Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Kepala SMP Katolik Adisucipto Penfui, Kupang, RD. Yonas Kamlasi, S.Fil., M.M., mengungkapkan, penguatan karakter harus tetap berjalan dalam penerapan belajar dari rumah (BDR) selama masa pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkannya ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (21/01/2021).
Menurutnya, proses
pembentukan dan penguatan karakter dan mental peserta didik adalah hal yang
sangat krusial dan mendasar. Selama proses pembelajaran daring, ungkapnya,
terjadi perubahan dalam rutinitas peserta didik. Jika pada proses KBM tatap
muka semua peserta didik terbiasa melakukan kegiatan yang teratur sesuai
regulasi sekolah, maka selama BDR para peserta didik akan mengubah kebiasaannya
seperti sedang menjalani masa liburan.
Di sisi
lain, pola asuh orang tua yang tidak terjadi secara baik karena kesibukan juga
sangat mempengaruhi. Oleh sebab itu, baginya, dalam sistem BDR proses
pembentukan dan penanaman karakter peserta didik tidak berjalan secara baik dan
efektif, sehingga sekolah dengan kegiatan tatap muka sangat berperan penting.
Pembelajaran Berbasis Website
RD. Yonas
Kamlasi, menjelaskan bahwa pihaknya telah melaksanakan proses pembelajaran
berbasis website sebelum adanya
pandemi. Hal tersebut kemudian berlangsung juga selama masa pandemi. Namun,
tuturnya, hal tersebut masih terkendala oleh beberapa hal teknis, seperti;
banyaknya peserta didik yang tidak memiliki HP android atau laptop dan minimnya
akses jaringan internet.
Dampaknya
adalah kehadiran peserta didik tidak terjadi secara penuh, misalnya, dari 32
peserta didik dalam satu kelas, hanya sekitar 27 atau 28 peserta didik yang
aktif selama KBM. Selain itu, menurutnya, selama proses pembelajaran daring,
ada perubahan dalam karakter dan mental peserta didik karena kurangnya
pengawasan yang baik di lingkungan keluarga.
“Kita
sudah melakukan proses pembelajaran berbasis website sejak jauh hari sebelum
pandemi. Namun, masih ada juga kendalannya, seperti siswa yang tidak memiliki
HP android atau laptop dan minimnya akses jaringan internet. Dampaknya dapat
dilihat dari kehadiran siswa, misalnya dari 32 siswa dalam sekelas, hanya 27
atau 28 siswa saja yang aktif. Selain itu, selama proses pembelajaran daring
ini juga ada perubahan dalam karakter dan mental anak karena kurangnya kontrol
orang tua” jelasnya.
Lebih
lanjut, ia juga menerangkan bahwa pihaknya telah berkonsultasi dengan dinas
terkait untuk bisa melakukan KBM secara tatap muka dan telah disetujui dalam
hal kesiapsediaan sekolahnya, tetapi hal itu kemudian dibatalkan karena
peningkatan kasus Covid-19. Namun, jelasnya, pihaknya telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyiapkan strategi penguatan karakter peserta didik selama
pandemi.
Ia
menjelaskan bahwa pihaknya telah membentuk kelompok komunikasi antara wali
kelas dan guru bimbingan konseling (BK) serta kepala sekolah dan bagian
kurikulum. Kelompok tersebut menjadi wadah interaksi antara pihak sekolah dan
orang tua peserta didik dalam memahami setiap keadaan dan bersinergi dalam
meletakkan dasar pada pembentukan karakter. Hal
tersebut, ungkapnya, telah berjalan 80% dan bisa meningkat lagi di tahun ajaran
yang baru ini.
“Kami
sudah berkonsultasi dengan dinas soal KBM secara tatap muka dan telah
disetujui. Namun, karena kasus Covid-19 terus meningkat, kami batalkan. Namun,
kami sudah membentuk kelompok komunikasi antara wali kelas dan guru BK serta kepala
sekolah dan bagian kurikulum untuk bersinergi dalam meletakkan dasar pembentukan karakter siswa.
Hal itu sudah berjalan 80% dan semoga tahun ini bisa terus meningkat,” ungkapnya.
Berita: Mario Djegho
Foto: RF/dokumentasi redaksi
0 Comments