Elias
Suban Nama bersama para peserta didik di SMK Sadar Wisata, Ruteng usai
melakukan ujian kompetensi keahlian bidang perhotelan pada 2016 lalu.
Sikka, CAKRAWALANTT.COM - Senja di
pengujung sore itu, Sabtu (19/2/2022), nampak kelabu sembari menyambut rintikan
hujan yang akan bertamu. Mentari di ufuk barat perlahan membentang tirai menuju
peraduannya. Saat itu, kami, Tim Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT masih
menyaksikan hiruk pikuk aktivitas masyarakat Kota Maumere yang terpantau lancar
kendati pandemi masih menetap tanpa permisi.
Sesaat
setelah senja berakhir, kami melangkahkan kaki menuju seorang kerabat dekat.
Selang beberapa saat, senyum dan tawa kehangatan menjadi tampilan menarik untuk
kami lukis dalam perjumpaan tersebut.
“Permisi,”
ujar kami kepada kerabat tersebut.
“Apa kabar,
kawan?” balasnya dengan sedikit menoleh ke arah belakang.
Ternyata
sapaan awal kami sedikit menghentakannya hingga merasa kaget atas kedatangan
kami. Elias Suba Nana, begitulah nama kerabat yang kami kunjungi pada hari itu.
Dengan sikap ramah dan senyuman yang tulus, kami disambut oleh Elias di dalam rumahnya. Kami duduk di depan teras rumah sambil menikmati suasana malam yang
perlahan menyelimuti. Sambil ditemani sajian kopi dengan aroma khas Adonara,
kami mulai membuka percakapan di malam itu.
“Bagaimana
kabar Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT? cakrawala selalu ada di hati saya,”
ungkapnya sembari mengapresiasi kerja dan kinerja kami.
“MPC NTT
tentunya selalu menggema di setiap hati dan telinga pembacanya,” balasku dengan
sedikit tersenyum saat mendengar apresiasinya.
Sesaat
kemudian, topik pembicaraan kami menjadi semakin hangat, intim, dan tentunya
substantif dengan sedikit nuansa akademis. Tak lupa, kami sedikit demi sedikit
menggali dan menelusuri jejak pengalaman Elias. Perlahan tapi pasti, Elias
mulai membuka sesi berbagi pengalaman (sharing) bersama
kami. Untuk itu, kami selalu menjaga ritme pembicaraan agar mudah mengiringi
laju pemikirannya.
Elias
Suban Nama sedang melakukan briefing sebelum
melakukan Ujian Kompetensi Bidang Housekeeping
Tata Graha di hadapan para karyawan hotel di Hotel Flores Mandiri Ende pada
2016 lalu.
|
Elias adalah
seorang guru, pejuang di dalam dunia pendidikan. Ia telah mengabdi dalam profesi mulia tersebut selama kurang lebih 18
tahun. Pada tahun 1999-2016, dirinya menjadi tenaga pengajar dan pendidik di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Luhur Maumere. Selama menjadi guru, Elias
mengajarkan Ilmu Perhotelan, sebab baginya, pelayanan prima (excellent service) adalah kunci utama
dalam dunia perhotelan itu sendiri. Untuk itu, imbuhnya, dunia perhotelan selalu mengedepankan lulusan
vokasi.
“Mendirikan
sebuah sekolah kejuruan adalah sebuah keharusan untuk mendapatkan pekerjaan dan
menciptakan lapangan kerja bagi peserta didik,” ujarnya di sela-sela diskusi
tersebut.
Lebih
lanjut, Elias menjelaskan bahwa sekolah-sekolah kejuruan harus menerapkan link and match. Hal itu, imbuhnya, harus
mengedepankan sistem pendidikan ganda kepada peserta didik, dimana 70%
pembelajaran adalah praktikum dan 30% merupakan pendalaman teori dalam Kegiatan
Belajar dan Mengajar (KBM).
Suasana
diskusi pun semakin terasa hangat tatkala pengalaman demi pengalaman terkait
vokasi terus disampaikannya. Tak jarang, beberapa istilah dan celotehan
bernuansa ilmiah-akademis terucap olehnya. Suasana semakin malam, di bawah
terangnya lampu neon dengan nyala yang sedikit meredup, diskusi pun kembali
lanjutkan.
Elias
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang asesor (Penguji Berstandar Nasional)
dalam bidang dunia perhotelan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP). Baginya, tujuan melakukan uji kompetensi adalah agar para
peserta dapat memahami dengan benar bidang yang ditekuninya sehingga memiliki
kompetensi dalam bidangnya ketika bekerja.
“Tahun 2016,
saya pernah menguji kompetensi para guru, peserta didik SMK, Pegawai pemerintah
dan karyawan hotel se-Daratan Flores dan Kota Kupang. Cukup banyak pengalaman
saya selama ini dalam melakukan ujian kompetensi keahlian,” tuturnya sembari
sesekali menyeduh kopi.
Elias
Suban Nama saat melakukan ujian kompetensi keahlian kepada Aparatur Sipil
Negara (ASN) Kabupaten Sikka di Hotel Pelita Maumere pada 2016 lalu.
Pada tahun
2016, lanjut Elias, dirinya pernah menjadi Kepala SMK Budi Luhur Maumere.
Selain itu, imbuh Elias, dirinya juga merupakan pensiunan dari Konferensi Wali
Gereja Indonesia (KWI). Kemudian setelah pensiun, Elias mulai mengurusi bisnis sebagai salah satu hobinya. Menanam dan berkebun di pekarangan rumah, tandasnya, adalah modal untuk
mendatangkan keuntungan dan pemasukan bagi peningkatan ekonomi keluarga.
Di akhir
diskusi, Elias menegaskan bahwa generasi muda saat ini, terutama kaum milenial
harus memiliki keterampilan dan kompetensi keahlian di bidangnya masing-masing.
Maka dari itu, ujarnya, setiap orang harus dilatih sejak dini untuk menggali
potensi diri, termasuk dengan cara berliterasi. Baginya, membaca dan menulis
adalah upaya untuk mencapai kepintaran intelektual. (Sebastianus Kopong/MDj/red)
0 Comments