Kumpulan Puisi Peserta Didik dan Mahasiswa NTT
BULAN SABIT
Puisi Dea Seran Suki
Semua bermula 3 tahun lalu.
Aku, kamu dan rasa ini.
Lengkungan seindah bulan sabit
adalah hal pertama yang membuatku tertarik.
Tampan, indah, manis.
Tiga kata yang kuucapkan dalam hati
ketika melihat lengkungan itu hadir.
Lengkungan seindah bulan sabit itu
selalu berotasi dalam pikiranku.
Aku selalu jatuh cinta dengan lengkungan itu,
lengkungan yang membuat hati terbius dan mulut
membisu.
Aku kecanduan.
Enggan berhenti untuk memandang
ingin kusimpan lengkungan itu untuk diriku sendiri
agar bisa selalu kunikmati
Namun, bukankah itu terdengar egois?
Ya, aku egois!
Namun, logika menyadarkanku dari bunga tidur.
Menarikku kembali pada realita,
bahwa aku hanyalah penikmat
bukan penyebab atau tujuan dari lengkungan seindah
bulan sabit.
Pada akhir kisahku,
aku masih setia menjadi penikmat lengkungan indah
itu,
walaupun dalam sunyi dan terbius dalam setiap kata
yang kutoreh di atas tinta
Kupang, 22 Agustus 2020
BAWA DAKU MENGULANG
Puisi Milka Nomleni
Andai kupunya mesin waktu,
hendak kupantau bayang lalu
mengecap rasa terbilang kaku
menapak jejak terpantau abu.
Terbesit nyata,
saat kupandang cakrawala
kuat mengakar di kalbu
dirangkaikan dewi malam.
Putih biruku yang lugu.
ngajakku tersenyum menyapa
getar batin meronta hebat
tatkala salam berpadu sapa
‘salam kenal sobat'.
Di awal bertarung sengit
tak puas hati merah setitik
benak mendesak tuk jadi bibit
sejalan alur gawai hadir mengimplisit.
Putih biruku yang lincah.
Gerimis mendekap ubun
serdadu kecil terus berlari,
memercik genangan keruh
melukiskan kenangan haru.
Putih biruku sederhana.
Surya membara menjadi kawan
mengucur keringat berlomba
kertas lusuh bekas coretan
laksana pendingin ruangan bermerek.
Putih biruku yang lucu.
Timbul tenggelamnya cinta monyet
samar-samar tapi nampak
suka. Namun, malu mengungkap.
Putih biruku penuh suka.
Lonceng berbunyi batin melega
semangkuk mie ayam tiga garpu
satu game bergilir lima orang
warnet menampung rumah menyambut.
Putih biruku yang berharga,
masa seribu satu pengenalan
masa seribu satu penyesuaian
masa sejuta kenangan suka.
Bawa aku kembali
karena itu mauku.
Bawa aku terus maju
karena itu kenangan baikku.
SETELAH KAU TOLAK
Puisi Maria Nele
Hatiku kaca, pecah berkeping-keping.
Bertubrukan dengan kata-kata dari bibirmu.
Satu keping jatuh di kulit bumi
tiga tempias ke langit sore itu.
Ada yang jatuh di tepi laut
sisanya terserak di ufuk matamu
keping-keping itu lalu kembali mencari
satu kepingan yang tersisa di dadaku
maka kurekatkan mereka dengan hati-hati
seolah-olah tak ada yang pernah pecah.
Tapi seperti luka yang meninggalkan bekas
demikian di tepi-tepi pecahan yang retas
selalu ada sisa yang mengeras.
MASA DEPAN
Puisi Yenista Riti
Dalam kegelapan sebuah harapan besar yang kunanti
tak ada cahaya yang menerangi
aku hanya terpaku pada dinding harapan
berharap akan ada sebuah keajaiban.
Langkah demi langkah kulalui
tantangan dan rintangan datang silih berganti.
Namun, perjuanganku menggapai sebuah harapan terus
kulalui
demi sebuah cita-cita besar yang aku nanti.
Walaupun kehidupan yang kadang tak sejalan.
Namun, aku terus berjalan
karena aku yakin
akan ada kebahagiaan di ujung perjuangan.
Semoga waktu berpihak padaku
agar aku dapat membuktikan
bahwa perjuangan yang sejati
akan menemukan masa depan yang baik.
PULANGLAH
Puisi Ferdinandus Bhanggo
Hilang tanpa tersisa
setiap cerita dan kisah
semenjak kamu pergi
di balik nisan
Ingin kuteriak pada Tuhan
kembalikan mereka padauk.
Mereka milikku bukan milik-Mu.
Sebab….
Di sini sendiri tanpa peluk,
di sini tanpa harapan,
di sini tanpa cinta,
di sini hanya menunggu,
“Kamu, pulanglah padaku’’
aku takut sendiri.
TERKADANG
Puisi Benediktus Kasi
Terkadang ingin kuputar masa
menjalani indahnya kenangan
walau kusadari waktu terus berlaju.
Ingatan masa lalu pun berlalu,
semuanya rapuh termakan waktu
tersisa hanya sebagian kasih dan sayang
yang terpatri dalam hati
CANDU
Puisi Yusril Melkisedek Banoet
Paras dan batinku bercerita,
lakukan semua yang kuhendaki,
berangkat dari egoku yang besar
demi sebuah mimpi tak berujung
Ini caraku bukan caramu!
Memperdayai keinginan ragaku,
mencoba dan candu lagi
hingga tersimpan dan mandarah.
Suatu titik yang kelam
dunia kembali mendusta untukku
membumi hanguskan hati yang kolot
dan mengingkari mimpi itu.
SENJA
Puisi Robertus Liwun
Indah bagaikan emas yang mewah
cahaya, cahayamu begitu indah bagaikan permata
pesona, pesonamu bagaikan nyala lilin
yang menerangi seluruh bumi cakrawala di sore hari
Senja....
ketika sore tiba,
dan ombak ombak beriak pelan,
di saat itu engkau muncul di balik
awan putih.
cahaya dan sinarmu yang begitu indah
membuat suasana hati menjadi luluh lantah tak bertuan
Senja....
Kini malam kian mendekat,
engkau pun ingin berpamitan dengan seluruh cakrawala.
Perlahan lahan meninggalkan bumi cakrawala ini,
Namun, meninggalkan cahayamu dan
pesonamu di langit ufuk barat yang begitu indah,
dan menyalah bagaikan kobaran api
Senja oh senja....
ciptaan Tuhan yang begitu indah dan istimewah di sore hari di bumi cakrawala
ini.
Sahabat menaruh kasih setiap waktu
Kupetik daun, kujadikan kertas….
Kupatahkan ranting, kujadikan pena….
Kuteteskan air mata, kujadikan tinta….
Lalu kucoba merangkai kata menjadikannya sebuah kalimat.
UNTUKMU SAHABAT
Puisi Alexandra Deniriando Siga
Sahabat lama adalah emas.
Sahabat baru adalah berlian.
Jika, mendapatkan berlian jangan lupa emas….
Karena keduanya sama-sama berharga,
dalam mengarungi bahtra kehidupan.
*Penerbitan puisi-puisi tersebut merupakan hasil
kerja sama antara Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT dengan Kantor Bahasa
Provinsi NTT
0 Comments