Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA POTENSI SPIRITUAL MELALUI MEDIA KOMIK ALKITAB

  


  


Oleh : Yustina L.Kaka, S.Ag

(Guru Pendidikan Agama Katolik SMAN 1 Kodi)


Pendidikan berperan besar dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang terampil, kreatif, memiliki daya saing secara global, berbudi pekerti luhur, serta religius. Pendidikan Agama Katolik bertujuan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia.

 

Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari Pendidikan Agama. Sedangkan, peningkatan potensi spiritual merujuk pada pemahaman, pengamalan dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual atau kolektif kemasyarakatan. Dalam Standar Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik disebutkan bahwa peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan (Depdiknas, 2008:  58).

 

Berdasarkan muatan kurikulum tersebut, Pendidikan Agama merupakan salah satu program pembelajaran yang wajib diberikan pada setiap jenjang pendidikan, sehingga semua peserta didik wajib dan berhak  atas pembelajaran Pendidikan Agama sesuai agama yang dianutnya.

 

Setiap ajaran agama mesti memuat pesan moral, membentuk dan melatih penganutnya untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk memperoleh dan memiliki pengetahuan agama yang cukup, setiap peserta didik diharapkan memiliki perilaku dan norma-norma kehidupan yang mulia, seiring dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Namun, untuk mencapai dan merealisasikan target tersebut bukanlah dua hal yang mudah.

 

Pada praktiknya, banyak kendala yang dihadapi oleh guru selaku penanggung jawab di bidang Pendidikan Agama. Guru memikul beban berat untuk merealisasi tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut. Namun, guru memang dituntut untuk harus memiliki kompetensi profesional, sehingga ia harus tahu secara benar apa yang wajib dilakukannya. Setiap permasalahan yang terjadi dan dihadapi pada kegiatan belajar mengajar (KBM) harus direfleksikan dalam tindakan berikutnya agar tujuan KBM bisa tercapai secara optimal.

 

Kondisi nyata yang sekarang ini dihadapi peserta didik kelas X IPA 1 SMAN 1 KODI adalah rendahnya pencapaian hasil belajar pada Pendidikan Agama Katolik. Misalnya, dari 36 orang peserta didik yang mengikuti pembelajaran Agama Katolik hanya terdapat 20-an orang peserta didik yang mampu mencapai standar Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Sementara itu, 16 orang peserta didik lainnya masih mengalami kesulitan dalam memahami isi Alkitab secara langsung. Hal tersebut diakibatkan oleh padatnya tulisan di dalam Alkitab yang menyulitkan para peserta didik untuk memahami dan menangkap maksud serta tujuan di setiap isinya. Untuk itu, pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik harus dikemas sedemikian rupa agar sesuai dengan jenjang dan tingkat kemampuan peserta didik guna memperoleh hasil yang optimal.

 

Namun, untuk merealisasikannya juga bukan perkara yang mudah. Banyak kendala dan kekurangan yang terjadi di lapangan. Hasil pengamatan pembelajaran agama (khususnya untuk Agama Katolik) hanya berlangsung  secara konvensional, dimana proses belajar hanya berkutat secara langsung dengan Alkitab. Hal itu tentunya sangat berpengaruh pada kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran, menelaah materi ajar, serta mendalami isi pembelajaran dengan tidak maksimal. Fatalnya, metode konvensional tersebut terus 'dipaksakan' untuk diterapkan, sehingga timbul rasa bosan dan jenuh di dalam diri para peserta didik. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang beum memadai turut mempengaruhi motivasi dan inovasi dalam mengelola KBM.

 

Permasalahan di atas dialami pada proses KBM Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 1 Kodi, baik pada kelas rendah  (kelas X dan XI) maupun pada kelas tinggi (kelas XII). Sebagai guru yang bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan proses KBM Pendidikan Agama  Katolik  di  SMA Negeri 1 Kodi, penulis berusaha merekam berbagai  permasalahan terkait  materi  belajar, terutama tentang pembelajaran dengan materi Alkitab pada peserta didik kelas X IPA 1.

 

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar manfaat media ‘Komik Alkitab’ sebagai solusi   dari   permasalahan  belajar yang selama ini terjadi. Peserta didik diharapkan lebih termotivasi untuk belajar dengan membaca Alkitab secara rutin dan berkesinambungan, sehingga Alkitab sebagai sumber utama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik,  sekaligus menjadi bahan ajar yang menarik  untuk dibaca dan dimengerti.

 

Komik Alkitab adalah Firman Tuhan yang menjadi pedoman hidup orang percaya dan menjadi  sumber utama dalam Pendidikan Agama Katolik yang dikemas dalam bentuk cerita dan berisi gambar- gambar yang diperjelas dengan tulisan sesuai dengan pesan Alkitab. Menurut Rahmayana (2012), komik Alkitab merupakan media pembelajaran yang sangat potensial karena memudahkan dalam memperkenalkan Firman Tuhan bagi anak dari segala umur, membantu untuk memahami cerita/alur cerita yang dituangkan dalam gambar, mendorong minat baca anak sehingga ada semangat untuk menyelesaikan bacaannya, mengajarkan nilai-nilai moral penting dalam persahabatan, kebersamaan, kegigihan,  kerja  keras  dan  semangat pantang menyerah dan merupakan sarana hiburan yang tidak memakan waktu untuk membacanya, juga untuk mengisi kejenuhan.

 

Mengacu dari beberapa pengertian di atas, komik Alkitab sengaja dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi minat belajar peserta didik yang muaranya dapat meningkatkan prestasi belajar bagi peserta didik. Untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran agama Katolik pada peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 KODI dengan materi ajar Alkitab penggunaan media komik Alkitab dirasa sangat efektif dan efisien. Mengingat materi Alkitab  yang disajikan secara langsung tanpa media yang memadai dapat menyebabkan peserta didik mengalami banyak kesulitaan untuk memahaminya, terutama tentang tulisan yang terlalu kecil, tidak ada ilustrasi yang memancing minat anak untuk mempelajarinya, dan belum sesuai dengan pola pikir serta daya nalar. Maka dari itu, langkah-langkah yang dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran yakni:

 

Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dari standar kompetensi (1) kompetensi dasar (1.1) mengenai Saling Mengasihi dalam Keluarga: materi Alkitab (Kejadian, 6:9–22; Kolose 3: 18 – 21)  Riwayat Nuh dan seluruh keluarganya selamat dari air bah, serta segala jenis bintang yang berpasang pasangan j uga diselamatkan. Kedua, menetapkan waktu pelaksanaan pembuatan komik itu kurang lebih 2 hari. Ketiga, menyiapkan perangkat pembelajaran,dalam pembuatan perangkat pembelajaran guru membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari. Keempat, menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran.

 

Pembelajaran dengan menggunakan alat media berupa komik Alkitab sangatlah membantu dalam pemahaman materi tentang  SALING MENGASHI DALAM KELUARGA. Faktor-faktor positif dari luar dan faktor-faktor dari dalam bila bertemu dan menyatu akan meningkatkan prestasi yang gemilang dan optimal.

 

Pendidikan Agama Katolik dengan materi pokok saling mengasihi dalam keluarga, guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan media pembelajaran yang digunakan gambar-gambar yang ada dalam buku peserta didik Allah memelihara ciptaannya (2004: 23). Dan Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Peserta didik banyak yang mengalami kesulitan karena tulisannya terlalu padat kalimat-kalimatnya terlalu panjang sehingga sulit ditangkap isi dan maksud ceritanya. Setelah diadakan evaluasi, ternyata hasilnya kurang memuaskan.

 

Bagi Tenaga Kependidikan, dari hasil kegiatan tindakan pembelajaran di kelas ini dapat disimpulkan bahwa (1) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Katolik bagi peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Kodi, dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan media ‘Komik Alkitab’ sebagai  solusi,  agar  kegiatan belajar  peserta  didik  lebih  termotivasi; (2) Dengan menggunakan media Komik Alkitab, terbukti intensitas belajar peserta didik lebih meningkat sehingga berdampak pada meningkatnya  prestasi  belajar  peserta didik  kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Kodi, Tahun Ajaran 2021/2022.

 

Editor : Tim Formator MPC NTT


Post a Comment

0 Comments