Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENINGKATKAN KESADARAN EKOLOGIS PESERTA DIDIK DENGAN EKOLITERASI DAN EKOBRIK

 


Oleh : El Anshary, S.Pd.

(Guru SDN Kojadoi)



CAKRAWALANTT.COM - Dewasa ini, persoalan sampah menjadi polemik di lingkungan masyarakat. Persoalan tersebut kerap disandingkan dengan aspek kepedulian dan kesadaran akan lingkungan. Hal itu merujuk pada pola pikir dan tindakan sebagian masyarakat yang tidak mampu mengolah dan mengelola sampah secara baik. Akibatnya, sampah rumah tangga hingga umum terbuang secara tidak teratur sehingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.   

 

Pengetahuan dan keterampilan mengolah atau mengelola sampah pun menjadi aspek penting yang harus dikuasai. Bukan hanya berlaku bagi masyarakat kategori dewasa, hal itu pun wajib ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Pola pikir anak harus dibentuk sejak dini agar tercipta pandangan yang kritis terhadap perilaku-perilaku negatif di tengah masyarakat, termasuk kebiasaan membuang sampah sembarangan.

 

Di SDN Kojadoi, misalnya, persoalan sampah juga menjadi perhatian serius yang harus segera ditanggulangi. Sebagian peserta didik kelas IV belum mampu melihat dampak jangka panjang yang disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan pola pikir mereka yang masih di tahap perkembangan, apalagi berada pada jenjang pendidikan dasar. Untuk itu, sangat penting dilakukan penanaman sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar sejak usia dini, sehingga mereka mampu memilih dan memilah setiap tindakan yang akan diambil, terkhususnya dalam melihat persoalan sampah di sekitarnya.

 

Untuk mengatasi hal tersebut, penulis pun menerapkan gerakan ekoliterasi dan ekobrik dengan mengintegrasikannya pada kurikulum. Gerakan ekoliterasi lebih berfokus pada bagaiamana peserta didik membiasakan diri untuk peduli pada lingkungan, sedangkan ekobrik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya).

 

Goleman (dalam Kurniasari, 2019) menjelaskan ekoliterasi sebagai gerakan yang bertujuan untuk mengintegrasikan kecerdasan sosial emosional untuk menciptakan pendidikan, sosial, dan kesejahteraan lingkungan dengan mengurangi kerusakan lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Ekoliterasi menjadi aktivitas pemahaman akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai sikap, komitmen, dan keterampilan dalam mengelola dan melestarikan lingkungan.

 

Sementara itu, ekobrik merujuk pada pengelolaan sampah plastik yang terbuat dari botol-botol plastik bekas yang di dalamnya telah diisi berbagai sampah hingga penuh dan kemudian dipadatkan sampai menjadi keras. Hasil dari ekobrik dapat digunakan untuk membuat meja, kursi, dan peralatan lainnya.

 

Dalam konteks sekolah, penulis mencoba memberikan edukasi tentang sampah kepada peserta didik dan selayang pandang tentang gerakan ekoliterasi beserta ekobrik. Penulis menjelaskan definisi sampah, jenis-jenis dan akibatnya, serta bagaimana cara mencegah dan mengatasi persoalan-persoalan seputar sampah. Setelah itu, para peserta didik akan diperkenalkan dengan gerakan ekoliterasi dan ekobrik sebagai bagian dari peningkatan pemahaman terkait pengelolaan sampah. Ekoliterasi membantu menumbuhkan sikap dan nilai-nilai dasar ekologis, sedangkan ekobrik mengasah keterampilan peserta didik dalam mengolah sampah, seperti botol bekas atau sampah-sampah plastik, untuk dijadikan barang-barang siap pakai yang bernilai ekonomis.

 

Dalam konteks lingkungan masyarakat, peserta didik diajarkan untuk sigap dan sedia melakukan aksi-aksi nyata terkait pengelolaan sampah. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga lebih efektif dan efisien. Mereka akan menyiapkan karung-karung bekas dan meletakkannya pada titik-titik krusial di lingkungan masyarakat. Hal itu dapat memudahkan masyarakat untuk menemukan tempat penampungan sampah terdekat agar terhindar dari perilaku membuang sampah sembarangan.

 

Untuk menjaga keberlangsungan upaya tersebut, penulis akan menyisihkan kesempatan pada hari-hari tertentu agar peserta didik bisa mengawasi perilaku masyarakat berdasarkan karung-karung sampah yang telah disediakan sebelumnya. Penulis juga menyisipi beberapa permainan kecil agar para peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh ketika melakukan kegiatan tersebut. Hal itu juga bermanfaat bagi perkembangan aspek motorik mereka.

 

Setelah melakukan beberapa hal di atas, penulis pun menemukan perubahan yang terjadi secara perlahan di kalangan peserta didik dan masyarakat. Gerakan ekoliterasi dan ekobrik yang diterapkan ternyata mampu memberikan dampak positif bagi upaya penanggulangan sampah. Peserta didik mulai terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya serta terampil mengolah barang-barang bekas (limbah plastik) menjadi barang-barang daur ulang siap pakai. Meskipun terkesan sederhana, kebiasan-kebiasan tersebut mampu menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, asri, dan sehat.

 

Untuk itu, gerakan ekoliterasi dan ekobrik harus dikembangkan di lingkungan pendidikan guna memanamkan sikap peduli lingkungan pada anak sejak usia dini. Dengan membiasakan hal-hal kecil dan kreatif, mereka akan merekam dan mengingkat setiap pengetahuan dan keterampilan yang diberikan tersebut. Hal itu secara perlahan akan membentuk nilai-nilai sikap dan pola pikirnya terhadap lingkungan, sehingga dapat membangun komitmen untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian lingkungan. (red)


Post a Comment

0 Comments