Drs. Matias Sudin Plt. Kepala SMAN 1 Bajawa |
Semua orang tua pasti mempunyai harapan yang sama agar anaknya meraih
prestasi di sekolah, tetapi tidak semua orang tua menyadari apa perannya di
rumah agar dapat membantu anaknya meraih prestasi sesuai dengan harapan mereka.
Tidak sedikit orang tua mengarahkan anaknya ketika memasuki ke pendidikan jenjang
yang lebih tinggi (SMA) memilih jurusan apa, ke perguruan tinggi mana dan
memilih program studi apa tanpa berkonsultasi dengan pihak sekolah.
Sampai dengan saat ini orang tua siswa SMA Negeri 1 Bajawa misalnya, belum ada
satu pun orang tua siswa kelas XII yang sudah mengikuti Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer yang
berkonsultasi tentang kampus mana, program studi apa, bakat/minat, informasi
bidang kerja apa yang nantinya setelah tamat perguruan tinggi anak-anak mereka bisa geluti. Padahal SMA
Negeri 1 Bajawa sejak anak mereka masuk sudah melakukan Psikotes yang bertujuan
mengumpulkan data tentang seluruh potensi anak mereka secara komprehensif.
Melalui Psikotes sekolah mendapatkan informasi tentang bakat dan minat
siswa, program studi yang cocok dengan bakat dan minat siswa, sikap dan
karakter pribadi siswa, tipe belajar siswa (tipe visual, audio dan kinestetik),
bahkan data tentang kuliah pada jurusan
apa yang cocok bagi anak mereka, dan setelah menyelesaikan studi di
perguruan tinggi sekolah juga sudah mempuyai rekomendasi tetang dunia kerja apa
yang cocok untuk anak mereka geluti. Informasi tentang hasil psikotes
siswa SMAN 1 Bajawa sudah disampaikan oleh pihak sekolah pada saat rapat
komite tahun 2018 yang lalu dan sekolah
mempersilakan orang tua murid untuk berkonsultasi dengan guru BK di sekolah
sehingga bisa mengetahui data lengkap tentang anak-anak mereka, sayangnya
sampai saat ini tidak ada satu pun orang tua siswa yang datang menemui petugas
BK di sekolah.
Kondisi tersebut di atas barulah secuil contoh dari ribuan contoh peran
orang tua murid yang tidak dilakukan oleh mereka kepada anaknya. Banyak orang
tua menyerahkan seluruh keberhasilan anaknya kepihak sekolah. Urusan prilaku
anak misalnya, sudah merupakan fenomena umum bahwa urusan pembentukan karaketer,
kebiasaan, kepatuhan dan kemandirian anak dianggap oleh orang tua murid adalah
urusan sekolah. Orang tua berpikir tanggungjawab mereka hanyalah urusan makan
minum dan biaya sekolah. Orang tua lupa bahwa tindakan membentuk karakter anak
adalah tanggungjawab mereka, sekolah hanya membantu meningkatkan kualitas
karakter diri melalui pengembangan kegiatan ekstrakurikuler atau melalui
pembelajaran dengan disain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
mengintegrasikan pendidikan karakter pada semua mata pelajaran dan tugas utama
sekolah adalah mengembangkan kemampuan akademiknya.
Bagaimana dengan orang tua yang merasa sudah mencurahkan perhatian pada
anak-anaknya? Ada begitu banyak orang tua yang
merasa bahwa mereka sudah melakukan yang terbaik kepada anaknya tetapi secara
substansi sebenarnya mereka melakukan hal yang keliru. Sebagai contoh adalah
tindakan orang tua dalam membesarkan, mendidik serta membahagiakan
anak-anaknya. Orang tua punya kewajiban untuk mendidik dan membahagiakan
anak-anaknya. Orang tua akan melakukan apapun demi kebaikan dan kebahagiaan
anak-anaknya. Salah satu tindakan orang tua adalah sering melarang anak-anak
melakukan sesuatu. Kata jangan menjadi kata utama dalam mendidik anak-anaknya.
Jangan pegang kertas atau buku bapa, jangan pegang parang/pisau, jangan pegang
piring dan gelas mama, jangan lakukan begini dan jangan lakukan begitu, jangan
main di sini dan
juga jangan main di situ.
Berbagai larangan dibuat demi kebaikan anak. Semua larangan disebutkan demi
keamanan dan kesehatan anak. Supaya anak tidak basah, tidak kepanasan,
tidak jatuh, tidak terluka apalagi sakit. Adapula anak yang dilarang bermain di
luar apalagi jauh dari rumah. Tujuannya untuk menghindari pengaruh buruk
dari pergaulannya. Sebagai kompensasinya anak diberi uang agar anak-anak senang.
Melalui tulisan ini kami yang berprofesi guru ingin menyampaikan kepada
sang empunya anak bahwa anak mungkin bahagia menerima uang saat kalian pergi
atau kalian sibuk. Namun pernahkah orang tua bertanya apakah anak benar-benar
bahagia? Apakah semua tindakan orang tua itu baik dan membahagiakan anak-anak?
Anak bermain di rumah memang baik. Tapi siapakah teman bermain saat kalian
semua sibuk. Anak-anak bapak ibu butuh teman.
Anak juga ingin bermain dan belajar di luar rumah. Di luar rumah anak-anak
belajar berinteraksi dan belajar bersosialisasi dengan orang lain. Bukankah
manusia makhluk sosial? Dalam interaksi sosial anak belajar banyak pengetahuan.
Saat bermain bola bersama misalnya anak-anak belajar kerja sama. Anak-anak
belajar berkompetisi. Anak-anak belajar hukum oleh adanya aturan permainan.
Anak belajar kejujuran karena tidak boleh bermain curang. Masih banyak yang
anak-anak pelajari dan itu baik adanya.
Semua anak-anak akan senang menerima uang. Tidak ada satupun yang membenci
uang. Anak-anak adalah orang yang paling senang saat menerima uang. Anak-anak
bisa membeli sesuatu yang diinginkan dengan uang yang dimiliki. Anak bisa
membeli jajan, HP, mainan atau apa saja yang dikehendaki. Hal ini sungguh
menyenangkan dan sangat disukai anak-anak.
Anak bahagia tetapi kebahagian ini hanyalah kebahagiaan sesaat. Kebahagian
yang hanya sebatas saat memiliki. Anak-anak bahagia saat memiliki uang, makanan,
dan mainan. Segalanya anak-anak miliki tetapi
ini tak cukup membuat anak-anak bahagia. Anak butuh hal lain untuk bahagia.
Hal yang paling anak butuhkan adalah kehadiran orang lain. Anak butuh teman
untuk belajar berbagi. Anak ingin belajar bukan berbagi uang atau makanan
semata. Anak belajar berbagi cerita tentang kesenangan, kebanggaan atau bahkan
kesombongan atas apa yang dimiliki. Belajar bercerita merupakan cikal bakal
dari belajar berpendapat dan menunjukkan potensi diri.
Anak butuh orang lain untuk belajar bercerita. Anak butuh ibu agar dapat
menunjukkan kebahagiaannya menerima uang dari bapanya. Anak butuh bapanya untuk
mendengar ceritanya dan menunjukan kehebatannya karena bisa makan sayur masakan
ibunya. Kebutuhan seperti ini tentu tidak dapat dipenuhi dengan uang.
Apalagi ketika orang tua keluar rumah. Orang tua juga tidak bisa memenuhi
kebutuhan anak sepenuhnya, sekalipun orang tua menghabiskan waktu seharian
bersama kami anak-anak. Anak-anak tetap butuh orang lain di luar rumah. Anak
butuh teman untuk memainkan berbagai mainannya. Anak juga butuh teman untuk
berbagi cerita tentang keluarganya.
Anak bukan seperti hewan yang hanya cukup diberi makan saja. Anak punya
kebutuhan lebih banyak dari binatang. Anak butuh uang, makanan dan
mainan. Anak juga butuh orang tua, saudara, sahabat maupun orang asing.
Manusia diciptakan Tuhan dengan banyak kemampuan. Kemampuan manusia
melebihi segala Ciptaan-Nya di bumi. Pun Anak diciptakan dengan berbagai
kemampuan. Anak mampu melakukan banyak hal namun pada awalnya semua kemampuan
masih sebatas potensi. Anak-anak dianugerahi Allah kemampuan belajar untuk menumbuhkan
kemampuannya.
Salah satu kemampuan anak adalah kemampuan merespon dan berekspresi.
Semua makhluk mampu merespon dan berekspresi. Hewan atau tumbuhan mampu
merespon dan berekspresi. Kemampuan hewan dan tumbuhan hanya sebatas merespon,
berkespresi, dan menghindar. Berbeda dengan hewan, Anak punya banyak
kemampuan merespon dan berekspresi. Kemampuan anak merespon dan
berekspresi juga bertambah seiring waktu. Saat lahir anak hanya mampu menangis.
Ketika ia mampu melihat objek di depan ia mulai merespon dengan menggerakan
mata mengikuti gerakan objek. Ketika ia mampu mendengar ia mulai merespon suara
tersebut dengan menggerakan kepalanya ke arah sumber suara. Ia pun mampu
tersenyum dan tertawa ketika bahagia atau sukacita, mengerutkan dahi kala melihat
hal baru dan menangis saat mengalami hal yang tak disukai.
Kemampuan merespon dan berekspresi terus berkembang hingga makin beragam
caranya seiring waktu. Seiring pengalaman yang kami alami. Semakin banyak
pengalaman yang kami peroleh semakin berkembang kemampuan kami. Saat anak sudah
mampu berkata dan berbicara maka anak akan berekspresi dengan kata-kata. saat
anak bisa menulis, akan berekspresi dalam tulisannya.
Anak harus mengembangkan semua potensi dalam dirinya. Oleh karena itu anak
butuh keleluasaan untuk belajar banyak hal. Keleluasaan untuk belajar dari
berbagai pengalaman yang anak jumpai. Orang tua tak seharusnya membatasi
keleluasaan anak untuk belajar. Orang tua bisa belajar dari perilaku hewan
(anjing misalnya). Seekor anjing diberi kemampuan oleh Allah untuk berlaku baik
di hadapan tuannya. Bahkan tetap baik walau mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan. Apalagi manusia ciptaanNya yang paling mulia. Allah telah
memberikan dan menganugerahi manusia dengan kemampuan melebihi semua makhluk di
bumi termasuk kemampuan untuk membedakan hal yang baik dan buruk.
Allah yang mahakuasa telah menganugerahi anak-anak kemampuan untuk belajar.
Belajar segala hal yang nantinya akan digunakan pada waktu dibutuhkan.
Digunakan sesuai rencana Allah. Sesuai dengan rencana Allah pada setiap anak.
Tak ada satu orang tua pun yang mengetahui rencana Allah pada anaknya. Oleh karena
itu orang tua tak berhak dan tak punya kuasa untuk mengatur apalagi melarang
anak dalam proses belajar anak.
Orang tua hanya berhak dan berkewajiban memberi kesempatan kepada anak
untuk belajar. Tugas orang tua adalah fasilitator yang menyediakan segala
kebutuhan belajar anak. Orang tua berhak menjadi pendukung dan suporter anak
dalam belajar. Kemampuan
belajar pertama yang dianugerahi Tuhan bukanlah kemampuan memahami kata-kata
orang tua. Orang tua ditugaskan Tuhan untuk mendidik anak bukan dengan ajaran
kata-kata.
Kemampuan pertama yang diterima anak adalah kemampuan meniru. Kemampuan
meniru segala yang dikatakan dan dilakukan orang dewasa. Orang tua ditugaskan
untuk mendidik anak dengan teladan. Anak tersenyum karena meniru orang tua
tersenyum. Anak akan tertawa setelah melihat dan mendengar orang tua tertawa.
Anak akan ceria ketika melihat orang tuanya ceria. Anak menyebut mama atau bapa
saat ia mendengar kata itu diucapkan.
Saat ia mampu beraktifitas anak akan meniru apa yang dilakukan orang tua. Saat
orang tua membaca, anak akan ikut-ikutan membaca. Saat orang dewasa menulis
anak akan ikut menulis, saat orang tua ke gereja, masjid atau tempat ibadah
lainnya anak-anak akan mengikutinya, saat orang tua mengeluarkan kata-kata
makian anak-anak akan meniru mengucapkan
kata makian tersebut, saat orang tua memerintah pembantu rumah tangga dengan
kasar anak-anak akan meniru perintah yang kasar itu, saat orang tua
memerintahkan pembantu rumah tangga menyuap makanan dan minuman kepada anak
maka anak merasa mereka adalah sang raja yang harus dilayani, saat anak hanya
mendengar kata perintah kepada orang lain maka mereka tidak akan pernah mau
diperintah oleh orang lain. Semuanya
akan ditiru selama proses belajar demi meningkatkan kemampuannya.
Allah senantiasa menuntun anak dalam belajar menjadi orang yang baik. Namun
Allah tidak mengabaikan peran orang tua. Peran orang tua tetap diperlukan Allah.
Orang tua dibutuhkan untuk menjadi model kebaikan bagi Anak. Salah satu contoh
kebaikan adalah rajin. Anak butuh model orang tua rajin untuk ditiru. Anak
butuh model yang rajin bangun pagi, rajin kerja, rajin ke gereja dan rajin
belajar.
Wahai orang tua, sanggupkah
kalian menjadi model kebaikan bagi anak-anakmu? Sanggupkah kalian menjadi
teladan hidup anak-anak kalian yang paling dekat dan nyata?. Jika kalian orang
tua tak sanggup menjadi teladan maka hentikanlah segala tuntutan kalian kepada
guru-guru di sekolah dan anak-anak kalian
di rumah yang belum sanggup memahami kebaikan seperti apa yang kalian harapkan.
Kami guru dan anak kalian tak butuh kata-kata kosong. Kami butuh perbuatan
nyata. Kami butuh bukti kebaikan yang kalian lakukan untuk kami. (*)
0 Comments