Sikka, CAKRAWALANTT.COM – Selama pandemi Covid-19, SMP Negeri Alok Maumere menerapkan dua metode pembelajaran yaitu daring dan luring. Hal ini diungkapkan Wakil Kepala SMPN Alok, Plasidius Abdon, S.Pd., saat diwawancarai media ini, Jumat (26/02/2021).
“Terkait dengan pembelajaran di sekolah, kami terapkan ada dua pembelajaran daring dan luring. Dalam
kaitan pembelajaran daring kami menggunakan Whatsapp,
Google Class Room dan Google Meet. Kita
memberikan materi melalui Whatsapp Group dan
Google Class Room. Bagi siswa/i yang tidak
bisa menggunakan Google Class Room berarti
melalui Whatsapp Group begitu pula
dengan pengumpulan tugas. Bagi siswa/i yang mempunyai Handphone Android kita melakukan meeting
setiap selesai proses belajar mengajar untuk semua mata pelajaran. Sedangkan
pembelajaran luring bagi peserta didik yang nota bene tidak memiliki Handphone Android pihak sekolah
menyediakan bahan ajar, lembar kerja dan siswa/i datang ke sekolah untuk
mengambil bahan ajar tersebut.
Setelah mereka mengambil bahan ajar tersebut sesuai dengan jadwal yang ditentukan,
siswa/i mengumpulkan tugas yang sudah diberikan kepada mereka,” jelasnya
Menyinggung kendala yang dihadapi para guru dan peserta didik selama pembalajaran daring, Plasidius
menyebut kendala yang ada masih berupa hal teknis seperti tidak adanya paket data dan terbatasnya jaringan
internet.
“Kendala-kendala pasti ada, yang pertama terkait dengan google meet dan google class room kendalanya jaringan karena jaringan ini kadang
sulit untuk diakses bagi guru dan ini juga sekolah baru jadi banyak guru honor, jadi mereka kesulitan paket data.
Namun dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh para guru, pihak sekolah sudah memasang akses
internet di sekolah yaitu Wi-Fi
sehingga para guru bisa menggunakan akses tersebut untuk melakukan proses
belajar mengajar. Kendala yang lain saat metode pembelajaran daring juga dihadapi
oleh siswa/i dan kendalanya sama dengan bapak dan ibu guru yaitu masalah jaringan dan paket data dan
paket data merupakan kesulitan besar bagi para orang tua, dan yang kedua masalah jaringan ada
siswa/i yang tempat tinggalnya jaringan tidak bagus sehingga mereka tidak
mendapatkan materi yang diberikan,”
ungkapnya.
Kendala lain yang dihadapi para guru adalah
kesulitan dalam menyusun bahan ajar dan lembar kerja. Menyikapi hal tersebut pihak sekolah mengadakan bimbingan bersama melalui In House Training. Kendala lain juga dihadapi
peserta didik
dalam pembelajaran luring yakni ada yang
datang mengambil tugas namun tidak mengerjakan, kendala dalam foto copy bahan ajar dan sebagainya.
“Dengan kendala seperti itu kita sudah
atasi melalui Dana BOS untuk foto copy bahan
ajar dan lembar kerja. Namun kendala mereka itu lebih kepada menyelesaikan
tugas secara mandiri di rumah masing-masing karena mereka tidak dibimbing
sehingga mereka tidak mengerti dan tidak mengumpulkan tugas,” tuturnya.
Plasidius
menambahkan, SMP
Negeri Alok belum memiliki peserta didik Kelas IX karena sekolah tersebut baru berdiri selama 2 tahun, sejak tahun 2019. Sekalipun
demikian, ia mengatakan
bahwa peserta Kelas VIII tetap disiapkan untuk mengikuti Assesmen
Nasional.
“Memang kita belum ada Kelas IX namun
untuk kelas VIII dalam rangka mengikuti Assesmen Nasional, para guru menyiapkan soal-soal terkait
dengan Assesmen Literasi dan Numerasi sehingga saat mereka masuk kelas kita bisa
membimbing mereka secara detail sehingga persiapan untuk Assesmen Nasional itu bisa berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Berita: Kiki
Amin
Foto:
Dokumentasi Redaksi
0 Comments