Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

PENGELOLAAN PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA (SEBUAH PERMENUNGAN)

Drs. Benyamin Juma
Kepala SMA Negeri 4 Brong
Kab. Manggarai Timur

ISU strategis bangsa Indonesia yang didiskusikan hangat sejak pra kemerdekaan oleh Founding Fathers adalah ‘nation and chrachter building’. Isu ini tak pernah kalah hangatnya ketika Indonesia merdeka sampai dengan saat ini. Bahwasannya bangsa Indonesia ini sangat plural. Pluralitas bangsa Indonesia ini terbentuk oleh bermacam-macam pulau dengan topografi dan iklimnya yang berbeda-beda sebagai habitatnya; bermacam-macam suku bangsa serta adat-istiadatnya; dan bermacam-macam agama serta keyakinan yang dianut oleh masyarakatnya.

Di tengah pluriformitas tersebut muncullah persoalan mendasar, yaitu bagaimana mewujutkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) padahal bangsa Indonesia ini sangat plural atau sangat heterogen? Pertanyaan ini sangat penting direnungkan kerena NKRI sedang diuji ketangguhannya saat ini. Pertanyaan tersebut mengandaikan sebuah konsep dan strategi serta implementasi dari konsep kewarganegaraan tentang nation and chrachter building. Konsep kewarganegaraan tentang nation and charachter building menjadi sangat penting demi terwujudnya NKRI yang utuh serta NKRI yang kokoh walaupun ia ditantang oleh badai pluriformitas dari dirinya sendiri yang heterogen.

Lantas, apakah yang pengelola pendidikan dapat lakukan sebagai perwujudan keterpanggilannya memelihara keutuhan serta kekokohan NKRI di tengah ancaman badai pluriformitas yang tak terhindarkan itu? Lembaga pendidkan SMA Negeri 4 Borong hendak mewujudkan keterpanggilannya menjaga keutuhan dan mengokohkan NKRI dengan konsentrasi pada strategi managemen berbasis budaya.

Unsur heterogenitas yang paling potensial dan strategis bagi NKRI adalah agama dan budaya. Secara positif agama dan budaya mengokohkan NKRI karena agama dan budaya berakar pada dimensi religiusitas manusia. Pada dimensi religi manusia (termasuk di dalamnya agama dan budaya) mengakui adanya kharisma struktur, yakni adanya kekuatan,kekuasaan (kewenangan) supernatural yang perlu disembah; dan adanya kekuatan, kekuasaan (kewenangan) natural berupa hierarkhi keagamaan yang terlihat pada struktur kepemimpinan pada masing-masing agama dan hierarkhi budaya yang terlihat pada kepemimpinan sosial untuk masing-masing masyarakat adat.

Di bawah payung pengakuan akan kharisma kekuatan supernatural  dan kharisma kekuatan hierakhi keagamaan dan budaya para warga akan tunduk dan taat serta setia memelihara persatuan dan kesatuan; memelihara kerukunan; memelihara persatuan dan perdamaian, karena seluruh warga berkonsentrasi pada satu tujuan yakni kebahagiaan, kesejahteraan, dan kehidupan abadi. Para pemimpin dan warga mengakui kepemimpinan mereka berasal dari yang supernatural, dengan demikian mereka mengakui kepemimpinan itu harus dijalankan secara benar, bersih, jujur dan adil. Jika tidak, para pemimpin dan warga pasti ditimpa bala bencana sebagai hukuman dari penguasa supernatural. Sebaliknya para warga akan mengakui para pemimpin sebagai transfigurasi dari kepemimpinan supernatural yang membuat mereka secara naluriah dan praksis taat kepada pemimpin sebagai jembatan/penjamin cita-cita dan harapan-harapan hakiki mereka. Akan tetapi, secara negatif agama dan budaya dapat memicu disintegrasi bangsa atau menyobek keutuhan serta kekokohan NKRI. Hal ini terjadi apabila egoisme kelembagaan antar agama atau egoisme antar pemeluk agama dan egoisme masing-masing kelembagaan adat pada dimensi budaya dibiarkan terlembaga dalam masyarakat bangsa Indonesia.

Agama dan budaya sebagai unsur yang paling potensial dan strategis sebagaimana diuraikan secara positif di atas menjadi modal dan pintu dalam mengatur masyarakat bangsa Indonesia pada berbagai bidang dalam mewujudkan keterpanggilan putra-putri bangsa untuk membangun bangsa Indonesia menuju kemajuan. Sebagai lembaga pendidikan, SMA Negeri 4 Borong mau mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai pintu gerbang kemajuan, kemandirian, keterampilan serta kesejahteraan masyarakat terutama para pesertadidik. Ketika ini visi kita, maka pada tangga pertama kita harus menyadari pentingnya unsur agama dan budaya sebagai unsur-unsur hakiki dalam pengelolaan pendidikan.

Pertama, kita harus menyadari bahwa agama dan budaya merupakan dua unsur yang menjadi fondasi religi manusia yang terstruktur secara sosial dan terikat/terpikat secara emosional. Agama dan budaya merupakan tatanan peradapan manusia yang kental dan dapat bermanfaat sebagai lokomotif/mesin penggerak sebuah perjuangan menuju cita-cita bersama. Oleh karena itu mengelola lembaga pendidikan dengan memposisikan kelembagaan agama dan kelembagaan budaya sebagai mitranya merupakan model pengelolaan yang efektif. Misalnya, dalam posisi manajerial, pengelolaan lembaga pendidikan dapat mendistribusikan peran-peran tertentu (sebagai penyelenggara) kepada masing-masing kelembagaan agama dan kelembagaan adat yang ada.

Kedua, kita menyadari bahwa nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai dasar perekat keutuhan nation. Oleh karena itu dalam kerangka charachter and nation building kita harus mampu mengelola lembaga pendidikan berbasis agama dan budaya. Artinya, peserta didik kita adalah warga masyarakat yang dapat saja tertimpa oleh kelunturan nilai-nilai dasar agama dan budaya, maka dalam pengelolaan lembaga pendidikan harus mempunyai misi dan strategi untuk mengembalikan nilai-nilai dasar agama dan budaya itu kepada diri masyarakat kita untuk menjadi jati dirinya. Dengan pengelolaan seperti ini lembaga SMA Negeri 4 Borong bermanfaat dalam memelihara keutuhan serta kekokohan NKRI. Dalam hal ini SMA Negeri 4 Borong harus mampu merefleksi dan merumuskan kurikulum yang berbasis agama dan budaya. Misalnya, kegiatan belajar menggali dan mendalami nilai-nilai agama tradisional/asli dan nilai-nilai agama modern/impor serta membandingkan keduanya sampai ditemukan titik singgungnya sebagai pegangan dalam mengupayakan kohesitas kehidupan sosial dalam kehidupan peserta sebagai warga belajar. Demikian juga halnya kurikulum untuk dimensi budaya, digiring agar peserta didik dapat menemui nilai hakiki budaya yang akan termanifestasi melalui perilaku budaya yang santun serta seni budaya/budaya seni untuk kesejahteraan diri sendiri dan sosial.

Ketiga, bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pengelolaan pendidikan adalah terciptanya kurikulum pembelajaran menuju charachter and nation building. Dalam hal ini, dalam pengelolaan pendidikan perlu kurikulum pemicu pemahaman serta kerja sama lintas agama dan lintas budaya. Diskusi-diskusi menyangkut nilai-nilai masing-masing agama dan budaya serta titik simpul dari masing-masing agama dan masing-masing budaya harus diupayakan untuk menjadi pegangan bersama para pesertadidik. Hal ini ditujukan dalam rangka mengokohkan semangat NKRI.

Strategi menajemen pendidikan berbasis agama dan budaya ini terasa cukup efektif pada sisi kepentingan internal lembaga maupun pada sisi kepentingan eksternal. Pada sisi kepentingan internal lembaga mendapat keuntungan dengan menajemen berbasis agama dan budaya, dimana lembaga pendidikan ditopang secara emosional bahkan secara praksis operasional dari tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh adat/budaya setempat. Dengan itu lembaga pendidikan menjadi langgeng dalam mengembangkan visi, misi serta program-programnya. Sedangkan pada sisi kepentingan eksternal, lembaga pendidikan dapat mengantar peserta didik kepada prinsip mencintai nilai-nilai hakiki agama dan budaya sebagai nilai universal demi tumbuhnya semangat nasionalisme dan memiliki spirit berjuang demi persatuan dan kesatuan bangsa.






Post a Comment

0 Comments