Ketua Stipas Keuskupan Agung Kupang, RD. Emanuel B. S. Kase, S.Fil., M.M |
Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM –
Dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Pastoral (Stipas) Keuskupan Agung Kupang (KAK) menjalani Kuliah Kerja
Nyata (KKN) selama kurang lebih satu bulan. Berhubung situasi pandemi, pihak
kampus memilih daerah zona hijau sebagai lokasi KKN.
Demikian
diungkapkan Ketua Stipas KAK, RD. Emanuel B.
S. Kase, S.Fil.,
M.M.,
kepada media ini pekan lalu. Menurutnya, keputusan tersebut dikeluarkan setelah
dilakukan rapat bersama.
Selain itu, tegasnya, mahasiswa
KKN juga sudah diberikan pedoman khusus yang
disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini.
“Untuk pemilihan tempat
KKN bagi para mahasiswa, kami memilih dan melakukan koordinasi dengan tempat-tempat
zona hijau dan lebih banyak di daerah kecamatan dan desa seperti di daerah Kabupaten
Kupang yakni, Amarasi, Amfoang. Ada
juga beberapa kecamatan di TTS dan tempat zona hijau lainnya. Ini demi keamanan
dan kesehatan mahasiswa kami. Adapun beberapa tempat yang kami hubungi meminta
bukti rapid para mahasiswa sebagai syarat
perizinan melakukan KKN di tempat mereka. Waktu pelaksanaan KKN dilakukan
kurang lebih selama satu bulan,” ungkapnya.
Meski
para
mahasiswa KKN sudah diberikan pembekalan dan pedoman khusus, RD. Emanuel mengatakan, dalam praktik di
lapangan mereka diminta untuk tetap
menyesuaikan diri
dengan situasi yang ada. Hal ini demi menjaga kenyamanan serta keselamatan bersama baik mahasiswa
maupun warga setempat.
“Saya
berharap
KKN kali ini menjadi kesempatan baik bagi para mahasiswa
untuk belajar membangun relasi dan memberi pelayanan masyarakat atau belajar
dengan masyarakat,” tuturnya.
Kuliah Daring
dan Luring
Terkait proses perkuliahan selama pandemi, RD.
Emanuel menjelaskan bahwa pihak kampus menerapkan dua pendekatan yakni daring
dan luring. Perkuliahan daring, menurutnya,
banyak menemui hambatan dan
dinilai
kurang efektif, karena
itu pihaknya juga melaksanakan
perkuliahan luring.
“Lembaga kita saat ini melakukan
perkuliahan secara luring dan daring. Mengapa
kita gunakan dua metode tersebut, karena pengalaman
kita pada semester sebelumnya kegiatan perkuliahan tidak efektif dilakukan
secara daring. Keluhan yang ada tidak hanya disampaikan oleh mahasiswa akan tetapi
juga dikeluhkan oleh para dosen,
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sehingga pada semester ini kita terapkan
juga metode perkuliahan luring,”
jelasnya.
Proses perkuliahan
secara luring, lanjutnya, dilaksanakan dengan tetap menerapkan
protokol kesehatan. Perkuliahan luring diatur dalam shift
per tingkatan semester setiap minggunya sehingga
tidak semuanya datang bersamaan.
“Kondisi lingkungan
kampus yang mendukung dan jumlah mahasiswa yang tidak terlalu banyak karena
cuman satu prodi saja, maka ini menjadi
salah satu kemudahan untuk lembaga kami mengambil kebijakan melakukan
perkuliahan luring. Namun kembali kita juga tetap melihat anjuran pemerintah,”
tuturnya.
Berita dan Foto: Ira
Luik & Jaquina
Editor: R. Fahik/ red
0 Comments