Drs. Fransiskus Jemani - Guru SMPN 3
Komodo, Manggarai Barat |
Pengalaman ini sungguh lucu dan mengherankan.
Siswa sering membanting kursi di kelas, ribut dalam kelas, tetapi ketika
ditanya oleh guru, tak satu siswa pun yang mengakuinya. “Saya tidak tahu,” itulah
jawaban yang biasa ditemukan di kalangan siswa, jawaban yang mudah dan yang
sudah baku dari siswa. Menurut pandangan mereka, rumusan jawaban yang baku itu
akan lebih ampuh membuat mereka terhindar dari sanksi dan rasa malu. Bahkan jika
tertangkap basah pun siswa masih mempunyai keberanian untuk menjawab “saya
tidak tahu” dengan ekspresi wajah terheran-heran. Rumusan yang menyelamatkan! Jawaban
yang sama ini juga terjadi bila kedapatan sedang melempar buah-buahan milik orang.
Ditanya secara perorangan saja sulit untuk dijawab secara jujur, apalagi secara
masal dalam satu kelompok besar. Walaupun teman lain yang melakukan hal
tersebut, namun dengan mudah mereka akan menjawab, “saya tidak tahu.” Semua
siswa memberikan kesan seolah-olah sama sekali tidak mengerti akan pertanyaan
itu.
Pertanyaan yang mungkin sudah terumus dalam benak
setiap siswa ketika ditanya pada saat ia melakukan kesalahan ialah, “Mengapa
harus bertanya? Untuk apa ditanya lagi kalau memang sudah tertangkap basah?
Sudah tahu sendiri masih mau bertanya.” Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
trik bertanya merupakan trik yang keliru yang diterapkan oleh para guru atau
pembina ketika berhadapan dengan siswa yang bermasalah. Ini disebabkan karena
dengan bertanya berarti guru atau pembina siap menerima jawaban yang sudah baku,
“saya tidak tahu” dengan ekspresi wajah berkerut dan terheran-heran.********baca selengkapnya di Majalah Cakrawala NTT Edisi 57
atau download PDF File Cakrawala NTT Edisi 57
Klik link ini untuk download: CakrawalaNTT57
0 Comments