proses kognitif ketimbang
tipe pembelajaran lainnya. Untuk itu, terangnya, dalam proses pembelajaran
berbasis HOTS, peserta didik akan terbiasa untuk berpikir kritis dalam
mengembangkan kreativitasnya.
Dalam penyusunan soal HOTS, lanjut Bonefantura,
terdapat pilihan ganda kompleks yang memiliki beberapa opsi jawaban, serta
jenis soal yang menekankan pencocokan (matching).
Dengan demikian, pungkasnya, model pembelajaran berbasis HOTS bisa dibedakan
dengan model pembelajaran lain, seperti model pembelajaran melalui penemuan (discovery/inquiry learning), model
pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning), dan model pembelajaran berbasis projek (project- based learning).
Untuk diketahui, dalam kegiatan bersama SD/MI
se-Kabupaten Lembata tersebut turut hadir pengawas pendidikan lain, seperti
Daniel Meran Lejab, S.Pd, Yohanes Samon Lian S.Pd, Donatus Dema Kokomaking,
S.Pd, Agustinus Wura Osan, S.Pd, serta Alexander Dua S.Pd bersama guru mata pelajaran
dan wali kelas VI SD/MI se-Wilayah Kecamatan Ile Ape, Kecamatan Ile Ape Timur dan
Kecamatan Lebatukan. (Rofinus
R. Roning/MDj/red)
0 Comments