Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENAKAR PERAN ORANG TUA MURID DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN SISWA MENGGAPAI PRESTASI BELAJAR

Drs. Matias Sudin
Plt. Kepala SMAN 1 Bajawa

Semua orang tua pasti mempunyai harapan yang sama agar anaknya meraih prestasi di sekolah, tetapi tidak semua orang tua menyadari apa perannya di rumah agar dapat membantu anaknya meraih prestasi sesuai dengan harapan mereka. Tidak sedikit orang tua mengarahkan anaknya ketika memasuki ke pendidikan jenjang yang lebih tinggi (SMA) memilih jurusan apa, ke perguruan tinggi mana dan memilih program studi apa tanpa berkonsultasi dengan pihak sekolah.

Sampai dengan saat ini orang tua siswa SMA Negeri 1 Bajawa misalnya, belum ada satu pun orang tua siswa kelas XII yang sudah mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer yang berkonsultasi tentang kampus mana, program studi apa, bakat/minat, informasi bidang kerja apa yang nantinya setelah tamat perguruan tinggi  anak-anak mereka bisa geluti. Padahal SMA Negeri 1 Bajawa sejak anak mereka masuk sudah melakukan Psikotes yang bertujuan mengumpulkan data tentang seluruh potensi anak mereka secara komprehensif.

Melalui Psikotes sekolah mendapatkan informasi tentang bakat dan minat siswa, program studi yang cocok dengan bakat dan minat siswa, sikap dan karakter pribadi siswa, tipe belajar siswa (tipe visual, audio dan kinestetik), bahkan data tentang kuliah pada jurusan  apa yang cocok bagi anak mereka, dan setelah menyelesaikan studi di perguruan tinggi sekolah juga sudah mempuyai rekomendasi tetang dunia kerja apa yang cocok untuk anak mereka geluti. Informasi tentang hasil psikotes siswa SMAN 1 Bajawa sudah disampaikan oleh pihak sekolah pada saat rapat komite  tahun 2018 yang lalu dan sekolah mempersilakan orang tua murid untuk berkonsultasi dengan guru BK di sekolah sehingga bisa mengetahui data lengkap tentang anak-anak mereka, sayangnya sampai saat ini tidak ada satu pun orang tua siswa yang datang menemui petugas BK di sekolah.

Kondisi tersebut di atas barulah secuil contoh dari ribuan contoh peran orang tua murid yang tidak dilakukan oleh mereka kepada anaknya. Banyak orang tua menyerahkan seluruh keberhasilan anaknya kepihak sekolah. Urusan prilaku anak misalnya, sudah merupakan fenomena umum bahwa urusan pembentukan karaketer, kebiasaan, kepatuhan dan kemandirian anak dianggap oleh orang tua murid adalah urusan sekolah. Orang tua berpikir tanggungjawab mereka hanyalah urusan makan minum dan biaya sekolah. Orang tua lupa bahwa tindakan membentuk karakter anak adalah tanggungjawab mereka, sekolah hanya membantu meningkatkan kualitas karakter diri melalui pengembangan kegiatan ekstrakurikuler atau melalui pembelajaran dengan disain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter pada semua mata pelajaran dan tugas utama sekolah adalah mengembangkan kemampuan akademiknya.

Bagaimana dengan orang tua yang merasa sudah mencurahkan perhatian pada anak-anaknya? Ada begitu banyak orang tua yang  merasa bahwa mereka sudah melakukan yang terbaik kepada anaknya tetapi secara substansi sebenarnya mereka melakukan hal yang keliru. Sebagai contoh adalah tindakan orang tua dalam membesarkan, mendidik serta membahagiakan anak-anaknya. Orang tua punya kewajiban untuk mendidik dan membahagiakan anak-anaknya. Orang tua akan melakukan apapun demi kebaikan dan kebahagiaan anak-anaknya. Salah satu tindakan orang tua adalah sering melarang anak-anak melakukan sesuatu. Kata jangan menjadi kata utama dalam mendidik anak-anaknya. Jangan pegang kertas atau buku bapa, jangan pegang parang/pisau, jangan pegang piring dan gelas mama, jangan lakukan begini dan jangan lakukan begitu, jangan main di sini dan juga jangan main di situ.

Berbagai larangan dibuat demi kebaikan anak. Semua larangan disebutkan demi keamanan dan kesehatan anak.  Supaya anak tidak basah, tidak kepanasan, tidak jatuh, tidak terluka apalagi sakit. Adapula anak yang dilarang bermain di luar apalagi jauh dari rumah. Tujuannya untuk menghindari  pengaruh buruk dari pergaulannya. Sebagai kompensasinya anak diberi uang agar anak-anak senang.

Melalui tulisan ini kami yang berprofesi guru ingin menyampaikan kepada sang empunya anak bahwa anak mungkin bahagia menerima uang saat kalian pergi atau kalian sibuk. Namun pernahkah orang tua bertanya apakah anak benar-benar bahagia? Apakah semua tindakan orang tua itu baik dan membahagiakan anak-anak? Anak bermain di rumah memang baik. Tapi siapakah teman bermain saat kalian semua sibuk. Anak-anak bapak ibu butuh teman.

Anak juga ingin bermain dan belajar di luar rumah. Di luar rumah anak-anak belajar berinteraksi dan belajar bersosialisasi dengan orang lain. Bukankah manusia makhluk sosial? Dalam interaksi sosial anak belajar banyak pengetahuan. Saat bermain bola bersama misalnya anak-anak belajar kerja sama. Anak-anak belajar berkompetisi. Anak-anak belajar hukum oleh adanya aturan permainan. Anak belajar kejujuran karena tidak boleh bermain curang. Masih banyak yang anak-anak pelajari dan itu baik adanya.

Semua anak-anak akan senang menerima uang. Tidak ada satupun yang membenci uang. Anak-anak adalah orang yang paling senang saat menerima uang. Anak-anak bisa membeli sesuatu yang diinginkan dengan uang yang dimiliki. Anak bisa membeli jajan, HP, mainan atau apa saja yang dikehendaki. Hal ini sungguh menyenangkan dan sangat disukai anak-anak.

Anak bahagia tetapi kebahagian ini hanyalah kebahagiaan sesaat. Kebahagian yang hanya sebatas saat memiliki. Anak-anak bahagia saat memiliki uang, makanan, dan mainan. Segalanya  anak-anak miliki tetapi ini tak cukup membuat anak-anak bahagia. Anak butuh hal lain untuk bahagia.  

Hal yang paling anak butuhkan adalah kehadiran orang lain. Anak butuh teman untuk belajar berbagi. Anak ingin belajar bukan berbagi uang atau makanan semata. Anak belajar berbagi cerita tentang kesenangan, kebanggaan atau bahkan kesombongan atas apa yang dimiliki. Belajar bercerita merupakan cikal bakal dari belajar berpendapat dan menunjukkan potensi diri.  

Anak butuh orang lain untuk belajar bercerita. Anak butuh ibu agar dapat menunjukkan kebahagiaannya menerima uang dari bapanya. Anak butuh bapanya untuk mendengar ceritanya dan menunjukan kehebatannya karena bisa makan sayur masakan ibunya. Kebutuhan seperti ini tentu tidak dapat dipenuhi dengan uang.  Apalagi ketika orang tua keluar rumah.  Orang tua juga tidak bisa memenuhi kebutuhan anak sepenuhnya, sekalipun orang tua menghabiskan waktu seharian bersama kami anak-anak. Anak-anak tetap butuh orang lain di luar rumah. Anak butuh teman untuk memainkan berbagai mainannya. Anak juga butuh teman untuk berbagi cerita tentang keluarganya.

Anak bukan seperti hewan yang hanya cukup diberi makan saja. Anak punya kebutuhan lebih banyak dari binatang. Anak butuh uang, makanan dan mainan.  Anak juga butuh orang tua, saudara, sahabat maupun orang asing.

Manusia diciptakan Tuhan dengan banyak kemampuan. Kemampuan manusia melebihi segala Ciptaan-Nya di bumi. Pun Anak diciptakan dengan berbagai kemampuan. Anak mampu melakukan banyak hal namun pada awalnya semua kemampuan masih sebatas potensi. Anak-anak dianugerahi Allah kemampuan belajar untuk menumbuhkan kemampuannya.

Salah satu kemampuan anak adalah kemampuan merespon dan berekspresi.  Semua makhluk mampu merespon dan berekspresi. Hewan atau tumbuhan mampu merespon dan berekspresi. Kemampuan hewan dan tumbuhan hanya sebatas merespon, berkespresi, dan menghindar. Berbeda dengan hewan, Anak punya banyak kemampuan  merespon dan berekspresi. Kemampuan anak merespon dan berekspresi juga bertambah seiring waktu. Saat lahir anak hanya mampu menangis. Ketika ia mampu melihat objek di depan ia mulai merespon dengan menggerakan mata mengikuti gerakan objek. Ketika ia mampu mendengar ia mulai merespon suara tersebut dengan menggerakan kepalanya ke arah sumber suara. Ia pun mampu tersenyum dan tertawa ketika bahagia atau sukacita, mengerutkan dahi kala melihat hal baru dan menangis saat mengalami hal yang tak disukai.

Kemampuan merespon dan berekspresi terus berkembang hingga makin beragam caranya seiring waktu. Seiring pengalaman yang kami alami. Semakin banyak pengalaman yang kami peroleh semakin berkembang kemampuan kami. Saat anak sudah mampu berkata dan berbicara maka anak akan berekspresi dengan kata-kata. saat anak bisa menulis, akan berekspresi dalam tulisannya.

Anak harus mengembangkan semua potensi dalam dirinya. Oleh karena itu anak butuh keleluasaan untuk belajar banyak hal. Keleluasaan untuk belajar dari berbagai pengalaman yang anak jumpai.  Orang tua tak seharusnya membatasi keleluasaan anak untuk belajar.  Orang tua bisa belajar dari perilaku hewan (anjing misalnya). Seekor anjing diberi kemampuan oleh Allah untuk berlaku baik di hadapan tuannya. Bahkan tetap baik walau mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Apalagi manusia ciptaanNya yang paling mulia. Allah telah memberikan dan menganugerahi manusia dengan kemampuan melebihi semua makhluk di bumi termasuk kemampuan untuk membedakan hal yang baik dan buruk.
Allah yang mahakuasa telah menganugerahi anak-anak kemampuan untuk belajar. Belajar segala hal yang nantinya akan digunakan pada waktu dibutuhkan. Digunakan sesuai rencana Allah. Sesuai dengan rencana Allah pada setiap anak. Tak ada satu orang tua pun yang mengetahui rencana Allah pada anaknya. Oleh karena itu orang tua tak berhak dan tak punya kuasa untuk mengatur apalagi melarang anak dalam proses belajar anak.

Orang tua hanya berhak dan berkewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk belajar. Tugas orang tua adalah fasilitator yang menyediakan segala kebutuhan belajar anak. Orang tua berhak menjadi pendukung dan suporter anak dalam belajar. Kemampuan belajar pertama yang dianugerahi Tuhan bukanlah kemampuan memahami kata-kata orang tua. Orang tua ditugaskan Tuhan untuk mendidik anak bukan dengan ajaran kata-kata.

Kemampuan pertama yang diterima anak adalah kemampuan meniru. Kemampuan meniru segala yang dikatakan dan dilakukan orang dewasa. Orang tua ditugaskan untuk mendidik anak dengan teladan. Anak tersenyum karena meniru orang tua tersenyum. Anak akan tertawa setelah melihat dan mendengar orang tua tertawa. Anak akan ceria ketika melihat orang tuanya ceria. Anak menyebut mama atau bapa saat ia mendengar  kata itu diucapkan. Saat ia mampu beraktifitas anak akan meniru apa yang dilakukan orang tua. Saat orang tua membaca, anak akan ikut-ikutan membaca. Saat orang dewasa menulis anak akan ikut menulis, saat orang tua ke gereja, masjid atau tempat ibadah lainnya anak-anak akan mengikutinya, saat orang tua mengeluarkan kata-kata makian anak-anak akan  meniru mengucapkan kata makian tersebut, saat orang tua memerintah pembantu rumah tangga dengan kasar anak-anak akan meniru perintah yang kasar itu, saat orang tua memerintahkan pembantu rumah tangga menyuap makanan dan minuman kepada anak maka anak merasa mereka adalah sang raja yang harus dilayani, saat anak hanya mendengar kata perintah kepada orang lain maka mereka tidak akan pernah mau diperintah oleh orang lain.  Semuanya akan ditiru selama proses belajar demi meningkatkan kemampuannya.

Allah senantiasa menuntun anak dalam belajar menjadi orang yang baik. Namun Allah tidak mengabaikan peran orang tua. Peran orang tua tetap diperlukan Allah. Orang tua dibutuhkan untuk menjadi model kebaikan bagi Anak. Salah satu contoh kebaikan adalah rajin. Anak butuh model orang tua rajin untuk ditiru. Anak butuh model yang rajin bangun pagi, rajin kerja, rajin ke gereja dan rajin belajar.

Wahai orang tua, sanggupkah kalian menjadi model kebaikan bagi anak-anakmu? Sanggupkah kalian menjadi teladan hidup anak-anak kalian yang paling dekat dan nyata?. Jika kalian orang tua tak sanggup menjadi teladan maka hentikanlah segala tuntutan kalian kepada guru-guru di sekolah dan anak-anak kalian di rumah yang belum sanggup memahami kebaikan seperti apa yang kalian harapkan. Kami guru dan anak kalian tak butuh kata-kata kosong. Kami butuh perbuatan nyata. Kami butuh bukti kebaikan yang kalian lakukan untuk kami. (*)

Post a Comment

0 Comments