Kepala SMK Negeri 2 Kupang, Willem A. Kana, S.Pd.,MT |
Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kota Kupang mulai menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sejak minggu ketiga bulan September 2021 lalu. Hal itu disampaikan oleh Kepala SMK Negeri 2 Kupang, Willem A. Kana, S.Pd.,MT, ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (13/10/2021). Menurutnya, penerapan PTM terbatas tersebut merupakan solusi untuk menguatkan mutu pendidikan di tengah pandemi Covd-19.
Ia menuturkan Kegiatan Belajar dan
Mengajar (KBM) di SMK Negeri 2 Kota Kupang dilaksanakan dengan menggunakan
metode blended learning atau
kombinasi antara pembelajaran daring (online) dan luring (tatap muka). Dalam pelaksanaan,
ujarnya, pihak sekolah juga memberlakukan sistem shift dimana para peserta didik akan dibagi ke dalam dua kelompok
belajar dan dibatasi durasi waktu KBM selama dua jam untuk sehari. Hal itu,
imbuhnya, berguna agar penerapan protokol kesehatan (prokes) tetap berjalan
sesuai dengan Surat Edaran dari pemerintah.
“Pembelajaran tatap muka ini sudah
berjalan sejak minggu ketiga September. Pelaksanaannya itu dengan blended learning, yaitu gabungan antara
luring dan daring. Jadi setengahnya luring dan setengahnya daring. Nanti diatur
secara shift, dimana ada yang per minggu. Jadi minggu ini setengah dan minggu
berikutnya setengah karena jumlah peserta didik yang sangat banyak, yaitu 2000-an
orang serta 12 jurusan dan ini merupakan sekolah kejuruan dengan jumlah jurusan
terbanyak. Tatap muka ini juga dibatasi hanya dua jam sesuai dengan edaran dari
pemerintah untuk diuji coba pada masa transisi, sehingga tatap muka terbatas
kita masih batasi waktu hanya dua jam,” terangnya.
Lebih lanjut, terangnya, dalam durasi
waktu dua jam tersebut para peserta didik akan membahas semua materi selama pembelajaran
daring sambil melakukan kegiatan praktik. Kegiatan tersebut, ujarnya, dilaksanakan
secara kontekstual dan disesuaikan dengan kebutuhan hidup para peserta didik. Dalam
pembelajaran kontekstual tersebut, tuturnya, para peserta didik akan membuat
video tutorial pembuatan instrumen atau alat tertentu serta kemudian dinilai
oleh para guru.
Menerapkan
GSM
Sementara itu, guna melatih karakter dan
rasa empati, pihak sekolah menerapkan konsep Gerakan Sekolah Menyenangkan
(GSM). Pihak sekolah, tuturnya, juga mengutamakan pembinaan karakter di setiap
proses pembelajaran. Konsep GSM tersebut, ungkap Willem, bertujuan untuk
membentuk sikap dan perilaku belajar peserta didik yang jujur tanpa paksaan, disiplin
tanpa paksaan, serta berprestasi tanpa tekanan. Selain itu, sambungnya, pihak
orang tua atau wali peserta didik juga harus mendampingi anak-anak tersebut,
sehingga paradigma tentang proses belajar tidak lagi bersifat klasikal,
melainkan lebih merujuk pada konteks kekinian dan menyenangkan.
“Memang sekarang ini ada beberapa kendala yang dialami, yang dimana guru-guru di sekolah ini sudah banyak yang tua-tua, jadi guru-guru harus bisa keluar dari zona nyaman mengikuti perkembangan saat ini. Tidak bisa gurunya di abad ke 20 sedangkan peserta didiknya di abad ke 21. Dalam hal ini, guru-guru perlu update agar sesuai dengan perkembangan saat ini sehingga apa yang akan diajarkan sesuai dengan keadaan saat ini. Saya juga berharap agar anak-anak semakin maju sesuai dengan perkembangan zaman saat ini dan harus siap menerima segala perubahan sesuai dengan perkembangan yang terjadi saat ini,” pungkasnya.
Berita dan Foto : Femy Seran/Nia Bene
Editor : Mario Djegho (red)
0 Comments