Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Dalam
menunjang proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) 1 Kota Kupang menerapkan sistem shift dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan (prokes). Hal
tersebut dituturkan oleh Kepala SMAN 1 Kota Kupang, Dra. Marselina Tua, M.Si,
ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (05/10/2021). Menurutnya, dengan pelaksanaan
PTM terbatas tersebut pihak sekolah mampu menanggulangi segala kendala dan
persoalan yang terjadi selama proses pembelajaran daring.
Ia
mengatakan pelaksanaan PTM terbatas di
SMAN 1 Kota Kupang telah berlangsung selama dua minggu
dengan jumlah peserta didik sebanyak 1400 orang dan guru sebanyak 104 orang. Kegiatan
Belajar dan Mengajar (KBM), ungkapnya, dilakukan dengan metode shift, dimana jumlah untuk satu kelas belajar dibagi
menjadi dua kelompok. Pembagian shift tersebut,
sambungnya, berlaku pada pukul 07.00-11.00 Wita dan dilanjutkan pada pukul
11.00-14.00 Wita. Melalui KBM tatap muka dengan pembagian shift tersebut, imbuhnya, interaksi antara guru dan peserta didik
bisa kembali intens dilakukan.
”Dengan
tatap muka ini, memang mereka juga kelihatan sangat rindu untuk berinteraksi
dengan orang lain. Akan tetapi dia tidak sempurna karena interaksi yang terjadi
tidak saling bersentuhan. Dengan diberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM)
ini, anak-anak lebih termotivasi karena kalau online semuanya terasa kering
karena hanya guru yang berbicara, sedangkan siswanya mematikan kamera dan
tidur. Belajar dengan media apapun akan berbeda karena kategori setiap anak ada
bebagai macam, ada yang tipe auditori, ada yang dia harus dengan kinestetik
adapula yang harus visual. Tidak bisa hnya dengan mendengar saja,” ujarnya.
Membuat Strategi Mengajar
Sementara
itu, untuk mendukung proses KBM yang efektif selama PTM terbatas, Marselina
menerangkan bahwa para guru juga harus membuat strategi mengajar yang efektif. Hal
tersebut, imbuhnya, harus disesuaikan dengan rentang waktu pelaksanaan PTM di
setiap pembagian shift. Dengan kata
lain, ujarnya, semua materi harus dipersiapkan dan dibagikan secara berkala
melalui aplikasi Google Classroom
atau WhatsApp sebelum proses KBM
berlangsung. Maka dari itu, sambungnya, sebagai Sekolah Penggerak, para guru
yang berkecimpung di dalamnya harus mampu memahami dan menyesuaikan metode
pengajaran dengan kondisi terkini peserta didik.
Lebih
lanjut, ungkap Marselina, pihaknya memiliki impian besar untuk melakukan sistem
pembelajaran kolaborasi, dimana terdapat perpaduan antara semua mata pelajaran
agar bisa dipelajari secara bersamaan.
“Kami
punya impian besar untuk membuat pembelajaran kolaborasi agar semua mata
pelajaran bisa dipelajari secara bersamaan,” pungkasnya.
Berita dan Foto : Nia Bene/Marlyn Seo
Editor : Mario Djegho (red)
0 Comments