Jakarta,
CAKRAWALANTT.COM – Sinergi pentahelix menjadi kunci pembangunan
ekosistem reka cipta di Indonesia. Reka cipta merupakan upaya revitalisasi dan
aktualisasi sebuah karya, agar kebermanfaatannya dapat langsung dirasakan oleh
semua elemen secara efektif dan efisien. Pembangunan ekosistem reka cipta ini
juga sekaligus sebagai implementasi Kampus Merdeka untuk mendorong peran dunia
industri dalam mendukung para pereka cipta di perguruan tinggi.
Untuk merealisasikan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(Ditjen Dikti) bersama SWA Group Media berkolaborasi dalam sebuah Focus Group
Discussion (FGD), Senin (7/9) di Jakarta. FGD ini bertujuan menghubungkan
kebutuhan inovator dan investor dalam meningkatkan hasil produk dan kemajuan
ekonomi bangsa. Dalam acara FGD ini hadir berbagai komponen pentahelix
baik pemerintah, industri, media, perguruan tinggi hingga komunitas. Selain
itu, hadir pula Tim Akselerasi Reka Cipta Indonesia Ditjen Dikti Achmad
Aditya, Willy Sakareza, Ade Kadarisman, M.Setiawan, dan Mahir Bayasut.
Dalam membangun ekosistem reka cipta, Ditjen Dikti memandang pentingnya sinergi
pentahelix. Dalam mewujudkan hal ini, Ditjen Dikti bekerja sama dengan SWA
Group Media sebagai salah satu aktor yang berkomitmen dalam menghubungkan
kebutuhan perguruan tinggi dan industri, begitu pula sebaliknya.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam menyampaikan tantangan dan
kesempatan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa depan. "Abad ini
merupakan abad Asia. Kita melihat beberapa negara di Asia Timur seperti Jepang
dan Korea Selatan menjadi aktor penting dalam perkembangan ekonomi dunia
melalui inovasinya. Saat ini Tiongkok sedang menikmati pertumbuhan ekonominya
memanfaatkan bonus demografinya. Namun dalam beberapa tahun ke depan,
negara-negara di Asia Tenggara akan menikmati bonus demografi dan peluang
menjadi aktor besar dalam percaturan dunia," pungkasnya.
Nizam meyakini bahwa bangsa Indonesia harus meraih kesempatan tersebut. Salah
satunya dengan menyiapkan ekosistem reka cipta untuk meraih kejayaan bangsa
Indonesia. Ditjen Dikti tengah menyiapkan ekosistem reka cipta ini melalui
sebuah platform digital Kedai Reka. Platform ini menyiapkan ruang sinergi
pentahelix yang terdiri dari perwakilan pemerintah, akademisi, industri, media,
dan komunitas. "Kedai Reka bertujuan menciptakan ruang yang bebas
birokrasi dan mengeratkan hubungan berbagai pihak termasuk tentu didalamnya
dosen dan mahasiswa, seperti halnya berdiskusi di sebuah warung atau kedai
sehingga muncul interaksi yang kuat dan kolaborasi," ucap Nizam.
SWA Group Media merupakan salah satu media yang aktif dalam menyiarkan
perusahaan paling kreatif dan inovatif di Indonesia. "Kami mencari
perusahaan yang berorientasi menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi
masyarakat," ucap Kemal Gani, Pemimpin Redaksi Majalah SWA Group. Kemal
berharap melalui diskusi yang lugas ini akan menghasilkan titik temu antara
semu aktor pentahelix.
Pada kesempatan yang sama, Handito Joewono dari Arrbey Consulting menyatakan
perlunya re-desain perekonomian Indonesia dengan mengusung inovasi, kemudian
mendorong ekspor produk Indonesia ke luar negeri. Hal ini bertujuan membuka
pintu pasar produk Indonesia untuk meningkatkan kekuatan ekonomi bangsa.
Selain itu, Koordinator Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti, Achmad Aditya
juga menyampaikan tantangan yang dihadapi perguruan tinggi dan industri saat
ini seperti beberapa aturan yang menjadi kendala perguruan tinggi untuk
berkolaborasi dengan industri. Adhitya mengatakan upaya upaya ini merupakan
solusi untuk menjembatani dan menyamaratakan akses hubungan perguruan
tinggi dan industri sehingga seluruh perguruan tinggi di Indonesia akan
mendapatkan kesempatan yang sama ke industri sehingga memberi kebermanfaatan
yang luas. (kemdikbud.go.id/red)
0 Comments