(Foto: Dahniar, S.Pd.,M.Pd. saat mengikuti Lokakarya 7 dan Panen Hasil Karya Guru Penggerak Angkatan V) |
Oleh : Maksimus Masan Kian
(Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur)
CAKRAWALANTT.COM - Akhir
Juli 2022 lalu, saya merilis sebuah tulisan dengan judul “Guru Pamong yang
Setia Membimbing”. Tulisan yang saya guratkan dalam blog pribadi itu berangkat
dari ketertarikan saya pada Dahniar, S.Pd.,M.Pd., seorang Guru Pamong pada
Kelas 005 Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kategori I Universitas Negeri Makassar,
yang sangat setia membimbing kami sebagai Mahasiswa PPG.
Dalam
tulisan itu, saya menuliskan Dahniar adalah sosok yang sangat setia mendampingi mahasiswa. Sebagai guru Fisika, Ia tidak berbicara panjang lebar. To the point. Sangat cermat, kritis.
Setiap saran serta petunjuk yang diberikan selalu mencerahkan. Banyak hal hebat
dalam pendampingan Guru Pamong bernama Dahniar, S.Pd.,M.Pd. yang dapat kami
rekam sebagai nutrisi menambah pengetahuan seputar pembelajaran inovatif
Berikut
saya sertakan link pada tulisan saya dimaksud; https://gurumaksi.blogspot.com/2022/07/guru-pamong-yang-setia-membimbing.html.
Sebagai
Guru IPA yang menyadari masih banyak keterbatasan, usai program PPG, saya masih
terus membangun komunikasi dengan “Guru Pamong Idola”, Bu Dahniar. Sosok yang
komunikatif itu memiliki segudang pengalaman yang sangat layak untuk dipelajari
dan dijadikan sebagai inspirasi.
Guru
IPA pada SMPN 5 Mandai Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan ini, pada Tahun
2020, dinobatkan sebagai Duta Sains oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdyaaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
(Foto: Dahniar, S.Pd.,M.Pd.) |
Penghargaan
Duta Sains memang layak Ia terima. Ia adalah sosok yang sangat aktif bergiat seputar
dunia sains. Sejak tahun 2013 hingga sekarang, Alumnus UNM Jurusan Fisika ini
menjadi Ketua Komunitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Kabupaten Maros. Komunitas
yang beranggotakan kurang lebih 145 orang, baik dari guru IPA ASN maupun
guru Non ASN. Melalui forum MGMP ini, setiap bulannya selaku ketua komunitas,
Bu Dahniar mencoba untuk terus memfasilitasi anggota komunitas meng-update informasi, khususnya yang
berkaitan dengan tugas pokok sebagai guru IPA di sekolah.
Komunitas
yang dipimpin Ibu Dahniar sejak tahun 2013 itu terus berkembang dan memberikan
peran positif untuk peningkatan profesionalisme para guru di Kabupaten Maros
khususnya dan Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya.
“Kami
sering berkolaborasi dengan beberapa dosen Jurusan Pendidikan Fisika maupun
Pendidikan Biologi dari institusi UNM untuk menjadi narasumber memberi
pendalaman materi terkait konsep-konsep IPA yang akan dibelajarkan ke murid di
jenjang SMP sesuai kurikulum yang berlaku. Di tahun 2023 ini, saya berencana
berkolaborasi dengan Komunitas Guru Penggerak Kabupaten Maros untuk menjadi
narasumber di komunitas saya (MGMP IPA Kab. Maros) dalam mendiseminasikan
Kurikulum Merdeka,”
“Hal
ini bertujuan sebagai percepatan salah satu program Pemerintah yaitu Merdeka Belajar, Merdeka mengajar.
Karena menurut saya, walaupun pemerintah sudah menyediakan sebuah aplikasi
Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang bisa membantu guru dalam memahami
Kurikulum merdeka tersebut, namun belum cukup menjamin kualitas pembelajaran
guru , apakah mereka betul-betul paham dengan semua topik yang ada di PMM,”
kata Dahniar.
Selain
bergiat di komunitas MGMP IPA Kabupaten Maros, istri dari Jismar, S.Sos.,MM. (Lurah
di Kelurahan Hasanuddin Kabupaten Maros), tersebut juga aktif di organisasi
Persatuan Pendidik IPA Indonesia (PPII) Wilayah Sulawesi Selatan sejak tahun
2021. PPPI beranggotakan tidak hanya berasal dari guru IPA se-Sulawesi Selatan,
tetapi juga di dalamnya terdapat dosen-dosen Fisika, Biologi, Kimia, dan
Pendidikan IPA dari beberapa Perguruan Tinggi (PT) yang ada di Sulawesi Selatan.
“Sejak
Kurikulum 2013 mulai diberlakukan, saya ikut terlibat sebagai Instruktur
Kabupaten Maros yang mendampingi beberapa guru IPA maupun guru Mata Pelajaran
lain dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 di tingkat daerah. Di tahun 2019 , saya juga dipercayakan menjadi salah
satu guru inti dalam Program Peningkatan Kompetensi Guru (PKP) yang merupakan
program dari Ditjen GTK Pendidikan Dasar yang bekerjasama dengan P4TK IPA. Pada
program ini, saya kembali mendampingi beberapa guru IPA di daerah saya dalam
menerapkan pembelajaran HOTS (High Order
Thingking Skill),” tutur Dahniar.
Mantan
Guru IPA pada SMPN 4 Bantimurung Maros tersebut, pada tahun 2019, mengikuti
Lomba Inovasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK Direktorat
Pembinaan Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan kebudayaan di Jogyakarya.
Adapun judul Best Practice yang
disertakan dalam lomba ini, yakni “Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
Peserta Didik Melalui Pembelajaran Eduwisata Berbasis Ekosistem Karst”.
“Ide
dari tulisan ini muncul setelah saya dapat pencerahan dari bapak ketua Program
Studi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana (PPS) UNM yang kebetulan juga
sering melakukan penelitian di daerah saya khususnya di kawasan Karst Bantimurung
dan sering mengajak saya ikut terlibat dalam penelitian tersebut, karena
wilayah tempat tugas saya yang dulu berada di kawasan Karst tersebut yang telah
dinobatkan menjadi kawasan geopark dunia oleh UNESCO. Karena keterlibatan saya
di beberapa kegiatan P4TK IPA, di tahun 2020, saya dikukuhkan menjadi Duta
sains P4TK IPA Kemendikbud, yang menjadi tongkat estafet P4TK IPA dalam
mendiseminasikan beberapa programnya di tingkat daerah, salah satunya literasi sains,” kata Dahniar.
Karir
Ibu tiga anak ini terus menanjak. Sejak tahun 2021, Ibu Dahniar ikut bergabung
dalam Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan (Daljab) LPTK UNM
sebagai Guru Pamong yang bersama dosen mendampingi guru-guru IPA dari beberapa
wilayah di Indonesia untuk mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru
profesional.
“Tahun
2021, saya mendampingi dua (2) angkatan dan di tahun 2022 ini saya mendampingi
tiga (3) angkatan. Saat Kurikulum Merdeka mulai didengungkan, saya mulai
berkelana di internet mencari informasi terkait hal tersebut dan satu hal yang
saya dapatkan bahwa kurikulum tidak berubah hanya dilakukan proses
diversifikasi atau dimodifikasi berdasarkan keadaan wilayah , peserta didik dan
keadaan sekolah. Hal tersebut dilakukan semata-mata bertujuan agar guru bisa
merdeka dalam mengajar tidak lagi dibebani dengan tuntutan kurikulum yang
mengharuskan semua muatannya tuntas dan diukur dengan sebuah asesmen yaitu
Ujian Nasional,”
“Dengan
Kurikulum Merdeka, guru diberi kebebasan dalam memodifikasi pembelajarannya
baik dari segi konten maupun proses dengan menyesuaikan dengan kondisi sekolah,
kondisi murid, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Dengan mengakomodir perbedaan
murid, maka murid dapat belajar dengan aman, nyaman, dan bahagia. Dan, ketika
murid sudah belajar dengan nyaman, maka pemahaman konsep murid dapat dengan
mudah terjadi. Karena dengan konsep Merdeka Belajar ini, murid dapat belajar
sesuai gaya belajarnya dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber
belajar dengan difasilitasi oleh guru dan sarana prasarana yang disediakan sekolah,”
kata Dahniar.
Pandangan
Guru Inspiratif kelahiran 13 Juni 1977 ini dalam mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka yakni terkait Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar, pemerintah sudah
menyiapkan sebuah platform merdeka mengajar (PMM), sehingga guru tidak perlu
lagi dilatih secara langsung, tetapi guru dapat belajar dimana saja dan kapan
saja melalui platform tersebut. Namun, hal tersebut tidak akan berjalan
maksimal selama guru-guru di Indonesia belum melakukan perubahan mindset (pola pikir) yang masih senang
berada di zona nyaman dan belum mau menerapkan pola diversifikasi kurikulum yang
ditawarkan pemerintah tersebut.
Menurut
Ibu Dahniar, perubahan mindset itu
akan mudah terjadi jika guru ikut bergabung dalam Pendidikan Guru Penggerak. Pendidikan
Guru Penggerak yang di dalamnya banyak terdapat materi dapat betul-betul
mengupas tuntas pola pembelajaran yang berpihak pada murid yang dikenal dengan
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.
“Saya
mengajak guru -guru se Indonesia, khususnya guru IPA untuk dapat berpartisipasi
dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Pada Program Guru Penggerak, seorang
guru yang mengajar tetap memiliki kesadaran untuk terus belajar,” kata Dahniar.
(MDj/red)
0 Comments