Jakarta, CAKRAWALANTT.COM – Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (MUNSI)
III tahun 2020 yang digelar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud
RI, Senin – Kamis, 2 – 5 November 2020 secara tatap muka di Hotel
Novotel Mangga Dua, Jakarta Utara, serta secara daring melalui aplikasi Zoom,
menghasilkan delapan rekomendasi.
Delapan
rekomendasi MUNSI III 2020 tersebut mencakup tiga bidang utama yakni,
Pengembangan Sastra, Pembinaan Sastra, dan Perlindungan Sastra. Dalam bidang Pengembangan
Sastra, dihasilkan tiga rekomendasi yakni, (1) Badan Bahasa dan/atau lembaga
lain mengoptimalkan ekosistem digital dalam pengembangan sastra di Indonesia, (2)
Badan Bahasa dan/atau lembaga lain mengoptimalkan penerjemahan karya sastra dan
distribusinya, dan (3) Badan Bahasa dan/atau lembaga lain mengoptimalkan
pengembangan sastra untuk penyandang difabel.
Dalam
bidang Pembinaan Sastra, juga terdapat tiga rekomendasi yakni, (1) Badan Bahasa
dan/atau lembaga lain memperbanyak dan memperluas pelatihan bagi tenaga
pendidik dan komunitas sastra, (2) Badan Bahasa dan/atau lembaga lain membuat
senarai buku-buku sastra, dan (3) Badan Bahasa mengoptimalkan kualitas
penyelenggaraan MUNSI.
Sementara
dalam bidang Pelindungan Sastra, dicetuskan dua rekomendasi yakni, (1) Badan
Bahasa dan/atau lembaga lain meningkatkan pelindungan hak kekayaan intelektual
karya sastra serta hak ekonomi dan hak moral karya sastra, dan (2) Badan Bahasa
dan/atau lembaga lain memperkuat keterlibatan penulis sastra dalam penyusunan
dan pelaksaan program pelindungan sastra.
Rekomendasi
MUNSI III dibacakan Ketua Tim Perumus, Triyanto Triwikromo, didampingi
Sekretaris Tim Perumus, Sastri Sunarti dan Anggota Tim Perumus yakni, Fairul
Zabadi, Seno Humira Ajidarma, Damhuri Muhammad, Kennedi Nurhan, Maman S.
Mahayana, Djoko Saryono, dan Kunni Masrohanti.
Triyanto
Triwikromo mengungkapkan, delapan Rekomendasi MUNSI III tersebut didasarkan
pada hasil pleno selama kegiatan dan hasil diskusi kelompok peserta MUNSI III. Adapun
pleno dalam MUNSI III menghadirkan beragam topik yakni, Sastra pada Masa
Pascakebenaran (Martin Suryajaya), Sastra Daerah sebagai Bagian dari Sastra
Indonesia (Djoko Saryono), Kekaryaan pada Era Digital (Cecep Syamsul Hari),
Sastra Indonesia dalam Sastra Dunia (John McGlynn), Sastrawan, Media dan
Pascarealitas (Faruk Tripoli), Sastrawan sebagai Profesi di Panggung Dunia
(Lelila S. Chudori), dan Pendidikan Sastra Indonesia di Panggung Dunia (Manneke
Budiman).
Sementara
diskusi kelompok melibatkan semua peserta MUNSI III yang terbagi dalam tiga
kelompok yakni, Kelompok 1: Pengembagan Sastra dan Usul Pengembangan Sastra,
Kelompok 2: Pembinaan Sastra dan Usul Pembinaan Sastra, Kelompok 3:
Perlindungan Sastra dan Usul Perlindungan Sastra.
Munsi
III diikuti oleh 200 sastrawan dari berbagai provinsi di Indonesia. Berdasarkan
hasil seleksi oleh tim kurator, terpilih 158 peserta yang berpartisipasi dalam
Munsi III, sementara 42 peserta disepakati oleh tim kurator dan disetujui oleh
Badan Bahasa diundang secara langsung.
Tiga peserta yang dinyatakan lolos dalam seleksi
mewakili NTT yakni, Mezra E. Pellondou (penulis, guru SMAN 1 Kupang) Robertus
Fahik (penulis, pemimpin redaksi Cakrawala NTT), dan Yohanes Sehandi (penulis,
dosen Uniflor Ende). Selain ketiganya, nama penyair muda kelahiran NTT, Mario
F. Lawi juga masuk dalam daftar peserta MUNSI III yang diundang secara langsung
oleh panitia.
MUNSI
III yang digelar dengan tema Memajankan Sastra Indonesia di Panggung Dunia,
dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E.
Aminuddin Aziz, dan ditutup secara resmi oleh Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan
Sastra, Muh. Abdul Khak. Pelaksanaan MUNSI IV akan digelar tahun 2023 dengan
tema Inovasi-Inovasi Sastra Indonesia Menuju Masa Depan. (rf/red. Foto: dokumen
redaksi dan WAG Peserta MUNSI III)
0 Comments