Jakarta, CAKRAWALANTT.COM – Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Arief Rachman menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis kebudayaan untuk memperkuat identitas bangsa. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa terdapat beberapa unsur untuk mengembangkan pendidikan berbasis kebudayaan.
“Takwa, fleksibel, keterbukaan, ketegasan, berencana, mandiri, toleransi,
disiplin, berani ambil resiko, sportif, setia kawan, integritas, orientasi masa
depan,” ungkap Arief dalam pidatonya secara daring di Jakarta (5/5). Ia
mengapresiasi penyelenggaraan webinar yang diselenggarakan Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka memperingati Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang bertema “Serentak Bergerak Wujudkan
Merdeka Belajar”.
Arief menuturkan bahwa terdapat lima hal yang membuat pendidikan menjadi sukses
di antaranya adalah ketakwaan, kepribadian matang, ilmu mutakhir yang
menghasilkan berprestasi, rasa kebangsaan, dan berwawasan global.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
(Badan Bahasa), Kemendikbudristek, Bahasa, E. Aminduin Aziz menjelaskan
perbedaan pendidikan bahasa di setiap daerah yakni perbedaan taksonomi yang
timbul dari keragaman budaya.
Aminduin Aziz menerangkan bahwa terdapat Laboratorum Kebinekaan yang
dikembangkan Badan Bahasa untuk merumuskan berbagai materi bahan ajar.
Disamping itu, Aziz menyinggung kompetensi yang harus dimiliki seorang tenaga
pendidik. Kompetensi itu adalah pemahaman monocultural dan multicultural agar
ketika para pendidik menjalankan proses pembelajaran, siswa dengan mudah
memahami konteks pembelajaran. Sebab, guru telah mampu mengidentifikasi aspek
monokultural dan multikultural dari kondisi kelas yang ia hadapi.
“Apakah siswa-siswa kita itu berasal dari budaya yang sama atau mereka berasal
dari budaya yang berbeda, apakah monokultural atau multikultural, nah ini
sangat penting,” jelasnya.
Pembicara lain yaitu Abdullah Alhadza, seorang pengamat pendidikan. Ia
menjelaskan betapa pentingnya pendidikan yang berangkat dari filosofi budaya.
Sebab, pendidikan yang tidak didasarkan oleh kebudayaan dapat menggradasi
sebuah bangsa dan menjadikan bangsa tersebut dalam bayang-bayang bangsa lain.
Selanjutnya, Abdullah membagikan pengalaman hidupnya, dia bercerita bagaimana
cita-cita anak-anak muda Fhilipina. Dulu, mereka adalah negara yang pernah
dijajah oleh Amerika dan mereka begitu mendambakan dapat menjadi warga negara
Amerika.
Lain lagi dengan pengalaman Abdullah saat berteman dengan pemuda asal Hongkong.
Dari situ ia paham bahwa para generasi muda di sana lebih bangga dianggap
sebagai British Collony dibandingkan sebagai warga Hongkong.
Abdullah menjelaskan bahwa di abad ke-21, terjadi berbagai dinamika perubahan.
Di mana kita akan kesulitan untuk menjaga nilai-nilai warisan kita. “Kita
diingatkan bahwa kita tidak mungkin bertahan dengan apa yang kita miliki apa
yang kita warisi meski kita bisa merawatnya. Rawat nilai-nilai lama yang baik,
kemudiaan jangan kita menutup diri untuk menerima nilai-nilai baru yang lebih
baik,” pesannya.
Sumber: kemdikbud.go.id
0 Comments