Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Bulan Bunda

Ilustrasi bulan terang.

 


Puisi Alexander J. Wangarry*


Entah di mana bulan malam itu,

dia hanya ingin mengucap rindu,

mengingat semuanya berlalu

bersama matanya yang sendu.

 

Mungkinkah bulan bersembunyi

dari kesedihan yang ia alami

usia sehari yang penuh bhakti

lantaran tak mampu menghiburi?

Ataukah bulan juga pergi

‘tuk menemani sang buah hati

yang berkorban bagi yang namanya damai?

 

Entah di mana bulan malam itu,

dia hanya ingin beristirahat.

Tidak ada salahnya bukan

kalau sejenak ia berehat?

Sebab sudah cukup penderitaan yang ia lihat.

 

Akankah bulan kembali

‘tuk mendengar keluh kesah hati?

Masih dapatkah ia bermimpi

tentang hari di mana bulan menanti

saat duka tak lagi meghantui

dan kehilangan telah didapati

saat semuanya selesai?

Entahlah,

aku pun tak tahu, Bunda,

yang kutahu hanya menyerah,

berpasrah pada segalanya.

 

Tetapi, terima kasih, Bunda,

sudah menjadi bulan bagiku

di saat tak ada lagi bulan untukmu.

 

*Penulis adalah peserta didik SMAS Seminari Pius XII Kisol.


(red)


Post a Comment

0 Comments