TTS, CAKRAWALANTT.COM – Pandemi Covid-19 harus diakui memiliki dampak positif dan juga negatif. Dalam dunia pendidikan, pemanfaatan teknologi yang selama ini dianggap hanya berlaku bagi siswa-siswi di perkotaan, kini mengalami perubahan drastis.
Kondisi tersebut
dialami oleh SMP Negeri Matpunu, di Desa Taneotop, Kecamatan Nunbena, Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS). Sekolah ini termasuk dalam kategori sekolah
terpencil karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Timor
Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Kupang.
Dengan
pemberlakuan Belajar Dari Rumah (BDR), sekolah diberikan dua pilihan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dua metode yang bisa dilakukan pada
masa pandemi ini yakni metode pembelajaran dalam jaringan (daring) dan pembelajaran
luar jaringan (luring).
Kendati
berada di daerah terpencil, SMP Negeri Matpunu, di masa pandemi Covid-19 ini,
terus berupaya untuk bisa melakukan pembelajaran secara daring. Kepala SMP
Negeri Matpunu, Roby N. D. Beti, S.Pd., Gr., menyampaikan, secara bertahap sekolah
memperkenalkan penggunaan IT bagi siswa-siswi di tempat itu.
Melalui
dana Afirmasi tahun 2019, pihak sekolah menganggarkan pengadaan 41 unit tablet.
Roby menyebut itu sebuah langkah maju yang sangat berarti.
"Tahun
2020 kami dapat bantuan dari Kemendikbud 15 buah crombook, 1 buah router dan 1
buah komputer server," ujar Roby.
Keberadaan
fasilitas IT semakin menguatkan langkah sekolah menggapai mimpi besar mereka.
Roby menguraikan, salah satu misi SMP Negeri Matpunu adalah "Mewujudkan pembelajaran
berbasis IT".
Perlahan
namun pasti. Roby mulai menatap mimpi besar sekolah itu. Tahun 2021, bersama
para guru, mereka mulai melukis mimpi itu dengan program ujian berbasis
Android.
Tidak
banyak berharap. Roby hanya ingin siswa-siswinya bersahabat dengan IT meski
tinggal di daerah pelosok.
"Kami
memprogramkan Ujian Berbasis Android sehingga anak-anak kami yang di daerah
terpencil ini bisa memanfaatkan bantuan IT tadi sebagai sarana dalam
Ujian," imbuh Roby.
Tentunya
tidak mudah untuk membiasakan para siswa dengan IT. Roby mengakui hal itu cukup
sulit, apalagi para siswa hampir 90 persen belum pernah memegang HP Android
atau laptop.
Melihat
kondisi itu, Roby meminta para guru untuk menyiapkan aplikasi CBT sehingga bisa
digunakan oleh siswa-siswi saat ujian nanti.
"Target
saya dalam Mei ini, anak-anak sudah bisa menggunakan HP Android maupun
croombook, sehingga nanti pada bulan September pelaksanaan AKM anak-anak tidak
kaku lagi menggunakan HP Android maupun croombook," ujarnya penuh harap.
Meskipun
tertatih ditambah dengan kendala seperti jaringan yang tidak stabil, Roby tetap
optimis memberikan sentuhan untuk perubahan mengikuti perkembangan zaman bagi
anak-anak bimbingannya.
Berbagai
upaya terus dilakukan di tengah keterbatasan mereka. Setiap kendala menjadi
semangat baru untuk terus berusaha demi sebuah kemajuan besar. Roby meminta
para guru untuk terus mendampingi siswa-siswi belajar mengetik sebab bagi
anak-anak pelosok, itu sesuatu yang baru dan butuh waktu untuk belajar.
"Saya
berkomitmen pada ujian kenaikan kelas ini kami bisa ujian online,"
tandas Roby.
Berdasarkan
data yang diperoleh, jumlah keseluruhan peserta didik di SMP Negeri Matpunu
sebanyak 136 orang dengan tenaga pendidik sebanyak 13 orang, yang berstatus ASN
10 orang sementara 3 orang lainnya
merupakan guru honorer.
Berita dan
Foto: Lenzho Asbanu
0 Comments