Oleh : Baldus Sae
(Jurnalis
Media
Pendidikan Cakrawala NTT)
Cerita
Dari Pemo
CAKRAWALANTT.COM - Matahari tepat di atas ubun-ubun
saat saya berkendara menuju Pemo, Selasa (25/10/2022). Sebuah kampung kecil
yang terletak di dataran tinggi wilayah barat Ende, Flores. Tepatnya di desa
Jegharangga, Kecamatan Nangapanda, Ende – Nusa Tenggara Timur. Kendati jaraknya
hanya 15 KM dari pusat kota Ende, perjalanan menuju kampung ini memakan waktu kurang
lebih 60 menit, musabab kondisi jalannya yang sangat memprihatinkan.
Butuh nyali ekstra untuk menaklukan
tanjakan dan tikungan tajam menuju Pemo. Belum lagi kerikil lepas yang
berserakkan hampir di sepanjang jalan. Namun demikian, lelahmu bakal terbayar
saat anda berada di Pemo. Kelapa aneka nama dan warna ada di sini. Anda
dipersilakan memilih mau meneguk yang mana untuk melepas dahaga.
Tentang kalapa, ada hal yang
menarik di kampung ini. Menurut Rambo (55), warga kampung pemo, salah satu
skill wajib yang harus dikuasai lelaki di kampung ini adalah memanjat pohon
kelapa. Entah sejak kapan aturan ini diberlakukan, dan siapa yang
menginisiasinya, hingga hari ini aturan tersebut masih berlaku di kampung kecil
yang saban hari dimanjakan nyanyian pohon kelapa ini.
“Semua laki-laki di kampung ini
harus bisa panjat pohon kelapa. Ini wajib dan sudah berlaku lama, dari zaman
nenek moyang dulu. Namanya laki-laki ya harus bisa panjat kelapa”, tuturnya.
Bagi warga Pemo, kelapa adalah ibu
yang bisa segalanya. Jauh sebelum adanya genteng dan seng, atap rumah mereka
adalah daun kelapa. Batangnya dipakai sebagai tiang-tiang konstruksi rumah.
Sederhana memang, tapi soal nyaman jangan ditanya. Jelas, sangat nyaman.
“Ini sekarang baru pakai seng, dulu
kita atap rumah pakai daun kelapa. Tiang-tiang rumah juga hampir semuanya dari
kelapa. Bahannya murah dan terjangkau. Banyak manfaatnya kelapa ini sebetulnya.
Kelapa itu bagi kami adalah ibu. Dia bisa segalanya” ungkap Dominikus (62),
sesepuh kampung.
“Untuk urusan perut, kelapa selalu
mendominasi. Takkala mama menanak nasi, parutan kelapa selalu jadi prioritas.
Kata mama, biar tekstur nasinya lebih lembut kalau ditanak campur parutan
kelapa. Tidak hanya itu, santannya selalu mendominasi sayur yang kami makan.
Saya ingat betul, ketika ke kebun, kami tak perlu repot membawa botol air
minum, sebab ada buah kelapa muda di sana yang bisa kau petik sesukamu. Mungkin
tidak banyak yang tahu kalau ulat pohon kelapa itu makanan favorit yang tidak
ada duanya bagi kami”, kenang Oemar (28) saat dimintai komentarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan “bila ada
hajatan besar serupa pernikahan atau pesta adat, dedaunan kelapa bakal
menghiasi panggung utama tempat acara. Demikian halnya ketika kami bepergian,
menempuh perjalanan jauh, ketupat dari daun kelapa bakal menemani
perjalanan dan silaturahim kami di hari
Idul Fitri. Kelapa benar-benar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kami,
sejak kecil”.
Menurut Oemar, sudah sekian banyak
orang yang berhasil meraih gelar sarjana berkat kelapa. Ya, sudah bukan rahasia
umum lagi, daging kelapa yang diolah menjadi kopra itu kemudian dijual guna
mendapatkan uang. Uang hasil penjualan kopra inilah yang kemudian digunakan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah dan kuliah.
“Sebagai anak petani kelapa, saya
paham betul betapa susahnya mengolah komoditi yang satu ini, lahan kebun di
daerah kami kebanyakan di tanah miring. Butuh tenaga ekstra untuk memanjat,
membelah dan mengeringkannya sebelum akhirnya dijual untuk menghasilkan uang”.
Kendati digunakan untuk berbagai
macam keperluan, produksi unggulan dari kelapa yang bisa dijual oleh warga Pemo
selama ini hanyalah kopra. Soal harga, mereka tidak punya kuasa untuk
mematoknya. Suka-suka pedagang kaki lima saja. Beberapa bulan terakhir ini,
harga kopra berada di kisaran Rp 4.500- Rp 5.000/Kg.
Apapun ceritanya, kelapa bagi mereka
adalah ibu yang bisa segalanya. Oleh karenanya, haram bagi warga Pemo untuk
tidak merawat keberlangsungannya. Rata-rata
setiap rumah memiliki kebun kelapa, karena bagaimana pun juga mereka
menggantungkan hidup pada komoditas berakar serabut ini.
Para petani kelapa di kampung kecil
ini berharap ada pihak lain, dalam hal ini perusahaan yang bersedia
memfasilitasi dan mengembangkan potensi kelapa yang ada di wilayah ini untuk
meningkatkan kesejahteraan para petani dan kemajuan persuahaan dalam skema
kemitraan yang saling menguntungkan.
Potensi
dan Produktivitas Kelapa di Indonesia
Bicara soal kelapa, sebetulnya Indonesia
adalah gudangnya. Data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada tahun 2021,
produksi kelapa nasional mencapai 2,85 juta ton. Jumlah tersebut meningkat
1,47% dibandingkan tahun 2020 yang hanya mampu memproduksi 1,81 juta ton.
Tingginya produktivitas kelapa di Indonesia disebabkan
kondisi geografis negara ini yang termasuk dalam wilayah tropis sehingga
memiliki potensi tinggi untuk produksi kelapa. Data Direktorat Jenderal
Perkebunan RI (2014) menunjukkan luas areal tanaman kelapa di Indonesia
mencapai 3.654.478 Ha dengan total produksi sekitar 3.051.585 ton. Selama ini,
sebagian besar hasil produksi kelapa itu diolah menjadi kopra untuk bahan dasar
minyak kelapa.
Namun demikian, dalam konteks
bisnis, produk minyak kelapa ini terpental jauh oleh pesaingnya seperti
minyak sawit yang tingkat
produktivitasnya jauh lebih tinggi dan harganya lebih murah.
Kontribusi
Sambu Group
Cikal bakal Sambu Group bermula
dari Tn. Tay Juhana yang pada tahun 1967 mendirikan PT Pulau Sambu. Mimpinya
tunggal, melalui perusahaannya ini beliau berkeinginan menghadirkan
keberlanjutan hidup dan berkontribusi bagi masa depan masyarakat, sembari
membuka jalan bagi generasi berikutnya.
Kalau selama ini kelapa hanya
diolah menjadi kopra untuk bahan baku pembuatan minyak, beliau hadir dan
menawarkan model bisnis yang baru. Inovatif dan terkesan revolusioner memang.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Arancon, R.N (1999), bahwa untuk
meningkatkan produktivitas dan kebermanfaatan kelapa bagi masyarakat
(konsumen), maka perlu adanya upaya diversifikasi produk dan produk turunan
lainnya.
Produk-produk alternatif (selain
minyak) dari kelapa dengan added-value
tinggi dan berprospek di pasar global, diantaranya; kelapa parut kering (desiccated coconut), santan (coconut cream), santan bubuk, nata de coco, fiber dust, arang tempurung, karbon aktif dan yang lainnya.
Nah, bicara soal diversifikasi
produk olahan kelapa ini, Sambu Group juaranya. Pengalamannya dalam
mengembangkan produk berbasis kelapa sudah teruji lintas generasi. Sejak tahun
1983, pabrik PT Pulau Sambu (Guntung) didirikan dengan tujuan untuk
menghasilkan produk olahan kelapa berteknologi tinggi seperti santan/krim
kelapa, bubuk krim santan kelapa, kelapa parut kering, air kelapa, dan arang
tempurung kelapa.
Berkat daya inovatifnya inilah,
krim santan kelapa yang diproduksi dengan menggunakan teknologi Ultra-High
Temperature (UHT) berhasil tembus di pasar global dan menjadi kebanggaan Sambu
Group hingga hari ini. Produk olahannya yang terkenal dan mendunia yakni Sun
Kara, Kara Coco, dan Kara. Sambu Group memaknai Kara sebagai Kelapa Rakyat.
Visi mereka jelas, berkomitmen
untuk mempertahankan dan melindungi kepemimpinan pasar dalam industri kelapa
dunia melalui inovasi yang didorong oleh pasar dan keunggulan produknya. Perjalanan
panjangnya sejak tahun 1967 telah mengantarkan 400.000 rumah tangga petani
kelapa yang berafiliasi dengan Sambu Group.
Diversifikasi produk kelapa yang
dihasilkan oleh Sambu Group ini merupakan kontribusi nyata perusahaan ini dalam
menjaga dan merawat kontiunitas ekosistem kelapa di Indonesia. Sehingga ketika
berbicara tentang kelapa, bukan lagi melulu soal minyak kelapa melainkan juga
ada produk olahan lain, hasil inovasi dari Sambu Group ini.
Kehadiran Sambu Group adalah bentuk
nyata keberpihakannya pada rakyat, dalam hal ini petani kelapa. Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang industri kelapa, Sambu Group hadir bukan sekedar meraup untung tetapi
lebih dari itu adalah memberdayakan masyarakat dan petani kelapa di Indonesia. Petani
ditempatkannya sebagai mitra strategis yang harus sama-sama diuntungkan dalam
menjalankan roda bisnisnya.
Tidak heran jika produk yang
dihasilkannya pun kini bisa bersaing di level global. Sambu Group selalu
berusaha menghadirkan standar mutu yang lebih baik dan diakui oleh masyarakat
internasional. Tidak hanya itu, aspek integritas, kepeloporan, dorongan pasar,
inovasi, keberlanjutan dan keterlibatan sosial menjadi prioritas perusahaan
yang tidak bisa ditawar.
Kontribusi Sambu Group untuk
indonesia, tidaklah sedikit. Melalui produk-produknya yang kini sudah mendunia,
Sambo Group berhasil memperkenalkan kepada dunia tentang Indonesia dengan
segala kekayaan alamnya, dalam hal ini kelapa. Sambu Group mengangkat citra
Indonesia di mata dunia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam.
Kita berharap agar ekosistem kelapa
di Indonesia makin terus berkembang seiring berkembangnya Sambu Group dan
produk olahannya yang mendunia. Sudah saatnya petani kelapa di Indonesia unjuk
gigi di pasar global. Semoga dengan kehadiran Sambu Group, memperluas
kesempatan bagi petani kelapa di kampung-kampung yang selama ini hanya
bersandar di kopra dan dipermainkan harganya oleh pedagang, agar bisa lebih
sejahtera hidupnya.
Bersama Sambu Group saya kira mimpi
ini bisa terwujud. Jayalah kelapa Indonesia, jayalah petaninya, dan Jayalah
Sambu Group. (red)
0 Comments