Membaca Kisah Cylla, Peraih Juara 1
Lomba Tutur Tingkat Provinsi NTT
Setiap masyarakat memiliki narasi budayanya masing-masing. Proses budaya yang terjadi secara turun-temurun telah melahirkan begitu banyak unsur kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Semua unsur kebudayaan tersebut diwariskan lewat narasi dan budaya tutur yang kelak menjadi identitas serta karakteristik suatu masyarakat. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, terdapat sebuah cerita rakyat “Mone Hebaka” dari Pulau Sabu yang diwariskan secara turun temurun. Cerita tersebut menjadi bagian integral dari identitas masyarakat Sabu pada khususnya dan NTT pada umumnya.
Mengangkat Cerita “Mone Hebaka”
Menurut
kisah masyarakat Sabu, Mone Hebaka
adalah seorang pemuda yang terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna.
Hal tersebut membuat dirinya dianggap sebagai aib di dalam keluarga, sehingga
kedua orang tuanya menelantarkan dia di dalam hutan. Mone Hebaka kemudian dirawat oleh seorang pemburu seperti anaknya
sendiri. Seiring berjalannya waktu, Mone
Hebaka memohon izin untuk mencari “Rai
Deo”, tempat tinggal Tuhan Pencipta alam. Dia ingin mengadu soal nasibnya
kepada Sang Pencipta.
Namun, di
dalam perjalanannya, Mone Hebaka mengalami
begitu banyak pengalaman tentang kerasnya kehidupan masyarakat. Saat tiba di Rai Deo, ia mengadu semua nasib dan
harapannya, sehingga ia berubah menjadi pemuda yang kekar, tampan dan perkasa
lewat api unggun. Sesudah itu, ia menghaturkan lagi sebuah permintaan untuk meringankan
beban banyak orang, tetapi Sang Pencipta menolaknya. Namun, ia akhirnya
diberikan sebuah tongkat bertuah yang bisa mengabulkan semua permintaannya. Mone Hebaka kemudian menggunakan tongkat
itu untuk membantu banyak orang yang mengalami kesusahan (http://kepercayaan-tradisi.kemdikbud.go.id).
Kisah
tentang Mone Hebaka ini merupakan
salah satu cerita rakyat yang juga dibawakan oleh seorang siswi SDK St. Yosefa
Labuan Bajo, bernama Galgani A. P. Djeharut di ajang Lomba Bertutur Bagi
Siswa-Siswi Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tingkat Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) pada 21 – 22 Juli 2021 lalu secara virtual. Gadis
cilik yang sering disapa Cylla tersebut berhasil meraih juara pertama pada
ajang pelombaan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI lewat
koordinasi bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan daerah.
Di bawah
tema besar “Membangun Generasi Muda
Indonesia Gemar Membaca serta Menumbuhkan Karakter Bangsa Melalui Kecintaan
Terhadap Budaya Lokal”, Cylla bersama sebelas peserta lainnya dari berbagai
kabupaten di NTT terus belajar untuk menggali potensi diri dan pengetahuan
tentang budaya lokal lewat ajang perlombaan bertutur tersebut.
Bangga Menjadi Perwakilan Provinsi NTT
Dalam
wawancaranya dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT pada Jumat (24/07/2021),
Cylla mengisahkan proses seleksi yang dilaluinya dari tingkat sekolah hingga
kabupaten. Gadis kelahiran Ruteng 11 tahun yang lalu ini mengungkapkan bahwa ia
menjalani seleksi tingkat sekolah dengan seorang temannya untuk mengikuti
seleksi lanjut di tingkat kabupaten bersama peserta lain dari berbagai sekolah
di Kabupaten Manggarai Barat.
Kegiatan
tersebut, jelasnya, didukung oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Manggarai Barat. Setelah mengikuti serangkaian tahap seleksi, akhirnya dirinya
terpilih untuk mengikuti perlombaan di tingkat Provinsi NTT dan berhasil meraih
juara pertama untuk melaju ke tingkat nasional.
“Pertama
saya dipilih untukikut seleksi dari sekolah dan kami ada dua orang. Kemudian
dengan sekolah-sekolah lain saya juga yang dipilih. Makanya saya yang dipilih
untuk mengikuti lomba di provinsi kemarin dan berhasil meraih juara pertama ke
tingkat nasional. Sebelum itu, di kabupaten kami dipilih lagi oleh Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Manggarai Barat” ujarnya dengan penuh
semangat lewat sambungan telepon.
Lebih
lanjut, anak dari pasangan Engky Djeharut dan Mayang Selman ini mengaku sangat
bangga dan bahagia bisa terpilih sebagai perwakilan Provinsi NTT di tingkat
nasional dalam Lomba Bertutur 2021. Selain itu, ungkapnya, pihak sekolah dan
keluarganya sangat bangga serta terharu dengan pencapaiannya. Ia juga
menambahkan bahwa dirinya juga akan kembali membawakan cerita rakyat Mone Hebaka tersebut di tingkat nasional
pada September mendatang. Baginya, cerita rakyat tentang Mone Hebaka yang dipilihnya sangat menarik dan mengandung banyak
nilai, seperti; jangan berputus asa dan saling membantu.
“Saya
sangat senang dan bangga karena bisa dipercaya untuk mewakili sekolah,
kabupaten dan provinsi. Pihak sekolah sangat senang dan bangga sekali sama
saya. Mama dan bapa juga sangat terharu dan sangat mendukung saya. Nanti bulan
September saya akan membawakan lagi cerita rakyat ini di tingkat nasional sebab
di samping ceritanya yang menarik,
sosok Mone Hebeka tidak pernah berputus asa dan mau saling membantu,” ungkap siswi kelas VI yang
bercita-cita menjadi dokter tersebut.
Peningkatan Literasi dan Pelestarian
Budaya
Di lain
sisi, Cylla juga menjelaskan bahwa dirinya selalu didorong untuk giat membaca
di lingkungan keluarga, apalagi sang ibu berprofesi sebagai seorang guru. Di
rumah misalnya, ia
sering membaca buku tentang cerita rakyat, komik dan bacaan lainnya. Hal
tersebut, imbuhnya, menjadi modal persiapannya untuk mengikuti perlombaan
tingkat nasional nanti. Selain itu, ia juga mengharapkan agar kelak dirinya
bisa menjadi contoh dan motivasi bagi anak-anak lain agar lebih giat membaca
guna memperoleh hal-hal baru.
“Di rumah
biasa saya sering baca cerita rakyat, komik, dan bacaan lain karena kebetulan
mama saya guru jadi kami disuruh untuk rajin membaca dan itu juga penting untuk
persiapan sebelum ke nasional dimana saya harus belajar lebih giat lagi dan
banyak membaca, dan dipelajari lagi biar tambah bagus. Semoga saya bisa menjadi
motivasi untuk anak-anak lain untuk rajin membaca agar mendapatkan hal-hal
baru” pungkasnya.
Kisah Cylla
tersebut senada dengan tujuan penyelenggaraan perlombaan bertutur tahun ini,
yakni; menumbuhkembangkan kegemaran membaca anak-anak serta kecintaannya
terhadap karya budaya bangsa melalui bacaan atau buku. Kegemaran Cylla dalam
membaca di lingkungan keluarga dan sekolah telah membentuknya menjadi individu
pecinta literasi dan panutan bagi anak-anak seusianya. Walaupun bukan berasal
dari komunitas masyarakat Sabu, Cylla telah berhasil mengangkat cerita rakyat Mone Hebaka secara baik dan total. Cylla
berhasil meruntuhkan tembok eksklusivitas budaya dan membangun jembatan pelestarian
budaya sebagai rahmat universal.
Dengan
kegiatan membaca yang rutin, Cylla bisa mengangkat kembali budaya tutur demi
memperkuat warisan budaya yang kelak bisa terdokumentasi dalam bahasa tulisan.
Cerita rakyat merupakan simbol identitas budaya dan masyarakat yang harus
dijaga dan dilestarikan sebagai upaya penanaman nilai, norma, dan pewarisan
adat istiadat secara turun-temurun.
Oleh sebab itu, melalui kisah dan prestasi Cylla ini, semua pihak dituntut
untuk mampu meningkatkan budaya literasi di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat bagi anak-anak usia dini.
Teks & Foto: Mario Djegho/ Dokumentasi Redaksi
0 Comments