Damianus D. Lelangaya, S.Pd - Guru SMAN 1 Nubatukan, Kabupaten Lembata
|
Mendidik merupakan sebuah proses
kebudayaan yang bersifat sepanjang hayat. Mendidik tak kenal masa atau suasana,
karena yang bicara adalah logika, rasa dan tauladan. Logika mengantarkan siswa
mengetahui dan memahami hukum kekekalan energi atau ciri negara demokrasi
bahkan teori inflasi dan deflasi. Struktur logika takkan bermakna jika tak
dibingkai oleh rasa, yang mengantarkan guru dan siswa untuk menerima perbedaan,
sikap toleran, jujur, transparan, empati pada yang lemah dan peka terhadap
serba persoalan hidup di sekitar. Tentulah tak akan berdayaguna, jika logika
dan rasa dikonstruksi dan dihadirkan tanpa model, contoh dan teladan. Inilah
sejatinya pendidikan sepanjang hayat itu. Pembentukan suasana pembelajaran di
sekolah adalah prasyarat wajib yang harus didesain oleh guru secara konsisten
dan menyeluruh. “Menciptakan lingkungan pembelajaran yang mengundang”, demikian
pedagog senior kita Conny R. Semiawan mengingatkan para guru. Konsekuensinya
adalah guru wajib hukumnya menjadi kreator utama sekaligus pemain.
Suasana pembelajaran yang menarik, tak
hanya menarik bagi guru yang terus asyik “berkhotbah” di depan para siswa.
Suasana pembelajaran yang menarik itu tak berhenti pada ruang kelas, tetapi
meresonansi ke ruang publik yang lebih luas lagi bernama lingkungan sekolah.
Merencanakan dan mendisain ruang publik sekolah sehingga benar-benar terasa
hidup dan menggeliat bagi warga sekolah adalah perkara yang tak mudah. Sebab
mesti ada kesadaran dan kebijaksanaan dari warga sekolah tentang pentingnya
partisipasi siswa secara jujur dan terbuka. Maksudnya adalah sekolah hendaknya
memberi ruang terbuka bagi para siswa berekspresi, berkreasi, berinovasi dengan
jujur dan tanggungjawab pastinya. Sekolah memberi ruang bagi siswa untuk
berbuat. Ini poin utamanya.
Namun, yang tak diduga biasanya terjadi
atas ruang partisipasi terbuka bagi para siswa tadi, di antaranya adalah bentuk
ekspresi yang diungkapkan karena partisipasi siswa tak lagi berupa tuntutan
kegiatan siswa yang banyak, pelibatan siswa dalam aktivitas sekolah dan
lainnya. Partisipasi yang tak diduga-duga itu bisa berwujud perdebatan,
penolakan bahkan protes dan kritik. Basis rasio para siswa jelas, sekolah telah
memberikan ruang demokrasi yang berimplikasi terhadap terbukanya wadah
partisipasi mereka.
********baca selengkapnya di Majalah Cakrawala NTT Edisi 56
atau download PDF File Cakrawala NTT Edisi 56
Klik link ini untuk download: CakrawalaNTT56
atau download PDF File Cakrawala NTT Edisi 56
Klik link ini untuk download: CakrawalaNTT56
0 Comments