Ilustrasi bulan terang. |
Puisi Alexander J. Wangarry*
Entah di mana bulan malam itu,
dia hanya ingin mengucap rindu,
mengingat semuanya berlalu
bersama matanya yang sendu.
Mungkinkah bulan bersembunyi
dari kesedihan yang ia alami
usia sehari yang penuh bhakti
lantaran tak mampu menghiburi?
Ataukah bulan juga pergi
‘tuk menemani sang buah hati
yang berkorban bagi yang namanya damai?
Entah di mana bulan malam itu,
dia hanya ingin beristirahat.
Tidak ada salahnya bukan
kalau sejenak ia berehat?
Sebab sudah cukup penderitaan yang ia lihat.
Akankah bulan kembali
‘tuk mendengar keluh kesah hati?
Masih dapatkah ia bermimpi
tentang hari di mana bulan menanti
saat duka tak lagi meghantui
dan kehilangan telah didapati
saat semuanya selesai?
Entahlah,
aku pun tak tahu, Bunda,
yang kutahu hanya menyerah,
berpasrah pada segalanya.
Tetapi, terima kasih, Bunda,
sudah menjadi bulan bagiku
di saat tak ada lagi bulan untukmu.
*Penulis adalah peserta didik SMAS
Seminari Pius XII Kisol.
(red)
0 Comments