(Foto: Suasana berlangsungnya Dialog Pendidikan pada Festival Kampus Merdeka yang digelar di Bali) |
Bali, CAKRAWALANTT.COM - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Nizam, mendorong
perguruan tinggi untuk merancang dan menyelenggarakan program-program dalam
kerangka Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara mandiri. Menurutnya,
perguruan tinggi dapat mengadaptasi enam program unggulan atau flagship yang telah diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
yang memberi mahasiswa hak belajar di luar kampus selama dua semester.
“Program flagship yang diselenggarakan secara nasional ini sejatinya
hanyalah sebuah model atau percontohan, dan perguruan tinggi diharapkan dapat
mereplika atau mengadaptasi ide dari program flagship tersebut dalam bentuk program-program
MBKM yang dirancang dan diselenggarakan secara mandiri,” kata Nizam di Bali,
Senin (14/11/2022).
Hal ini disampaikan pada Dialog
Pendidikan yang menjadi salah satu rangkaian acara dalam Festival Kampus
Merdeka di Bali. Dialog ini diikuti oleh Dirjen Diktiristek; Direktur Jenderal
Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati; Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Kerja Sama Universitas Pendidikan Ganesha,
Gede Rasben Dantes; serta Direktur Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, Aliridho Barakbah.
Kebijakan MBKM sendiri diluncurkan pada
tahun 2020 silam sebagai sebuah langkah transformasi pendidikan tinggi untuk
menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Program ini menjadi
penting karena setiap perguruan tinggi memiliki otonomi dan fleksibilitas untuk
merancang dan menjalankan kebijakan MBKM yang berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing untuk membekali mahasiswa siap terjun di dunia
kerja, atau yang disebut sebagai Kampus Merdeka Mandiri.
Menurut Nizam, kolaborasi antarpemangku
kepentingan adalah hal yang krusial dalam menciptakan program pembelajaran di
luar kelas. Perguruan tinggi harus bergandengan tangan dan bergotong royong
dengan pemerintah, swasta, masyarakat industri, dan media, atau yang disebut
sebagai sinergi pentahelix, demi
membangun sumber daya manusia unggul dengan semangat kemerdekaan dan semangat
Kampus Merdeka.
“Di zaman yang terus menerus berubah
dengan pesat, di mana segala perkembangan dan kemajuan teknologi menuntut kita
semua untuk melakukan adaptasi, pengalaman menghadapi situasi-situasi yang riil
menjadi penting dan harus berjalan bersamaan dengan proses pembelajaran yang
dilakukan di ruang-ruang kelas,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Diksi
mengungkapkan bahwa MBKM menjadi salah satu langkah untuk mengikis kesenjangan
antara perguruan tinggi dengan dunia industri dalam berbagai aspek
penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan vokasi, serta membantu
menyiapkan lulusan yang lebih adaptif dan lebih siap dalam menghadapi dunia
kerja.
Sampai dengan saat ini kebijakan Kampus
Merdeka telah memberikan kesempatan bagi ratusan ribu mahasiswa vokasi dan
akademik untuk terus belajar dan berkembang dalam meningkatkan hardskills dan softskills, juga mencari pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat
untuk masa depan di dalam berbagai program flagships Kampus Merdeka.
Sejak tahun 2021, sejumlah program flagship diluncurkan sebagai wadah bagi
mahasiswa untuk mendapatkan hak belajar di luar kampus selama dua semester.
“Di perguruan tinggi vokasi, kebijakan
Kampus Merdeka amat disambut baik oleh seluruh entitas perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta. Tercatat hingga saat ini total mahasiswa vokasi yang
mendaftar pada seluruh program flagships
mencapai 42.971 mahasiswa, dan sejak 2021 ke 2022 terdapat peningkatan sebesar
65,15%,” papar Kiki.
Tidak hanya peningkatan jumlah
mahasiswa, di balik angka-angka tersebut, ada cerita-cerita perubahan yang
bermakna bagi para mahasiswa vokasi yang menjalani program Kampus Merdeka.
Cerita baik ini meningkatkan optimisme terhadap kebijakan Kampus Merdeka.
“Berbagai upaya untuk keberlanjutan
program ini perlu terus dilakukan, sehingga kebijakan Kampus Merdeka berikut
program-program flagship di dalamnya dapat menjadi kebiasaan atau norma baru
bagi seluruh entitas perguruan tinggi, baik vokasi maupun akademik. Perlu kita
ingat kembali bersama-sama, bahwa Kampus Merdeka bukan sekadar brand ataupun slogan, tapi sebuah
gerakan,” imbuhnya.
Pada dialog ini, Wakil Rektor
Universitas Pendidikan Ganesha dan Direktur Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya memaparkan pengalaman perguruan tinggi mereka dalam menyelenggarakan
program Kampus Merdeka baik flagship maupun mandiri. Keduanya juga menekankan
pentingnya kolaborasi dalam pelaksanaan program Kampus Merdeka Mandiri. (Kemendikbudristek/MDj/red)
0 Comments