Dra. Irene M. M. Ermaya, M.Pd
NIP. 19660415 199502 2 001
Pembelajaran (learning) adalah proses akuisisi pengetahuan (knowledge) atau keterampilan melalui pengalaman, studi, atau
diajarkan oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya. Sedangkan Belajar
(to learn) adalah upaya memperoleh
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui studi, pengalaman, atau diajarkan
oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya (Vincent Gaspersz).
Mas Menteri Nadiem Makarim
menyampaikan: “Guru Indonesia
yang tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus tersulit. Anda
ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan
dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu peserta didik yang
mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis mengerjakan tugas
administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul bahwa potensi peserta
didik tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka
karena didesak berbagai pemangku kepentingan. Anda ingin mengajak peserta
didik keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang
begitu padat menutup petualangan. Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di
dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan peserta
didik, bukan kemampuan menghafal. Anda tahu bahwa setiap peserta didik
memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman
sebagai prinsip dasar birokrasi. Anda ingin setiap peserta didik
terinspirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.” (https://www.kemdikbud.go.id).
Di masa pandemi covid-19 pembelajaran
jarak jauh dengan menerapkan merdeka belajar sebenarnya bisa dilihat sebagai
peluang awaldari kebangkitan pendidikan
yang selama ini terkukung dengan pendidikan copy
paste, yang artinya apa yang dikatakan guru itu adalah mutlak dan tidak
dapat diganggu gugat, serta peserta didik “dibentuk” untuk tidak mampu
berargumentasi dalam proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran LOTS (Lower Order Thinking Skills), merupakan
ketrampilan berpikir fungsional, di mana informasi diperoleh melalui mengkopi, meniru,
membeo, mengikuti peraturan-peraturan dan pengarahan-pengarahan, memorisasi, mengingat, memperoleh kembali
informasi itu, mengetahui atau melakukan melalui menghafal, mengidentifikasi
dan mengkuantifikasikan sesuatu. Dengan demikian peserta didik tidak diberikan
kesempatan untuk menggali potensi dirinya sendiri untuk menghadapi tantangan
pada lapangan kerja dikemudian hari.
Bukik Setyawan (Manajer
Pengembangan Kampus Guru Cikal) menyatakan
bahwa peserta didik-peserta didik kita bersekolah untuk bersekolah, bukan bersekolah
untuk berkerja yang artinya, mereka bersekolah, mendapat ranking bagus,
melanjut ke sekolah favorit, mendapat nilai bagus melanjutkan ke univeritas
favorit, saat lulus menjadi pengangguran.
Mengapa penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran di era covid-19 merupakan awal dari kebangkitan pendidikan kita? Dengan
diberlakukan merdeka belajar, maka sekolah diberikan kebebasan untuk memilih
kurikulum yang sesuai dengan kondisi sekolah dan lingkungan masing-masing,
kurikulum K-13 Nasional, kurikulum kondisi khusus dan kurikulum mandiri yang
disusun oleh sekolah. Maka dengan permasalahan yang diangkat penulis di atas, kepala
sekolah yang memiliki growth mindset
bisa menyusun perubahan konsep merdeka belajar yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja terhadap lulusan pendidikan dengan memiliki ketrampilan 6c menurut Michael
Fullan (2014), life skills yang wajib dimiliki para peserta didik abad 21 , yaitu: 1) Komunikasi (communication); 2) Kolaborasi (collaboration); 3) Kreatifitas (creativity); 4) Pemikiran kritis (critical
thinking); 5) Karakter (character);
dan 6) Jaringan (connectivity).
Untuk dapat mengetahui sistem pendidikan
yang diterapkan di sekolah sudah mengakomodir kebutuhan ketrampilan abad 21
tersebut? Mari kita bertanya pada diri sendiri.
Berpikir kritis:
1. Apakah peserta didik
belajar menjawab pertanyaan kompleks yang kemungkinan jawabannya lebih
dari satu ?
2. Apakah peserta didik belajar mengenali diri sendiri dan
kemampuan dirinya?
Kreatifitas:
Apakah sekolah mengajarkan teknik kreatif yang digunakan dalam mengerjakan proyek belajar?
Apakah sekolah menampilkan hasil karya semua peserta didik pada suatu area atau kegiatan sekolah?
Komunikasi:
Apakah sekolah mengajarkan peserta didik untuk mendengar aktif pendapat orang lain termasuk temannya sendiri?
Apakah sekolah mengajarkan peserta didik tentang berbagai cara dan media untuk mengkomunikasikan pesan?
Apakah semua peserta didik mendapat kesempatan untuk melakukan presentasi setidaknya 1 kali dalam 1 semester?
Kolaborasi dan Jaringan:
Apakah sekolah mengajarkan teknik kerja sama tim yang digunakan untuk mengerjakan tugas secara berkelompok?
Apakah sekolah mengajarkan peserta didik untuk berempati dan menghargai keragaman?
Apakah sekolah mengajarkan peserta didik yang lebih banyak bersifat kolaborasi dibandingkan aktivitas kompetisi?
Karakter:
1. Apakah sekolah memberikan penilaian khusus untuk karakter ?
2. Apakah sekolah mempertimbangkan karakter peserta didik
sebagai aspek yang penting dalam menentukan kenaikan kelas/kelulusan?
3. Apakah pendidikan dan tenaga kependidikan sudah sebagai
contoh untuk peserta didik dalam pembinaan karakter ?
Butuh
keseriusan sekolah untuk memahami dan merealisasikan pemikiran merdeka belajar
untuk peserta didik belajar mencapai cita-cita mereka yang sedang mereka
gantungkan di atas bintang saat ini.
Seperti
diketahui, dunia kita berubah sangat cepat. Belum ajeg kaki kita berdiri, sudah
dipaksa melompat kembali. Beruntung kita masih terpapar sentuhan peradaban masa
silam. Saat digitalisasi masih seumur jagung. Saat internet masih belajar
merangkak. Tantangan dunia hiperrealitas masih longgar terasa. Tidak begitu
dengan peserta didik didik kita.
Mereka yang
saat ini berada di bawah naungan dinas pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, akan
mendatangi suatu zaman yang benar-benar baru. Peserta didik zaman now akan
hidup di zaman next. Tantangan zaman now
kelak tak lagi relevan di masa mendatang. Kompleksitas kehidupan berpilin dari
kutub ke kutub. Revolusi Industri 4.0 menjadi nyata. Bisnis model industri
mensyaratkan penggunaan sumber daya manusia seminimal mungkin. Pilihan karier
sebagai karyawan, hanya terbatas pada siapa yang paling cepat belajar dan
beradaptasi dengan teknologi yang ada. Peradaban non-digital menjadi barang
antik.
Dengan
perubahan itu, maka tantangan karier peserta didik kita tidak akan sama dengan
kita. termasuk tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada pencapaian prestasi
akademis.Jangan sampai saat peserta didik tidak memiliki potensi dalam
persaingan dunia kerja, dan mereka mengatakan bahwa sekolah tidak pernah
mengajarkan ketrampilan 6C.
Penulis khawatir membayangkan peserta didik didik kita
berdiri di tengah pusaran hidup berbekal ketrampilan yang tidak lagi dibutuhkan
pada zamannya nanti. Pakar dan analis ketenagakerjaaan masa depan menyampaikan,
keterampilan sosial seperti kecerdasan emosi, persuasi dan keterampilan
mengajar lebih dibutuhkan alih-alih keterampilan teknis yang spesifik.
Selebihnya, kemampuan mempelajari keterampilan baru menentukan keberhasilan
seseorang mencapai kariernya maupun menghadapi gelombang disrupsi lapangan
kerja, dimana semua itu didapatkan bila peserta
didik-peserta didik mendapatkan ketrampilan 6 C.
Pendekatan pembelajaran
HOTS (High Order Thinking Skills)
seharusnya lebih dominan dilakukan pada level tertentu, baik di jenjang sekolah
dasar hingga jenjang menengah (SMA/SMK). Sehingga peserta didik dapat melakukan
proses pembelajaran dengan ketrampilan
6C, dan mampu menjalani asesment kompetensi minimum (AKM) yang mencakup
literasi membaca dan literasi numerasi, survey karakter, dan Asesmen Nasional
(AN).
Masa pandemi covid-19, peran orang tua
dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sangat dibutuhkan agar tujuan belajar
dapat tercapai sesuai tuntutan merdeka belajar yang dicanangkan oleh mas Menteri
Nadiem Makarim dan tuntutan ketrampilan abad 21, sehingga orang tua (1) membantupeserta
didik agar dapat belajar dengan aman dan efektif baik itu di sekolah maupun di
rumah; (2) memberi semangat untuk belajar Pandemi Covid-19 ini tentu menjadikan
semua aktivitas sebisa mungkin dilakukan dari rumah. Seperti halnya dengan
pembelajaran daring. Peserta didik juga harus tetap semangat untuk terus
belajar. Jangan sampai Covid-19 juga memutus kesempatan belajar bagi peserta
didik. Terutama dalam pendidikan karakter peserta didik, mengembangkan
kemandirian peserta didik serta membangun kreativitas peserta didik; (3) berkolaborasi
dengan guru atau dinas bila ada proses
pembelajaran yang kurang dipahami peserta didik, bagi orang tua tentu saat ini
juga berperan sebagai guru di rumah. Karena harus menyampaikan atau mencari
materi untukpeserta didiknya, sesuai kemampuan orang tua.
Selain itu, pembelajaran jarak
jauh memaksa kita untuk harus mampu menguasai teknologi yang seharusnya sdh
dilakukan bberapa tahun lalu saat Indonesia memasuki era industry 4.0.
Dengan demikian pembelajaran jarak
jauh dengan menggunakan kurikulum mandiri, yang disusun oleh sekolah bisa
diterapkan untuk menjawab kebutuhan ketrampilan 6C abad 21, karena kolaborasi
antara peserta didik, orang tua dan sekolah
serta kebebasan peserta didik dalam mengekspresikan pembelajarannya
dengan ruang dan waktu yang tak terbatas dalam konsep merdeka belajar akan
lebih mudah tercapai. Selain itu, pembelajaran jarak jauh memaksa kita untuk
harus mampu menguasai teknologi yang seharusnya sdh dilakukan berapa tahun lalu
saat Indonesia memasuki era industri 4.0.
Sehingga pembelajaran yang adalah
proses akuisisi pengetahuan (knowledge)
atau keterampilan melalui pengalaman, studi, atau diajarkan oleh orang-orang
yang berkompeten dalam bidangnya, dan belajar sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui studi, pengalaman, atau diajarkan
oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya dapat dilakukan saat peserta
didik-peserta didik kita melakukan pembelajaran jarak jauh dengan kurikulum
yang tepat sertawaktu yang lebih fleksibel dan merdeka belajarnya mereka, yang akan
menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan buat guru, bahagia buat peserta
didik, bahagia buat orang tua, dan bahagia untuk semua orang.
Apabila pandemi covid-19 ini dapat dilalui
maka sekolah yang sudah menerapkan merdeka belajar dengan menitik beratkan pada
pembentukan ketrampilan 6C akan lebih diminati oleh masyarakat, karena mereka
membutuhkan sekolah untuk berkerja.
0 Comments