Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENGANGKAT CERITA, MELESTARIKAN BUDAYA

Membaca Kisah Cylla, Peraih Juara 1 Lomba Tutur Tingkat Provinsi NTT



Setiap masyarakat memiliki narasi budayanya masing-masing. Proses budaya yang terjadi secara turun-temurun telah melahirkan begitu banyak unsur kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Semua unsur kebudayaan tersebut diwariskan lewat narasi dan budaya tutur yang kelak menjadi identitas serta karakteristik suatu masyarakat. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, terdapat sebuah cerita rakyat “Mone Hebaka dari Pulau Sabu yang diwariskan secara turun temurun. Cerita tersebut menjadi bagian integral dari identitas masyarakat Sabu pada khususnya dan NTT pada umumnya.

 

Mengangkat Cerita “Mone Hebaka

 

Menurut kisah masyarakat Sabu, Mone Hebaka adalah seorang pemuda yang terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Hal tersebut membuat dirinya dianggap sebagai aib di dalam keluarga, sehingga kedua orang tuanya menelantarkan dia di dalam hutan. Mone Hebaka kemudian dirawat oleh seorang pemburu seperti anaknya sendiri. Seiring berjalannya waktu, Mone Hebaka memohon izin untuk mencari “Rai Deo”, tempat tinggal Tuhan Pencipta alam. Dia ingin mengadu soal nasibnya kepada Sang Pencipta.

 

Namun, di dalam perjalanannya, Mone Hebaka mengalami begitu banyak pengalaman tentang kerasnya kehidupan masyarakat. Saat tiba di Rai Deo, ia mengadu semua nasib dan harapannya, sehingga ia berubah menjadi pemuda yang kekar, tampan dan perkasa lewat api unggun. Sesudah itu, ia menghaturkan lagi sebuah permintaan untuk meringankan beban banyak orang, tetapi Sang Pencipta menolaknya. Namun, ia akhirnya diberikan sebuah tongkat bertuah yang bisa mengabulkan semua permintaannya. Mone Hebaka kemudian menggunakan tongkat itu untuk membantu banyak orang yang mengalami kesusahan (http://kepercayaan-tradisi.kemdikbud.go.id).  

 

Kisah tentang Mone Hebaka ini merupakan salah satu cerita rakyat yang juga dibawakan oleh seorang siswi SDK St. Yosefa Labuan Bajo, bernama Galgani A. P. Djeharut di ajang Lomba Bertutur Bagi Siswa-Siswi Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 21 22 Juli 2021 lalu secara virtual. Gadis cilik yang sering disapa Cylla tersebut berhasil meraih juara pertama pada ajang pelombaan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI lewat koordinasi bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan daerah.

 

Di bawah tema besar “Membangun Generasi Muda Indonesia Gemar Membaca serta Menumbuhkan Karakter Bangsa Melalui Kecintaan Terhadap Budaya Lokal”, Cylla bersama sebelas peserta lainnya dari berbagai kabupaten di NTT terus belajar untuk menggali potensi diri dan pengetahuan tentang budaya lokal lewat ajang perlombaan bertutur tersebut.

 

Bangga Menjadi Perwakilan Provinsi NTT

 

Dalam wawancaranya dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT pada Jumat (24/07/2021), Cylla mengisahkan proses seleksi yang dilaluinya dari tingkat sekolah hingga kabupaten. Gadis kelahiran Ruteng 11 tahun yang lalu ini mengungkapkan bahwa ia menjalani seleksi tingkat sekolah dengan seorang temannya untuk mengikuti seleksi lanjut di tingkat kabupaten bersama peserta lain dari berbagai sekolah di Kabupaten Manggarai Barat.

 

Kegiatan tersebut, jelasnya, didukung oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Manggarai Barat. Setelah mengikuti serangkaian tahap seleksi, akhirnya dirinya terpilih untuk mengikuti perlombaan di tingkat Provinsi NTT dan berhasil meraih juara pertama untuk melaju ke tingkat nasional.  

 

“Pertama saya dipilih untukikut seleksi dari sekolah dan kami ada dua orang. Kemudian dengan sekolah-sekolah lain saya juga yang dipilih. Makanya saya yang dipilih untuk mengikuti lomba di provinsi kemarin dan berhasil meraih juara pertama ke tingkat nasional. Sebelum itu, di kabupaten kami dipilih lagi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Manggarai Barat” ujarnya dengan penuh semangat lewat sambungan telepon.

 

Lebih lanjut, anak dari pasangan Engky Djeharut dan Mayang Selman ini mengaku sangat bangga dan bahagia bisa terpilih sebagai perwakilan Provinsi NTT di tingkat nasional dalam Lomba Bertutur 2021. Selain itu, ungkapnya, pihak sekolah dan keluarganya sangat bangga serta terharu dengan pencapaiannya. Ia juga menambahkan bahwa dirinya juga akan kembali membawakan cerita rakyat Mone Hebaka tersebut di tingkat nasional pada September mendatang. Baginya, cerita rakyat tentang Mone Hebaka yang dipilihnya sangat menarik dan mengandung banyak nilai, seperti; jangan berputus asa dan saling membantu.  

 

“Saya sangat senang dan bangga karena bisa dipercaya untuk mewakili sekolah, kabupaten dan provinsi. Pihak sekolah sangat senang dan bangga sekali sama saya. Mama dan bapa juga sangat terharu dan sangat mendukung saya. Nanti bulan September saya akan membawakan lagi cerita rakyat ini di tingkat nasional sebab di samping ceritanya yang menarik, sosok Mone Hebeka tidak pernah berputus asa dan mau saling membantu,” ungkap siswi kelas VI yang bercita-cita menjadi dokter tersebut.

 

Peningkatan Literasi dan Pelestarian Budaya

 

Di lain sisi, Cylla juga menjelaskan bahwa dirinya selalu didorong untuk giat membaca di lingkungan keluarga, apalagi sang ibu berprofesi sebagai seorang guru. Di rumah misalnya, ia sering membaca buku tentang cerita rakyat, komik dan bacaan lainnya. Hal tersebut, imbuhnya, menjadi modal persiapannya untuk mengikuti perlombaan tingkat nasional nanti. Selain itu, ia juga mengharapkan agar kelak dirinya bisa menjadi contoh dan motivasi bagi anak-anak lain agar lebih giat membaca guna memperoleh hal-hal baru.

 

“Di rumah biasa saya sering baca cerita rakyat, komik, dan bacaan lain karena kebetulan mama saya guru jadi kami disuruh untuk rajin membaca dan itu juga penting untuk persiapan sebelum ke nasional dimana saya harus belajar lebih giat lagi dan banyak membaca, dan dipelajari lagi biar tambah bagus. Semoga saya bisa menjadi motivasi untuk anak-anak lain untuk rajin membaca agar mendapatkan hal-hal baru” pungkasnya.  

 

Kisah Cylla tersebut senada dengan tujuan penyelenggaraan perlombaan bertutur tahun ini, yakni; menumbuhkembangkan kegemaran membaca anak-anak serta kecintaannya terhadap karya budaya bangsa melalui bacaan atau buku. Kegemaran Cylla dalam membaca di lingkungan keluarga dan sekolah telah membentuknya menjadi individu pecinta literasi dan panutan bagi anak-anak seusianya. Walaupun bukan berasal dari komunitas masyarakat Sabu, Cylla telah berhasil mengangkat cerita rakyat Mone Hebaka secara baik dan total. Cylla berhasil meruntuhkan tembok eksklusivitas budaya dan membangun jembatan pelestarian budaya sebagai rahmat universal.

 

Dengan kegiatan membaca yang rutin, Cylla bisa mengangkat kembali budaya tutur demi memperkuat warisan budaya yang kelak bisa terdokumentasi dalam bahasa tulisan. Cerita rakyat merupakan simbol identitas budaya dan masyarakat yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai upaya penanaman nilai, norma, dan pewarisan adat istiadat secara turun-temurun. Oleh sebab itu, melalui kisah dan prestasi Cylla ini, semua pihak dituntut untuk mampu meningkatkan budaya literasi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat bagi anak-anak usia dini.

 

Teks & Foto: Mario Djegho/ Dokumentasi Redaksi

Editor: Robert Fahik/ red

Post a Comment

0 Comments