Dirjen Dikdasmen Kemendikbudristek. |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia
Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan
Syahril, memberikan apresiasi yang tinggi kepada ekosistem pendidikan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) atas dukungannya untuk menghadirkan
pembelajaran menyenangkan di sekolah. Hal tersebut diungkapkan
Iwan Syahril saat mengunjungi beberapa sekolah dan bertemu dengan para
kepala daerah di NTT pekan lalu (5-9 Mei 2024).
Kunjungan pertama Dirjen PAUD Dikdasmen
ke sekolah dilakukan di SD SD Inpres Tarus 1, Kabupaten Kupang. Dalam kunjungan
tersebut Iwan berdiskusi langsung bersama kepala sekolah, guru, dan juga para
murid. Iwan mengungkapkan, ekosistem pendidikan di sekolah tersebut sangat
mendukung pembelajaran untuk meningkatkan potensi, minat, serta bakat
anak-anak. Hal serupa juga diungkapkannya saat mengunjungi dan bertatap muka
langsung dengan ekosistem sekolah di SMP Negeri Nuba Arat di Kabupaten Sikka.
“Saya melihat, ada banyak hal menarik
yang terjadi di kedua sekolah ini. Bagaimana transformasi pembelajaran terjadi
melalui gerakan Merdeka Belajar. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen
perubahan benar-benar terasa. Mindset guru
terbuka, mereka mau belajar melalui komunitas yang dibangun, dan ada iklim
saling mendukung sebagai warga di sekolah. Juga yang paling utama, melihat
kebahagiaan anak-anak saat belajar,” kata Iwan.
Selain mengunjungai beberapa sekolah,
Iwan juga sempat bertatap muka dengan pemangku kepentingan pendidikan tingkat Provinsi NTT, Kota Kupang,
Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Sikka. Ia juga berbincang secara intens dengan
para guru penggerak, komunitas belajar, kepala sekolah, dan pengawas dari 22
kabupaten/kota di NTT.
Dalam berbagai pertemuan itu, Iwan
menyampaikan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu krisis pembelajaran
dan kehilangan pembelaratan. Untuk itu, ia mengimbau agar ekosistem pendidikan dapat
kerja bergotong-royong untuk menyelesaikan persoalan mendasar pembelajaran yang
sangat penting ini. Target utama transformasi pendidikan Indonesia, terang
Iwan, bukan hanya ditujukan untuk guru atau kepala sekolah, melainkan adalah
murid.
“Kita perlu memastikan anak-anak kita
berada dalam lingkungan pembelajaran yang menyenenangkan dan bermakna. Karena
tantangan kita hari ini dan ke depan adalah kemampuan untuk bisa menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan. Kita harus menyiapkan anak-anak kita memiliki
kesenangan belajar. Punya karakter dan
keimanan yang baik, kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, mandiri, kreatif,
dan berwawasan global,” kata Iwan
sembari menjelaskan bahwa itulah bagian dari esensi gerakan Merdeka Belajar
Dialog
bersama Guru Penggerak
Berdialog dengan para guru penggerak
menjadi salah satu target utama kunjungan Iwan Syahril ke Provinsi NTT. Ia
menjelaskan bahwa dialog ini penting karena Guru Penggerak menjadi salah satu
motor penggerak untuk mengorkestrasi transformasi pendidikan yang ada di
daerah.
Program Guru Penggerak, terang Iwan,
digagas untuk menghadirkan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang
murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta
menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan
profil Pelajar Pancasila.
“Para Guru Penggerak bertugas untuk
menggerakkan komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan di wilayahnya.
Mereka juga dipersiapkan untuk menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain
terkait pengembangan pembelajaran di sekolah. Selain itu, mereka juga
diharapkan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di
sekolah, termasuk dengan membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi
antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran,” terang Iwan.
Desry Mbate, seorang Guru Penggerak yang
saat ini sudah diangkat menjadi kepala sekolah di Amfoang, Kabupaten Kupang,
mengungkapkan pengalaman saat mengikuti proses menjadi guru penggerak.
Menurutnya materi-materi yang dipelajari di guru penggerak sangat berguna bagi
proses tumbuh menjadi guru yang baik. Memahami kemampuan anak, pembelajaran
yang terdiferensiasi, coaching,
sampai pada kemampuan sosial emosional.
“Saya punya niat menjadi guru penggerak
untuk bisa memberi dampak. Sekarang saya sudah diangkat menjadi kepala sekolah
dari guru penggerak. Saya sudah mendekati banyak kawan-kawan guru di Amfoang
terutama guru SD dan PAUD untuk ikut menjadi guru penggerak. Daerah kami yang
sangat jauh dari kota, tetapi semangat belajar harus tetap tinggi. Kami
berharap anak-anak kami di Amfoang lebih maju. Punya banyak kecerdasan. Tidak
hanya di kemampuan kognitif, tetapi sangat penting memiliki kemampuan sosial
emosial yang baik. Ini modal untuk hidup mereka kelak,” ungkap Desry.
Hal senada disampaikan Maria Magdalena
Tea, Guru Penggerak yang saat ini menjadi pengawas sekolah dari Kabupaten Ende
saat Diskusi Terbatas di Kupang bersama Guru Penggerak dari 22 Kabupaten/Kota
dan Provinsi yang sudah diangkat menjadi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.
Maria mengungkapkan, ia mengikuti Program Guru Penggerak angkatan pertama, dan
merasakan bahwa materi yang ia dapat sangat bermaanfaat saat menjadi pengawas
sekolah.
“Saya merasa tugas menjadi Pengawas
dahulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu tugas utama pengawas, adalah
mengawasi. Sekarang lebih ke pendampingan. Peran ini saya dapatkan dari program
Guru Penggerak,” terang Maria.
Menurutnya pembelajaran yang diterimanya
saat mengikuti pendidikan Guru Penggerak telah membuatnya merasa dekat dengan
kepala sekolah. Ia menyadari bahwa perannya bukan sekedar untuk mengawasi saja,
tetapi lebih sebagai pendamping dan mitra.
“Saya mendampingi 32 sekolah. Memang ini
cukup banyak. Tetapi saya berusaha untuk benar-benar melakukan analisa
kebutuhan, metode yang tepat, dan
melakukan penilaian kinerja yang baik, sehingga tugas saya menjadi pengawas
bisa berdampak pada sekolah yang saya dampingi. Kita harus bangun ekosistem
yang baik untuk saling mendukung dan saling membutuhkan,” cerita Maria.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, dalam diskusi terbatas dengan Dirjen PAUD
Dikdasmen, mengungkapkan rasa terima kasih atas kunjungan tersebut karena dapat
menyamakan persepsi tentang berbagai isu pendidikan di NTT.
“Saya berterima kasih untuk kunjungan
Pak Dirjen. Ini kesempatan untuk kita menyamakan persepsi secara langsung
bersama-sama. Saya menyampaikan berbagai persoalan tentang berbagai masalah
pendidikan yang ada di Provinsi NTT,” ungkap Ambrosius. (BPMP NTT/MDj/red)
0 Comments