Nagekeo, CakrawalaNTT.com - Kemajuan
teknologi yang kian cepat dan spektakuler saat ini memungkinkan setiap orang
dapat mengakses informasi dengan sangat mudah dan murah. Di satu sisi, kemajuan
teknologi ini dapat membantu atau memudahkan orang untuk saling berbagi informasi, pengetahuan, dan
pengalaman. Di sisi lain, kemajuan ini mengurangi bahkan melemahkan daya juang
untuk bekerja ekstra. Dalam konteks upaya menggerakkan literasi sekolah, banyak
siswa yang menjadi pribadi atau generasi copy
paste. Mereka tidak perlu berlelah-lelah untuk menulis. Akses saja jaringan
internet dan cari bahan jenis tulisan apa yang mau didapat. Semuanya tersedia
sesuai keinginan. Padahal, literasi sekolah dimaksudkan agar melalui kegiatan
membaca dan menulis semua warga sekolah mampu berpikir kritis, kreatif, dan
inovatif. Hal ini disampaikan Geradus Satu, Kepala SMAN 1 Boawae – Kabupaten
Nagekeo saat membuka bimtek kegiatan pelatihan jurnalitis dan karya ilmiah,
Jumat (25/1/2019).
Menurut
alumni Universitas Flores ini, menulis itu adalah soal ketrampilan. Artinya,
seorang menulis itu soal kemauan menulis dan mulai menulis. Seseorang tidak
akan bisa menulis jika masih sebatas mengetahui teori-teori atau konsep
menulis. Ia menyatakan terima kasih kepada pihak Media Pendidkan Cakrawala NTT
yang dalam proses pendampingan baik
kepada para guru maupun siswa/i, lebih menekankan aktifitas menulis dan tidak
menghabiskan waktu untuk mengulangi pembahasan tentang teori-teori menulis.
“Ada
perbedaan antara pengetahuan menulis dengan ketrampilan menulis. Pengetahuan
menulis itu adalah soal kemampuan menghafal teori-teori atau konsep menulis.
Sementara itu, ketrampilan menulis berkaitan erat dengan produk atau karya
tulis yang dihasilkan. Banyak orang terjebak pada pemikiran standar yang hanya
sebatas mengetahui teori-teori atau defenisi tentang menulis tetapi belum mau
dan mulai menulis. Tidak heran praktek plagiat marak terjadi. Terima kasih
kepada tim Media Pendidikan Cakrawala NTT yang telah membuka cakrawala berpikir
guru dan siswa/i di sekolah ini untuk segera menghasilkan tulisan. Kita
berharap semoga dengan kegiatan ini praktik yang tidak sehat seperti copy paste dihilangkan. Jangan menjadi
generasi Copy Paste,” tandas Geradus.
Pada
kesempatan yang sama Koordinator pengawas SMA/SMK se-Kabupaten Nagekeo,
Hendrikus Tage kembali menegaskan pentingnya budaya baca dan tulis di kalangan
guru dan peserta didik. Menurutnya, budaya baca dan tulis di lingkungan sekolah
akhir-akhir ini sangat lemah. Padahal sumber pengetahuan dan ketrampilan abad XXI
ditentukan pada aktifitas membaca dan menulis.
“UNESCO
menegaskan bahwa literasi adalah pilar dasar pendidikan abad 21. Orang dapat
mengetahui sesuatu, melakukan sesuatu, menjadi sesuatu, dan mampu hidup
berdampingan jika memiliki kebiasaan membaca dan menulis. Banyak penelitian
ilmiah yang menegaskan bahwa budaya literasi kita sangat lemah. Kita berharap
semoga adanya kegiatan bimtek ilmiah ini kita kembali disegarkan dan dapat
membekali diri untuk membangun kebiasaan membaca dan menulis,” tegas Hendrikus.
Ia
berharap agar pihak SMAN 1 Boawae terus bersinergi dan berkolaborasi dengan
para praktisi pendidikan untuk terus menggalakkan kegiatan bermartabat ini.
Kegiatan bimtek penulisan karya ilmiah
ini harus diprogramkan secara rutin setiap tahun bahkan bila perlu setiap
semester. Para guru dan siswa harus terus dibekali agar mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan
membaca dan menulis.
Kegiatan
bimtek ilmiah ini diikuti semua guru dan puluhan peserta didik sebagai
perwakilan siswa/i SMAN 1 Boawae dan bertempat
di ruang guru SMAN 1 Boawae. Hadir sebagai pemateri kegiatan adalah Gusti
Rikarno (pimpinan umum Media Pendidikan Cakrawala NTT), Rofinus Sengkang
(formator Cakrawala wilayah Mangarai Raya), dan Mustakim selaku
formator Cakrawala UPT pendidikan wilayah
VIII (Kabupaten Ende, Negekeo, dan Bajawa). (*)
0 Comments