Waingapu, Cakrawala NTT
Ada pemandangan
menarik di Jln. Ikan Cumi-Cumi, Kelurahan Kambajawa, Kecamatan Kota Waingapu,
Sumba Timur. Di salah satu sisi jalan tersebut berdiri sebuah taman baca
bernama NARS. Nama tersebut merupakan akronim dari Namu Angu Reading Space. Namu Angu sendiri diambil dari bahasa
Sumba yang memiliki arti “Ingat Teman”, sebuah filosofi bahwa mereka yang
datang ke tempat ini akan selalu pulang dengan membawa kenangan.
Salah satu perintis
berdirinya taman NARS adalah Agriani Stevany Kadiwanu. Kepada Cakrawala NTT dirinya mengungkapkan, “Sudah
sejak lama saya memang ingin memiliki perpustakaan gratis untuk anak anak. Buku
merupakan benda mewah pada masa saya kecil. Dan ternyata hal itu masih terjadi
hingga saya dewasa di pulau ini.”
Jebolan Fakultas Ilmu
Komunkasi, Jurusan Print and Online
Journalism Universitas Kristen Petra Surabaya 2006 ini menuturkan, awalnya ia
mengajak beberapa teman masa SMA untuk membantu dalam mendirikan taman baca.
Seiring berjalannya waktu, taman baca ini kemudian direalisasikan bersama
beberapa rekan Vany dari komunitas Gerakan Pemuda Sumba. Tetapi karena fokus
yang berbeda, jelas Vany – sapaan akrabnya, kini NARS berjalan mandiri bersama
beberapa volunteer yang tersebar di beberapa daerah seperti Kupang, Bali,
Surabaya, dan Jakarta.
Terkait
kegiatan-kegiatan di taman baca yang berdiri sejak 22 Desember 2012 ini, Vany
menuturkan, taman baca NARS dibuka untuk umum setiap Selasa dan Rabu sore.
Selain itu, taman baca NARS juga mendonasikan buku ke taman baca baru maupun
yang sudah berjalan di Sumba.
Setelah berjalan,
dirinya melihat bahwa antusias warga terutama pelajar dan mahasiswa cukup
tinggi. Dari waktu ke waktu, jumlah pengunjung taman baca ini semakin
bertambah.
“Awalnya kita pikir
minat baca yang kurang, ternyata sarana yang kurang. Ini dibuktikan dengan
banyaknya anggota NARS yang terus bertambah dan taman baca baru yang terus
bertambah. Dan kami sangat bersyukur karena memang target kita kan cuma
menumbuhkan minat baca dan rasa butuh membaca sama anak-anak,” tutur Vany.
Dara muda kelahiran
Waingapu, 18 September 1988 ini menyadari bahwa taman baca yang dirintisnya
bersama rekan-rekannya tidak bisa berjalan sendiri. Karena itu sejauh ini taman
baca NARS bersinergi dengan berbagai komunitas maupun lembaga seperti Buku Bagi
NTT, 1001 buku, dan sejumlah volunteer yang tersebar di beberapa daerah,
Sekolah Kasih Agape, dan Komunitas Anak Muda Sumba di Jakarta.
“Dukungan dari
orangtua juga ada. Hanya memang volunteer yang berkomitmen masih susah
didapatkan. Semoga ke dapan kita bisa dapatkan itu. Sejauh ini kita sudah punya
lebih dari 260 anggota pembaca dan lebih dari 20 anggota volunteer yang
tersebar di seluruh Indonesia. Kita juga ingin menggugah sebanyak mungkin orang
yang terpanggil membuka taman baca di Sumba sehingga manfaatnya semakin luas
dirasakan,” ungkapnya. (rf/adj)
0 Comments