TTS, CAKRAWALANTT.COM – SMA
Negeri Saenam menerapkan pembelajaran secara luring (luar jaringan) dengan
sistem silang kelas. Hal ini ditetapkan dalam rapat pihak sekolah bersama orang
tua/wali, Kamis (23/7/2020) di sekolah yang terletak di Desa Noebeba, Kecamatan
Kuanfatu, Kabupaten TTS tersebut.
Kepala
SMA Negeri Saenam, Kehi I. M. Th. Tefbana, S.Pd., mengungkapkan, alasan memilih
untuk melakukan pembelajaran dengan sistem silang kelas yaitu karena terkendala
dengan minimmya jaringan internet dan fasilitas para peserta didik yaitu
handphone android. Karena itu pihaknya bersepakat untuk proses pembelajaran
secara silang kelas dengan jadwal untuk kelas X pembelajaran tatap muka di kelas
dilaksanakan pada setiap hari Senin dan Kamis, kelas XI memperoleh jadwal tatap
muka dikelas setiap hari Selasa dan hari Jumat, sementara untuk kelas XII jam
tatap muka di kelas pada hari Rabu dan
hari Sabtu. Sementara para peserta didik yang ada akan Belajar Dari Rumah (BDR)
selama 4 hari dalam setiap minggu dengan langkah menyelesaikan setiap tugas
yang diberikan oleh para guru. Selama proses pembelajaran selama 4 hari di
rumah juga akan dipantau langsung oleh para guru yang ada.
Lebih
lanjut Kehi Tefbana menjelaskan bahwa dalam rapat bersama para orang tua/wali tersebut,
selain ada sosialisasi tentang proses pembelajaran di masa new normal, dibahas
juga tentang biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan proses KBM. Selain itu
juga ada sosialisasi kepada orang tua/wali terkait dengan usulan calon penerima
beasiswa miskin yang bersumber dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.
Berdiri Sejak 2017
Pada
kesempatan tersebut, mantan guru SMA Negeri 1 Amanuban Timur ini juga
menjelaskan bahwa sekolah yang dipimpinnya didirikan pada tahun 2017 silam. Ketika
itu peserta didik yang ada masih dititip di SMA Negeri Banat, pada tanggal
28 Februari 2019 barulah SMA Negeri
Saenam memperoleh izin operasional dari Pemprov NTT Melalui Dinas PK Provinsi NTT.
Tenaga
pendidik yang ada sebanyak 10 orang
ditambah dengan dirinya selaku kepala sekolah maka jumlah guru yang ada
sebanyak 11 orang. Dari 11 orang
tersebut hanya 2 orang yang berstatus PNS yaitu dirinya selaku kepala sekolah
dan 1 PNS lagi yakni guru Agama dari Kemenag. Sementara 9 orang guru lainnya
merupakan guru honorer. Terkait 9 guru honor yang ada, dirinya juga
menyampaikan terima kasih kepada Dinas PK Provinsi NTT yang telah membantu
mereka dengan penambahan penghasilan (Tamsil) sejak tahun 2019 hingga sekarang.
Adapun jumlah keseluruhan peserta didik yang ada sebanyak 124 orang.
Sedangkan
untuk gedung atau ruang kelas yang dipakai para peserta didik dalam melakukan
proses KBM, terdapat 4 ruangan yang dibangun secara swadaya oleh para perintis
sekolah, komite beserta para orang tua murid yang ada. Walaupun masih dalam
keadaan darurat namun inilah bukti kepedulian serta kerinduan dari masyarakat
untuk mendirikan sekolah, ungkapnya.
Lebih
lanjut ia menjelaskan bahwa ada 5 sekolah pendukung yang ada yakni, SMP Negeri
Satap Noebeba, SMP Negeri Satap Basmuti, SMP Kristen Amsal Lasi, SMP Negeri
Satap Bonak, dan SMP Negeri Oebaki.
Ia
berharap kepada pemerintah Provinsi dalam hal ini Dinas PK Provinsi NTT bersama
para orang tua/ wali dan para perintis sekolah, bahwa pihaknya sangat
mendambakan Bantuan Unit Sekolah Baru (USB) karena animo masyarakat untuk
menyekolahkan ananknya setiap tahun semakin meningkat dan akan lebih meningkat
lagi jika sudah memiliki gedung yang permanen.
Membangun Wajah Kampung
Aleksander
Se’U, perintis sekolah sekaligus Ketua Komite SMA Negeri Saenam pada kesempatan
tersebut menyampaikan bahwa pada tahun 2017 hatinya tergerak untuk membangun
wajah kampungnya dengan mendirikan SMA. Menurutnya, tanpa melalui pendidikan kita
tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika itu dirinya mengumpulkan semua orang tua
yang ada dan bersepakat untuk mendirikan
SMA Negeri Saenam. Pada tahun 2017 peserta didik yang ada hanya 16 orang
maka tidak memenuhi syarat untuk mendirikan sekolah baru sehingga para peserta
didik yang ada dititipkan di SMA Negeri Banat.
Namun
kegigihan untuk mendirikan SMA tak pernah pudar. Dengan berjalannya waktu animo
masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak di sekolah tersebut semakin meningkat,
maka dengan kerja sama yang baik para orang tua yang ada, dibangun 4 ruang
kelas guna mendukung pelaksanaan proses KBM. Pada 28 Februari 2019 sekolah yang
diidamkan itu akhirnya memperoleh izin operasional karena syarat utama untuk
memperoleh izin operasional yaitu status tanah harus jelas, gedung harus ada
walaupun masih darurat, dan juga peserta didik minimal harus 62 orang.
Lebih
lanjut, mantan Pengawas SD pada dinas PK Kabupaten TTS ini mengatakan bahwa
sebelum adanya SMA di kampungnya angka putus sekolah cukup tinggi karena jarak
tempuh yang sangat jauh akhirnya para peserta didik yang ada memilih untuk
tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Tetapi
dengan keberadaanya SMA Negeri Saenam dapat menekan angka putus sekolah dan semakin
berkurang, hingga kini 100 persen tidak ada lagi tamatan SMP yang tidak
bersekolah.
Ia
berharap agar sekolah yang telah ada terus berkembnag ke depan, dan juga
memohon perhatian dari para pemangku kepentingan. Selain menunggu bantuan
gedung dari pemerintah, dirinya tegas mengatakan bahwa akan bersama semua orang
tua yang ada selalu mendukung SMA Negeri Saenam yang secara resmi sudah ada
untuk terus berkembang. (Lenzho/red)
0 Comments