Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional (21 Februari), Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur bekerja sama dengan Program INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) menggelar webinar Temu Inovasi NTT #1, Rabu (24/02/2021). Acara yang berlangsung selama tiga jam ini (09.00 – 12.00 WITA) mengusung tema “Penggunaan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran Kelas Awal: Isu dan Peluang”.
Badan Pusat Statistik (2010) mencatat hanya
19.9% populasi Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
sehari-hari. Lebih dari 16 juta orang yang tidak dapat menggunakan bahasa
Indonesia, 22.2% di antaranya adalah anak-anak umur lima hingga sembilan tahun.
Meski demikian, bahasa Indonesia masih
mendominasi sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Penggunaan bahasa pengantar
yang tidak dimengerti siswa menjadi tantangan dalam pembelajaran seperti
kesenjangan komunikasi, kurangnya pemahaman, interaksi sosial yang kaku, dan
hasil belajar yang rendah.
Studi yang dilakukan oleh Program INOVASI
(2019) di empat provinsi di Indonesia termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur
secara konsisten menunjukkan hasil belajar siswa kelas awal yang berbahasa ibu
bahasa daerah secara konsisten lebih rendah dari siswa yang menggunakan bahasa
Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
Perbedaan hasil belajar ini disebabkan karena
sejumlah faktor seperti bahasa pengantar yang digunakan tidak sesuai kebutuhan
siswa, kapasitas guru dalam strategi untuk mengajar bahasa kedua yang minim,
buku pelajaran dan bahan ajar yang ditulis hanya dalam bahasa Indonesia, dan
adanya stigma di masyarakat yang menganggap penggunaan bahasa daerah bisa
memperlambat kefasihan dalam bahasa nasional dan mengancam kesatuan bangsa.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A.,
Ph.D., dalam sambutannya mengajak masyarakat terutama orang tua siswa untuk
mendampingi anak-anaknya dalam belajar dengan menggunakan bahasa daerah karena
mereka lebih mudah berkomunikasi dan memahami pelajaran jika disampaikan dalam
bahasa ibunya.
“Bahasa ibu adalah bahasa pertama kita,
bahasa logika kita, bahasa rasa kita, bahasa etika kita, yang membentuk untuk
pertama kalinya dalam kehidupan kita. Penggunaan bahasa ibu bisa membantu
meningkatkan daya nalar siswa sehingga anak-anak akan lebih mudah memahami
pelajaran,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional
untuk UNESCO, Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd., dalam paparan kunci yang
disampaikan mengatakan bahwa UNESCO melihat kurangnya kesempatan memperoleh
pendidikan dalam bahasa yang dimengerti dan paling dipahami, yaitu bahasa ibu,
merupakan hambatan pembelajaran sekaligus hambatan akses ke warisan dan
ekpsresi budaya.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama
pembelajaran di tahun-tahun awal pendidikan adalah untuk mengembangkan
kemampuan literasi dasar siswa sehingga perlu pendekatan pembelajaran yang
inovatif dan kontekstual.
“Tujuan utama pembelajaran di tahun-tahun
awal pendidikan adalah pengembangan keterampilan literasi dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Untuk mencapai keterampilan tersebut,
dibutuhkan pendekatan, metode, teknik dan strategi pembelajaran yang inovatif.
Penggunaan bahasa ibu ini termasuk pendekatan tersebut,” jelasnya.
Hal ini didukung oleh hasil studi akhir
program transisi pembelajaran dalam bahasa ibu ke bahasa Indonesia yang
diimplementasikan INOVASI di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Timur.
Persentasi siswa berbahasa ibu yang telah menguasai literasi dasar meningkat.
Di Sumba Timur, peningkatan ini mencapai hampir dua kali lipat dan memperkecil kesenjangan
hasil belajar antara siswa yang berbahasa ibu dengan siswa yang berbahasa
Indonesia dalam kesehariannya dari yang sebelumnya 5% menjadi 1%.
Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd., pun mengajak
pemerintah pusat dan daerah, serta seluruh pemangku kepentingan pendidikan
untuk melakukan empat hal berikut dalam upaya optimasi pembelajaran multibahasa
ini: (1) Perlunya dirumuskan kurikulum di tingkat
nasional dan daerah yang mampu mengakomodasi proses pembelajaran multibahasa; (2)
Perlunya disusun modul pembelajaran multibahasa yang disesuaikan dengan daerah
masing-masing; (3) Penempatan guru dan tenaga kependidikan dengan
mempertimbangkan aspek penguasaan bahasa yang dimiliki sebagai alat komunikasi
pengajaran; (4) Peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan dengan fokus
pada pendidikan karakter, pelatihan menggunakan metode mengajar yang
interaktif, serta pelatihan dan pendampingan dalam menggunakan teknologi
pendidikan.
Direktur Program INOVASI, Mark Heyward,
mengatakan penggunaan bahasa pengantar pembelajaran sesuai kebutuhan siswa
adalah bagian dari pendidikan yang inklusif sehingga guru-guru perlu dibekali
dengan kemampuan untuk mengajar dengan bahasa ibu.
“Aspek inklusi dalam pendidikan itu sangat
luas. Penggunaan bahasa ibu untuk mengakomodasi kebutuhan belajar anak-anak
penutur bahasa tunggal bahasa ibu juga termasuk di dalamnya. Namun, kita juga
perlu memastikan guru-guru punya kapasitas untuk mengajar anak-anak dengan
bahasa ibu sebagai bahasa transisi pembelajaran. Pengembangan kapasitas guru
berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah salah satu cara yang sudah terkbukti
membuahkan hasil sehingga perlu terus dikembangkan,” katanya dalam sambutan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., memastikan program strategis untuk
mendukung penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran sebagai bahasa transisi ke
bahasa Indonesia telah tertuang dalam dokumen Grand Design dan Roadmap
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.
“(Penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran
sebagai bahasa transisi) sudah terintegrasi dengan program quick-win dalam dokumen roadmap
grand design,” ungkapnya.
Kegiatan Temu Inovasi adalah yang perdana di
Provinsi NTT dan akan dilakukan secara berkelanjutan bersama pemerintah
provinsi dan kabupaten di NTT. Acara ini diikuti oleh lebih dari 1.000 orang
yang terdiri dari berbagai profesi dan daerah di Indonesia, melalui aplikasi
Zoom dan disiarkan langsung melalui YouTube Kemendikbud.
Berita dan Foto: Siaran Pers Kantor Bahasa
Provinsi NTT
Editor: R. Fahik/red
0 Comments