Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Dalam rangka mendukung proses
revitalisasi bahasa, Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar
webinar bertajuk “Revitalisasi Bahasa yang Terancam Punah”, Selasa
(19/01/2021). Webinar yang digelar menggunakan aplikasi zoom meeting dan disiarkan secara langsung melalui youtube Kantor Bahasa Provinsi NTT dibuka secara
langsung oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D.
Dalam
arahannya, Aminudin Aziz mengapresiasi adanya webinar ini sebagai pembuka
kegiatan akademik Kantor Bahasa Provinsi NTT tahun 2021, terutama menyangkut perlindungan dan
pelestarian bahasa-bahasa yang terancam punah di Indonesia. Berdasarkan data,
tuturnya, terdapat 718 bahasa daerah yang telah dipetakan dan hanya sekitar 45
bahasa yang sudah terkonservasi dan terevitalisasi. Namun, dari data tersebut
hanya 314 bahasa yang telah teregistrasi, sehingga masih ada ratusan bahasa
yang sedang berada dalam keadaan yang mengawatirkan. Oleh karena itu, dialog
yang diselenggarakan lewat webinar ini merupakan inisiatif yang baik dalam
mewujudkan visi perlindungan dan perevitalisasian bahasa.
“Perlindungan
dan perevitalisasian bahasa sudah menjadi visi dan tugas dari Badan Bahasa.
Data kita menunjukkan
bahwa sampai hari ini terdapat 718 bahasa daerah yang telah terpetakan dan 45
di antaranya sudah dalam proses konservasi dan revitalisasi. Namun, ini bukan
data yang menggembirakan karena ada ratusan bahasa yang terancam punah. Tercatat
baru 314 bahasa yang teregistrasi dari 718 bahasa tersebut. Maka dari itu,
dialog seperti dalam webinar ini perlu diapresiasi untuk mewujudkan visi dan
tugas perlindungan bahasa-bahasa yang ada,”
ungkapnya.
Lebih
lanjut, ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan review ulang
terhadap konsep perlindungan bahasa. Dalam konsep sebelumnya, sebuah bahasa
dikatakan dilindungi apabila telah terpetakan, terkonservasi, terevitalisasi,
dan teregistrasi. Namun, pada tahun ini konsep tersebut mengalami perubahan
dimana konservasi dan revitalisasi menjadi aktivitas perlindungan utama.
Baginya, revitalisasi memiliki implikasi yang besar terhadap keberadaan dan
kelestarian sebuah bahasa, sehingga apabila terdapat kegagalan dalam upaya
tersebut maka secara langsung akan mengancam eksistensi bahasa itu sendiri.
“Ada satu
catatan lagi bahwa tahun ini kita melakukan review ulang terhadap konsep
perlindungan bahasa. Jadi, kalau tahun sebelumnya sebuah bahasa dinyatakan
dilindungi manakala hanya sebatas terpetakan, terkonservasi, terevitalisasi,
dan teregistrasi, maka tahun ini ada pergeseran dimana konservasi dan revitalisasi
menjadi upaya perlindungan bahasa yang utama. Revitalisasi memiliki implikasi
besar terhadap keberadaan dan kelestarian bahasa,” jelasnya.
Di sisi
lain, ia juga sangat mengharapkan agar semua pihak turut serta dalam
menggalakan kegiatan yang berkaitan erat dengan proses revitalisasi bahasa yang
terancam punah. Menurutnya, revitalisasi juga sangat berpengaruh pada
pengembangan Bahasa Indonesia. Maka dari itu, para aktivis dan pegiat bahasa
daerah harus saling bersinergi dalam perlindungan bahasa daerah itu sendiri.
Perlindungan bahasa daerah akan berperan dalam proses pengayaan beberapa bahasa
ke dalam Bahasa Indonesia.
Gerakan Inisiatif
Sementara itu dalam pengantar
singkatnya, Kepala Kantor Bahasa
Provinsi NTT, Syaiful Bahri Lubis, S.S., M.A., mengatakan bahwa webinar ini
merupakan sebuah gerakan inisiatif yang berguna untuk menambah informasi
tentang berbagai bahasa yang harus dilindungi dan dilestarikan. Kenyataan di
lapangan menunjukkan
bahwa terdapat banyak bahasa yang terancam punah, sehingga perlu adanya proses
revitalisasi yang dikerjakan secara bersinergi oleh berbagai pihak. Baginya,
kehadiran seluruh peserta dan narasumber dalam kegiatan webminar ini perlu diapresiasi
sebagai dukungan bersama dalam menjaga dan melestarikan bahasa.
“Webinar
ini berguna sebagai inisiatif untuk menambah informasi tentang bahasa-bahasa
yang harus dilestarikan dan dilindungi, terutama yang terancam punah. Saya
mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan narasumber yang hadir dan
mendukung acara ini,”
ungkapnya.
Pantauan media,
webinar perdana Kantor Bahasa NTT tahun 2021 ini dipandu oleh Direktur Yayasan
Sulinama, Dr. Johny Tjia sebagai moderator. Hadir sebagai narasumber yakni, Prof. Dr. Multamina R. M. T. Lauder,
Mse., D.E.A., dari Universitas Indonesia, Dr. Suhandano, M.A., dari Universitas
Gadjah Mada, dan Dr. Obing Katubi, M.Hum., dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Selain itu, webinar yang berlangsung selama 4 jam tersebut dihadiri oleh
peserta dari berbagai kalangan seperti,
guru, dosen, mahasiswa, pegiat bahasa, masyarakat umum dan media.
Berita: Mario Djegho
Foto: Kantor Bahasa Provinsi NTT/red
Editor: R. Fahik/red
0 Comments