Fr. Norbertus Banusu, CMM, M.Pd
Kepala
SMAS Frater Don Bosco Lewoleba
Pengantar
Tulisan
ini merupakan sebuah catatan lepas, juga inspirasi kunjungan dan safari
pendidikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur, Bapak
Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., 10 – 13 Maret 2021 di Kabupaten Lembata. Sebagai
seorang pemimpin, beliau melakukan kunjungan ke hampir semua SMA/SMK,
berdialog, berkoordinasi langsung dengan Kepala Sekolah dan para guru di setiap
Satuan Pendidikan.
Saya
bersyukur bersama para Kepala Sekolah dalam wadah MKKS SMA/SMK se-Kabupaten
Lembata turut dalam rombongan safari tersebut. Makna safari kali ini adalah
bentuk motivasi dan penguatan atas berbagai keunggulan, peluang dan tantangan
setiap satuan pendidikan. Tentu saja hal ini berdampak positif dalam kerangka
restorasi pendidikan di Nusa Tenggara Timur menuju generasi emas di usia satu
abad bangsa Indonesia merdeka.
Generasi
Emas NTT dalam
Bingkai Visi Indonesia 2045
Indonesia
pada 2045 akan merayakan momentum bersejarah. Pada saat itu Indonesia berusia
satu abad. Maka muncul ide, wacana dan gagasan Generasi Emas 2045. Pada tahun
itu, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia
70% dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan
penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).
Kurun waktu 2020-2045 adalah periode yang sangat menentukan untuk menata dan
mempersiapkan diri menuju kebangkitan generasi emas Indonesia dalam persaingan
global.
Wacana
nasional menuju Generasi Emas Indonesia 2045 dimulai sejak era kepemimpinan
Presiden Joko Widodo. Dalam bingkai cita-cita nasional, kepemimpinan Gubernur
NTT Victor Laiskodat merumuskan visi pendidikan NTT dalam kalimat “Restorasi
Kebangkitan Pendidikan Revolusioner Menuju NTT Cerdas, Bangkit dan Sejahtera”.
Generasi
masa depan Indonesia-NTT hendaknya mengarah pada pribadi yang cerdas dan mau
menerima perubahan. Cita-cita emas itu mestinya mulai diterapkan secara dini di
sekolah. Generasi muda NTT perlu memiliki kecerdasan yang komprehensif, produktif
dan inovatif. Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter kuat. Sehat,
menyehatkan dalam interaksi alamnya dan berperadaban unggul.
Komitmen
Restorasi Pendidikan Provinsi NTT
Perkembangan
Era Revolusi Industri 4.0 yang sedang terjadi hendaknya semakin menguatkan
komitmen untuk merestorasi pendidikan di Provinsi NTT. Pemerintah daerah harus
tanggap dan proaktif merespon berbagai perubahan seiring perkembangan Revolusi
Industri 4.0 dengan arah kebijakan strategis bagi sekolah-sekolah. Sekolah
terutama kelas-kelas kita hendaknya memiliki komitmen berubah.
Era revolusi Industri 4.0. yang kini banyak
dibicarakan dikenal sebagai era Artificial
Intelligence. Era ini adalah bersatunya berbagai revolusi teknologi
sebelumnya dan membentuk berbagai inovasi spekatakuler dalam bidang informasi komunikasi
dan layanan aplikasi super cepat dan mudah. Sebut saja inovasi telpon seluler
super canggih dan murah atau aplikasi Gojek,
Grab, Go Food, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, dll.
Perubahan super cepat ini hendaknya mendorong
pemerintah dan sekolah untuk melahirkan jurusan, program studi, dan berbagai
terobosan kegiatan ekstrakurikuler yang relevan dan tanggap zaman. Dalam
konteks ini, apa yang dilakukan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
NTT selama safari pendidikan di kabupaten Lembata sangat positif. Di setiap
sekolah yang dikunjungi, ada presentasi profil sekolah. Beliau memberi
apresiasi atas keunggulan sekolah, memberi gagasan segar pengembangan sekolah
sekaligus memberi solusi atas tantangan yang dihadapi sekolah. Semua bermuara pada
kualitas dan prestasi peserta didik di sekolah.
Komitmen restorasi pendidikan di Provinsi NTT
perlu menonjolkan ciri keterampilan abad ke-21 yang benar dan nyata di kelas
kita sejak dini. Pertama, melahirkan pemikir (critical thinker). Proses pembelajaran tidak melulu hafalan
tetapi melatih siswa untuk menyampaikan gagasannya. Jika ia setuju dengan
gagasan orang lain apa alasannya, juga sebaliknya. Guru bisa meminta siswa
menyampaikan idenya tentang masalah aktual, seperti kemacetan, banjir, kekeringan,
penangangan covid-19, peluang dan tantangan BDR dan berbagai masalah aktual di
sekitarnya. Kelak, melalui strategi dan metode pembelajaran seperti ini lahir
banyak pemikir yang mampu memecahkan masalah-masalah (solving problem)
masyarakat dan bangsa. Albert Einstein menulis, “Education is not the
learning of facts, but the training of the mind to think.”
Kedua, melahirkan komunikator (communicator).
Siswa dilatih menyampaikan ide secara lisan dengan baik (understanding and
communicating ideas). Ia harus percaya diri bahwa menyampaikan gagasan
lebih baik daripada diam. Lihatlah bagaimana kelas kita. Ketika guru meminta
siswa menjawab atau mengajukan pertanyaan, respon siswa sangat lamban dan
sedikit sekali siswa yang bertanya atau menjawab karena tidak dilatih percaya
diri. Alih-alih memberi kesempatan siswa aktif bertanya dan menjawab, guru kita
malah lebih dominan dalam pembelajaran. Kata orang, keburukan komunikasi lisan,
merupakan kedangkalan pengetahuan.
Ketiga, melahirkan
kolaborator (collaborator). Sedikit sekali siswa yang memiliki
keterampilan jamak, misalnya bisa menggambar, mendesain konten,
menyampaikan pendapat, dan berhitung.
Guru bisa mengelompokan siswa berdasarkan ragam kecerdasan dan bekerja
sama dalam tim yang sangat menguatkan. Kemampuan ini penting bagi siswa (working
with others). Siswa harus mampu menerima perbedaan setiap individu dan
melihatnya sebagai kekuatan bukan kelemahan atau sumber perpecahan.
Keempat,
melahirkan penemu atau pencipta (creator). Siswa melatih diri untuk
tidak cepat puas terhadap yang sudah ada.
Mereka perlu berlatih menemukan hal baru untuk menjawab persoalan demi
hidup yang lebih baik. Siswa belajar menjadi inovator mulai dari hal-hal
sederhana hingga yang kompleks (producing high quality work). Kita perlu
melahirkan generasi bangsa yang kreatif dan inovatif. Kita memerlukan siswa
yang mampu memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain. Hendaknya mereka
sampai pada tahap tidak takut melakukan kesalahan, seperti kata Albert
Einstein, “A person who never made a mistake never tried anything new.”
Penutup
Restorasi Pendidikan Provinsi NTT akan efektif
berjalan bila ada revolusi mental. Di Era Presiden Jokowi sangat percaya bahwa
revolusi mental yang akan membawa bangsa ini keluar dari berbagai permasalahan
bangsa. Perubahan paradigma masyarakatlah yang akan membawa bangsa ini bergerak
ke arah masa depan yang gemilang baik di sektor pendidikan, ekonomi maupun
kebudayaan.
Perbaikan mental masyarakat negeri ini berarti
perbaikan menyeluruh pendidikan kita. Segenap daya dan upaya dari pemerintah,
komunitas sekolah dan seluruh pemangku kepentingan dikerahkan, berkolaborasi positif memperbaiki
kualitas pendidikan kita. Kata Malcolm S. Forbes, “Education’s purposes is
to replace an empty mind with an open one.” Restorasi pendidikan di NTT
bisa berjalan baik bila ada keterbukaan, kesepahaman dan kolabarasi bersama
menata dan mempersiapkan generasi emas manusia NTT di masa satu abad
kemerdekaan bangsa kita. Tidak gampang tetapi harus dimulai dari sekarang dan
bermula dari ruang kelas kita. Selamat Hari Pendidikan Nasional 2021 bagi
segenap insan pendidikan.
Foto: Rofinus R. Roning
0 Comments