Silvester Wanggur, S.Pd Guru SMA Negeri 3 Kota Kupang |
Buku adalah
sumber segala ilmu pengetahuan, dari bukulah kita bisa memperoleh inforamsi tentang
sesuatu. Buku juga menyimpan atau menyampaikan pesan kepada seluruh umat
manusia yang ingin mengetahui isi dunia.
Pepatah Cina mengatakan “ Tinta yang
paling suram dan kertas yang paling kumal sekalipun, lebih bertahan lama
daripada ingatan yang paling segar “. Betapa pentingnya segala sesuatu
harus dicatat dalam peristiwa hidup kita. Banyak hal-hal baik yang pernah
dibuat atau dilakukan oleh seseorang sering hilang atau tenggelam bersama
pelakunya ke dalam liang lahat. Segala sesuatu harus ditulis supaya bisa
dilihat atau dibaca oleh generasi berikutnya. Apabila harta yang kita miliki
akan dibagi kepada anak-anak kita mungkin harta itu akan berkurang dan habis.
Tetapi apabila
tulisan atau pikiran kita dibagi kepada anak-anak kita mungkin dia akan
berkembang biak dan akan menghasilkan pikiran-pikiran yang baru yang lebih
kreatif. Kekayaan yang sangat bermanfaat bagi dunia adalah karya tulis kita
yang sudah didokumentasikan dalam bentuk buku. Umur manusia itu sangat singkat,
tapi umur karya tulis kita dalam bentuk buku tak pernah punah oleh waktu. Untuk
itu sangat bijaksana apabila kita semua memilki kebiasaan Literasi dalam sebuah buku.
Pangkal ilmu
pengetahuan adalah mencari tahu segala sesuatu , atau terus mempertanyakan
sampai tak terjawab lagi. Untuk mendukung pemikiran kita tentang sesuatu perlu
sumber bacaan yang resmi dan terpercaya dan salah satu sumbernya adalah buku. Kehidupan
kita tidak akan terulang kembali, namun peristiwa sosial kemasyarakatan selalu
terulang terus dalam kehidupan kita. Pepata
Latin ini mungkin menjadi pemacu bagi kita untuk bisa menulis sebagai bekal
bagi kehidupan kita, kini dan nanti adalah :
“Crescit scribendo scribendi
Stadium”, dapat diterjemahkan, “Dengan menulis, Hasrat menulis berkembang” . Apabila kita mau mencari persoalan atau
data tentang masa lalu semuanya ada dalam buku.
Buku Versus E-book
Tempora Mutantur Ed Nos Mutandur In Illis : Jika zaman
berubah, maka segala sesuatu yang ada di dalamnya akan ikut berubah. Pepata
Latin ini selalu berlaku setiap zaman. Dalam hal ini saya bandingkan antara
buku dan elektronik book. Banyak orang mengatakan bahwa saat ini buku kurang
diminati oleh kaum milenial.Pendapat ini tidak selamanya benar. Mari kita lihat
keunggulan dan kekurangan dari kedua sarana ini. 1). Buku : Keunggulannya : bisa
di bawa ke mana-mana, bisa dipinjamkan ke orang lain dalam waktu lama,bisa
dibaca berulang kali, bisa dibuat ringkasan,tidak perlu pulsa data, tidak perlu
ada sinyal . Kelemahannya : Gampang rusak, agak berat jika dibawa kemana-mana.
2). E-book : Keunggulannya : bisa dibawa kemanan-mana, bisa dipinjamkan ke
teman dalam waktu singkat. Kelemahannya : Tidak bisa dibaca di tempat yang tdak
ada sinyal, tidak bisa berfungsi di tempat yang tidak ada Listrik, tidak bisa dibaca
kalau tidak ada pulsa, Tidak bisa dibuatkan ringkasan.
Apapun bentuk media yang digunakan
tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu menyimpan atau mempublikasikan semua
informasi atau karya di masa lalu, masa
sekarang untuk digunakan dimasa depan. Pepatah Latin mengatakan, “ Verba Volant, Scripta Manent“ .
Ungkapan ini secara longgar diterjemahkan menjadi, “ Segala yang kita bicarakan
akan terbang dan melayang, sedangkan segala yang tertulis akan tinggal tetap”.
Ini menggambarkan betapa pentingnya
karya tulis atau peristiwa saat ini yang
harus kita tulis dalam bentuk catatan atau buku. Buku-buku ini harus menjadi
kebutuhan pokok bagi setiap warga negara kita ini supaya kita dapat membaca sejarah
perjuangan bangsa kita, kebudayaan bangsa kita dan terus melestarikan bangsa
ini lewat membaca buku yang tersedia di Perpustakaan keluarga maupun
Perpustakaan Negara. Semua hasil pikiran seseorang dimasa lalu, sekarang dan
nanti, apabila menjadi teks tertulis, maka buah pikiran orang itu akan menjadi
milik public. Mari kita tanamkan kebiasaan ber-Literasi/membaca buku atau
membaca via Internet barang waktu 30
(tiga puluh) menit setiap hari untuk menambah wawasan kita tentang dunia
kekinian di sekitar kita. Di buku maupun di internet banyak informasi tentang
kesehatan, social budaya, politik,agama,keamanan,
krimininal,kesenian,percintaan, dan masih ada yang lain.
Memindahkan
Dunia Lewat Tulisan atau Buku
Rumahku rumah dunia,kubangun dengan kata-kata (Prasasti,1966 – 2001). Mungkin
kita yang bukan penulis membangun rumah dari batako,semen,besi,pasir,batu,kayu,
seng,paku. Namun para penulis membangunnya dari kata-kata atau dari rangkaian
huruf-huruf. Memang syarat menjadi seorang penulis itu hanya 2 (dua) yakni,bisa
Membaca dan Menulis. Supaya bisa membaca kita harus memilki sumber bacaan atau
buku atau media social lainya, dan supaya bisa Menulis kita harus memulainya
dengan tindakan menulis bukan dengan berbicara lisan. Sebagai mahluk sosial kita mesti harus
terlibat baik langsung maupun tak langsung untuk mengejawantahkan dunia dalam
bentuk buku. Dengan memilki buku maka minat baca kita akan meningkat. Dengan
membaca buku kita bisa keliling dunia, tanpa harus membayar dengan biaya mahal.
Biasakan diri kita memberi hadiah buku kesukaan anak-anak atau rekan kita saat
mereka berulang tahun. Kebiasaan ini kalau dimulai dari diri kita, keluarga kita, maka nisacaya semua warga
negara kita akan menjadi warga Literat.
Tak bisa
dipungkiri biarpun di era digital seperti sekarang ini, namun peranan dan
fungsi buku masih menjadi kebutuhan semua orang untuk mencari informasi yang
lebih akurat. Seseorang yang banyak meluangkan waktunya untuk membaca niscaya
orang itu memilki pemikiran yang brilian dan hasil bacaannya dapat diterapkan
dalam kehidupan social budaya akan ditiru oleh orang lain. Kemajuan dunia Tekhnologi sekarang ini tidak
terlepas dari peran tulisan atau catatan dalam buku yang ditulis oleh para
pemikir-pemikir dunia ini jauh sebelum penemu sekarang lahir. Kita bisa
membandingkan kemajuan dunia kemarin, hari ini dan besok , itu berkat tulisan
yang ditinggalkan para penulis sebelumnya. Dengan membaca buku tentang suatu
daerah yang mungkin kita tidak bisa jangkau, kita bisa pindahkan daerah itu ke
dalam hati dan pikiran kita melalui media buku.
Literasi Menyelamatkan Dunia
Banyak kejadian
di dunia ini yang terjadi di masa lampau, masa sekarang dan mungkin peristiwa
itu akan terjadi lagi di masa depan. Maka tulisan tentang peristiwa masa lalu
yang mencekam dan menelan jiwa dan harta benda perlu didokumentasikan dalam bentuk
tulisan, sehingga jika kejadian itu terulang maka kita sudah mempunyai catatan
tentang gejalanya, cara mengatasinya seperti kejadian di masa lampau.
Peristiwa-peristiwa itu seperti, bencana alam : Gempa bumi, tanah longsor,
banjir,gunung api meletus, kemarau yang panjang, tsunami, bencana Virus
Babi,Virus Flu Burung, Virus Corona Disiase (Covid-19) yang sedang melanda
dunia saat ini. Perlu ditulis dengan saksama penyebab dan cara mengatasinya,
sehingga apabila peristiwa ini terjadi lagi di kumudian hari, generasi saat itu
sudah tahu penyebab dan cara mengatasinya dari catatan yang ditinggalkan oleh
generasi sekarang atau oleh orang yang pernah mengalami hal itu. Menulis adalah napas hidup, karena dengan
menulis kita tidak akan kekurangan Oksigen (O2) (Ratna Dewi P).
Dalam sebuah buku
berjudul : Meretas Badai Lebih Sehat Jika
Menulis, para penulis buku ini berjumlah 20 (dua puluh) orang semuanya mengidap berbagai macam penyakit yang
mematikan. Misalnya Melanie Subono (Penyakit Tumor),Kunto Wijoyo (Radang
selaput Otak), Nurul F.Huda (Penyakit Jantung),Thomas Alva Edison (Kehilangan
pendengaran), Heri H.Haris (Kehilangan tangan kiri), Dahlan Iskan (Ganti Hati)
mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara masa kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudoyono yang masih hidup sehat sampai sekarang. Mereka tidak minder
dengan kekurangan dan kelemahan, namun mereka tekat terus menulis untuk
kehidupan sehingga rasa sakit karena penyakit dapat berangsur-angsur berkurang
dan pada akhirnya mereka sembuh dari penyakit itu. Seiring perkembangan zaman
yang semakin canggih, semakin banyak pula tuntutan yang dihadapi manusia. Dengan
terus menulis menghasilkan karya-karya
yang berguna bagi diri dan bagi kelangsungan hidup orang lain di dunia ini,
maka kita telah menyelamatkan dunia.
Menulis
adalah suatu keahlian dalam menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran manusia menjadi sebuah
karya tulis yang bisa dibaca dan mudah dipahami oleh orang lain. Tulisan yang
baik dan menarik pasti akan dicari orang, terlebih lagi bila tulisan tersebut
akan menambah pengetahuan praktis yang diperlukan pembaca. Membaca adalah
menabung perbendaharaan kata dan menulis adalah mengamalkan hasil tabungan
perbendaharaan kata tersebut. Menulis pada hakekatnya adalah upaya
mengekspresikan apa yang dilihat,dialami, dirasakan dan dipikirkan ke dalam bahasa
tulisan.
Buku Transformasi Budaya
Perkembangan
kebudayaan manusia mulai dari zaman ke zaman merupakan penyempurnaan budaya
dari waktu ke waktu. Hal ini berkat pendahulu kita yang selalu menulis apa yang
mereka pikirkan dan yang mereka kerjakan. Dari bukulah kita bisa baca tentang
paradapan manusia di masa yang lalu. Transformasi (perubahan bentuk, rupa
sifat) dari masa lalu ke masa sekarang dan ke masa depan dapat kita temukan di
dalam catatan atau buku yang mungkin tersimpan di perpustaan keluarga atau di
perpustakaan sekolah dan di perpustakaan pemerintah. Wabah Corona Virus Desease
(Covid-19) membawa dampak dan korban
jiwa umat manusia di dunia ini.
Pandemi Covid -19
sungguh membawa keprihatinan luas di berbagai penjuru dunia. Covid -19 ini
pernah terjadi seratus tahun yang lalu, sekitar tahun 1820. Jadi peristiwa
pandemic Covid -19 ini merupakan peristiwa ulangan. Jadi semua peristiwa masa
lalu itu kita tahu dari buku. Peradaban kemanusiaan selalu berkembang dari
waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk itu kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi zaman.
Kita sekarang memasuki New Normal, kebudayaan baru yang menyesuaikan dengan
Covid-19 ini. (*)
0 Comments