Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional, Yayasan Polikarpus Do Flobamora (Yaspora) NTT bekerja sama dengan Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar webinar bertema “Berdaya Dengan Buku”. Digelar secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting, Rabu (19/5/2021), kegiatan tersebut menghadirkan dua pembicara utama yakni, Ketua Bidang Litbang FTBM Provinsi NTT sekaligus penulis buku “Mutiara Dunia Maya”, Wahid N. Aman, S.Pd., M.Hum., dan sastrawan sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT, Robertus Fahik, M.Si.
Dalam
pengantarnya, Ketua
Yaspora NTT sekaligus Ketua FTBM Provinsi NTT, Polikarpus Do, S.S., mengapresiasi
semua pihak yang sudah mau berpartisipasi dan terlibat dalam webminar dan
diskusi literasi tersebut. Selain sebagai momen peringatan hari buku nasional,
kegiatan tersebut, ungkapnya, merupakan wadah kolektif untuk beremuk dan
menyusun strategi peningkatan budaya literasi dari tataran narasi menuju
implementasi aksi. Hal tersebut, lanjutnya, sangat membantu proses pembangunan
kerja sama dan kolaborasi antara para pegiat, praktisi, dan pemerhati literasi
membiasakan kegiatan baca-tulis sebagai sebuah kebutuhan.
“Saya
sangat mengapresiasi semua pihak yang sudah mau hadir dan berpartisipasi dalam
webminar ini. Ini adalah kegiatan peringatan hari buku nasional kemarin
sekaligus menjadi wadah kita untuk berdiskusi soal peningkatan budaya literasi
dari tataran narasi menuju tataran aksi. Kita semua, baik pegiat, praktisi, dan
pemerhati literasi harus membiasakan kegiatan baca dan tulis sebagai kebutuhan
di tengah masyarakat,”
ungkapnya.
Menjadikan Buku sebagai Teman Hidup
Wahid Aman, dalam pemaparannya, menyatakan bahwa
buku sudah seharusnya menjadi teman hidup yang mampu memberdayakan diri sendiri
maupun orang lain. Hal tersebut diungkapkannya berdasarkan fakta rendahnya
minat membaca nasional. Dengan mengembangkan konsep berdaya dengan buku,
ujarnya, seseorang bisa mengasah pola berpikir yang kritis sekaligus
menjadikannya sebagai sumber hidup. Oleh karena itu, harapannya agar pemerintah
dan kerja kolaboratif para pegiat literasi mampu memberikan ruang kreativitas
dalam memberdayakan potensi diri lewat membaca buku.
“Tema
berdaya dengan buku sebenarnya sangat menarik. Buku harus menjadi teman hidup
yang bisa memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Kita masih rendah dalam
ranah minat membaca. Makanya kita harus memberdayakan diri dengan buku agar bisa
berpikir kritis dalam mengolah pikiran. Pemerintah dan para pegiat literasi
harus memberikan ruang kreatif dalam memberdayakan potensi masyarakat lewat
membaca buku,” jelasnya.
Literasi Membaca dan Menulis Masih
Rendah
Di lain pihak,
dalam sharing yang dibagikannya,
Robert Fahik
mengungkapkan rendahnya literasi membaca dan menulis di lingkungan sekolah. Hal
tersebut, lanjutnya, terlihat dari kemampuan literasi peserta didik maupun guru
ketika dirinya melakukan pendampingan menulis di berbagai sekolah. Selain itu,
paparnya, sumber dan referensi bahan pembelajaran yang digunakan oleh guru
masih terkesan monoton dan cenderung tidak berkembang. Tentunya, dampak yang
sama juga akan dialami oleh para peserta didik yang tidak mampu menambah
wawasannya lewat kegiatan membaca yang intens.
Untuk
mengatasi masalah tersebut, terangnya, perlu adanya perhatian serius dari
berbagai pihak dalam menunjang fasilitas perpustakaan sekolah dan keterlibatan
aktif pada program Gerakan Literasi Nasional (GLS). Lebih lanjut, ia juga
sangat menekankan adanya apresiasi bagi para guru maupun peserta didik yang
memiliki potensi dan bakat dalam bidang menulis. Hal tersebut, ungkapnya, bisa
menjadi dorongan bagi guru dan peserta didik dalam menambah literatur belajar,
beradaptasi dengan era digital, hingga mampu berkompetisi dalam berbagai karya
tulis.
“Berdasarkan
pengalaman saya selama pendampingan di berbagai sekolah, ada banyak sekali
kenyataan yang menggambarkan rendahnya literasi membaca dan menulis, baik peserta
maupun guru. Misalnya, banyak guru yang belum mampu mengembangkan referensi
bacaannya dalam menyusun bahan pembelajaran, sehingga terkesan monoton dari
tahu ke tahun. Begitupun peserta didik akan terbiasa untuk tidak membaca buku.
Makanya, sangat diperlukan peran semua pihak dalam menunjang terlaksananya
program Gerakan Literasi Nasional di sekolah,” ungkapnya.
Pantauan
media, webinar yang dipandu oleh Ketua Harian Yaspora NTT, Ardi Leo Du sebagai
moderator tersebut berlangsung selama tiga jam dan diikuti oleh pengelola dan
pengurus FTBM di seluruh Provinsi NTT, mahasiswa, pelajar, dosen, guru,
penulis, pegiat literasi, dan media.
Berita & Foto: Mario Djegho/ red
0 Comments