Oleh : Sr. Maria Elisabeth Funan, RVM.
(Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 11
Kota Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Dewasa ini, arus globalisasi semakin kuat menerjang
setiap lini kehidupan masyarakat. Semua hal menjadi tidak terbatas, ruang
privat mulai terbuka, dan pertukaran pesan semakin luas berlangsung tanpa
memandang perbedaan latar belakang. Masyarakat pun seakan terseret ke dalam
arus globalisasi yang menuntut penyesuaian diri dan daya saing global. Hal itu
secara tidak langsung memengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari.
Proses adaptasi dan berdaya saing global tersebut
tentu harus ditunjang oleh penguasaan bahasa Internasional yang mumpuni,
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran pesan dan penyatuan pemahaman makna
yang baik. Salah satu bahasa internasional yang sering digunakan oleh
masyarakat luas adalah bahasa Inggris.
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang
digunakan hampir di seluruh lini kehidupan masyarakat. Di dalamnya, terdapat
beberapa keterampilan berbahasa yang wajib dikuasai, yakni membaca (reading), berbicara (speaking), menulis (writting), dan mendengarkan/menyimak (listening). Dengan menguasai keempat keterampilan tersebut, maka
seseorang dapat berbahasa Inggris dengan baik dan benar.
Guna menunjang penguasaan empat keterampilan berbahasa
tersebut, maka dibutuhkan asupan dan perbendaharaan kata (kosakata) yang baik.
Kosakata (vocabulary) merupakan aspek
penting dalam bahasa karena muncul dalam setiap keterampilan bahasa, termasuk
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Artinya, kemampuan
berbahasa seseorang berkaitan erat dengan jumlah kosakata yang dimilikinya
(Wardani, 2015).
Dalam dunia pendidikan, bahasa Inggris juga wajib
diajarkan dan dipelajari di setiap jenjang pendidikan, baik dari tingkat dasar,
menengah, maupun perguruan tinggi. Pada jenjang pendidikan menengah, peserta
didik diharapkan dapat menguasai kosakata (vocabulary),
sehingga dapat terampil berbahasa Inggris, baik dari aspek membaca (reading), berbicara (speaking), menulis (writting), maupun mendengarkan/menyimak (listening).
Namun, pada kenyataannya, tidak semua harapan tersebut
dapat tercapai sebagaimana mestinya. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
11 Kota Kupang, terkhususnya di kelas IX G, masih terdapat sebagian peserta
didik yang belum mampu menguasai kosakata (vocabulary)
dengan baik. Sesuai data pengamatan, dari 29 peserta didik di kelas IX G,
terdapat 18 orang yang belum memahami dan menguasai bahasa Inggris dengan baik.
Kondisi ini tentu berdampak pada kemahiran berbahasa Inggris dan pencapaian
hasil belajar peserta didik.
Persoalan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
yakni minimnya media pendukung pembelajaran, tingginya tingkat kejenuhan
peserta didik saat mengikuti pembelajaran, rendahnya minat belajar bahasa
Inggris di kalangan peserta didik, serta penerapan metode mengajar oleh guru
yang masih terkesan konvensional.
Untuk itu, Penulis, selaku guru pengampu mata
pelajaran bahasa Inggris, menggunakan chain
card untuk mengembangkan proses pembelajaran bahasa Inggris yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Chain
card merupakan suatu media yang tepat dalam mengajarkan bahasa Inggris
kepada peserta didik, terutama terkait konsep penyusunan kalimat sederhana
dalam struktur SPOA, yakni subject (subyek),
predicate (predikat/kata kerja), dan object (obyek)/adverb (kata keterangan), untuk meningkatkan penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik.
Media chain card
dapat membangkitkan minat belajar peserta didik dengan melakukan pembiasaan
menghafal 10-20 kata sehari atau saat pelajaran bahasa Inggris berlangsung. Kosakata
tersebut juga dapat dikembangkan melalui puisi pendek, lagu, dan gerak dalam
bahasa Inggris, sehingga melatih pendengaran dan pemahaman peserta didik
(Funan, 2021).
Dalam praktiknya, permainan chain card diawali dengan perkenalan yang dilakukan oleh Penulis. Penulis
mulai memperkenalkan chain card kepada
peserta didik guna menarik minat dan motivasi belajar. Di sini, Penulis
menyiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh peserta didik. Setelah itu, Penulis
mulai membacakan chain card dengan
pengucapan yang benar, sedangkan, peserta didik memberikan arti dari kata yang
ditunjukkan. Kemudian, Penulis menunjukkan gambar tersebut untuk membantu
peserta didik agar dapat menebak kata dengan benar.
Selanjutnya, Penulis menyiapkan 10-20 kata. Penulis
akan menunjukkan kata-kata tersebut secara berulang agar peserta didik dapat
menghafalnya. Penulis juga akan menguji daya ingat para peserta didik, baik
secara berkelompok maupun perorangan, guna mengetahui perkembangan
masing-masing mereka. Jika para peserta didik sudah berhasil menghafal
kata-kata tersebut, maka Penulis mulai menyusun sebuah kalimat sederhana dengan
pola SPOA.
Permainan chain
card tersebut melibatkan empat keterampilan berbahasa, sehingga para
peserta didik dapat mengurutkan kata-kata bahasa Inggris menjadi kalimat
sederhana berpola SPOA dalam present
tense, past tense, maupun future tense. Setelah itu, mereka dapat
menuliskan hasil tersebut di buku catatan atau papan tulis sesuai arahan
Penulis.
Setelah menerapkan media pembelajaran berupa chain card, Penulis menemukan adanya
perubahan yang positif dalam pembelajaran bahasa Inggris. Para peserta didik
merasa lebih nyaman, aktif, dan gembira saat kegiatan belajar dan mengajar
berlangsung. Mereka mulai belajar untuk meningkatkan kemahiran berbahasa
Inggris. Untuk itu, Penulis mengarahkan mereka untuk menempelkan setiap hasil
dari permainan chain card di karton
dan papan majalah dinding, sehingga dapat memperoleh apresiasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran
sangat bermanfaat bagi peserta didik, terutama dalam meningkatkan kemahiran
berbahasa Inggris. Namun, guru harus berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan
media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan begitu, media
pembelajaran akan sangat membantu guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta
didik terhadap materi pelajaran tertentu. (MDj/red)
0 Comments